38~Rahasia Yang Sebenarnya~

1.6K 135 23
                                    

Sebesar apa pun cinta mu pada dirinya. Jika ia tidak memilihmu, lepaskan. Bukankah membiarkan ia bersama yang lain membuatnya bahagia?

.

.

.

Tidak ada yang lebih baik selain merutuki nasib pria satu ini. Niatnya ingin merayakan kebersamaan yang mulai membaik, justru ia mendapatkan hadiah yang jauh menyakitkan.

Julian memasukkan beberapa suapan steaknya tanpa selera. Rasanya menu yang ia pilih tidak ada bumbu sama sekali. Hambar.

"Tuh, 'kan Za, apa aku bilang."

Olyn menarik ponselnya dari tangan Mauza dan mengetik sesuatu di sana.

Malam ini, ia harus satu meja makan di salah satu kafe bersama dua pasangan kekasih. Pertemuan ia dan Olyn adalah sebuah ketidaksengajaan. Joshua dan Kania bahkan tidak tahu sama sekali.

Daritadi ia hanya menguatkan hati untuk tidak bersikap berlebihan. Mendengar tawa bahagia yang keluar dari bibir pasangan kekasih di sebelahnya hanya membuat dada nya sesak.

Kania menatap Julian yang termenung di depan piringnya. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Joshua. "Kayaknya kita harus pulang Josh, kasihan Julian dari tadi diam terus."

Joshua melirik sekilas Julian yang duduk di seberangnya. Pria itu mengusap tengkuknya bingung. "Aku juga tadinya pengen langsung pulang, tapi sahabatmu itu yang kekeuh ngajak makan bareng." Jelas Joshua membuat Kania tidak enak hati.

"Mau gimana lagi, Olyn yang maksa kita satu meja."

Mereka berempat menoleh ke sumber suara ketika mendengar suara kursi yang di dorong. Julian tengah memanggil pelayan dan mengeluarkan dompetnya.

"Mau ke mana bro?" Tanya Joshua bingung.

"Gue pergi duluan Josh, udah dicariin Mama."

Jelas saja pria itu berbohong karena sejak tadi Julian tidak memegang ponsel. Tatapan pria itu beralih pada Olyn dan Mauza. "Makanan kalian biar gue yang bayarin, soalnya hari ini adalah hari spesial bagi gue. Kalian bisa menganggapnya sebuah traktiran.

Joshua menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan kening berkerut. "Kok spesial sih, Ka?" Tanyanya pada Kania dibalas gelengan lemah.

Belum sempat Olyn membalas ucapan Julian, pria itu langsung melengos begitu saja.

"Hari ini begitu spesial karena untuk kesekian kalinya, hati gue selalu terluka dan lo orang yang membuat perasaan gue gak keruan."

Julian berjalan menjauhi kerumunan kafe yang tengah ramai. Tapi tidak hatinya yang sedang dirundung kesedihan dan kesakitan yang mendalam.

Tangannya terhenti ketika membuka pintu Range Rover putih di depannya. Tatapannya teralih pada dua orang yang sedang di mabuk asmara.

Napasnya terasa sesak serta lidahnya terasa kelu ingin mengutaraka hal yang semakin membuatnya dilema. Matanya menatap sendu saat Olyn sedang membersihkan pipi Mauza dengan tisu.

"Apa gue harus berhenti untuk dapatin hati lo?"

**

Julian sibuk mencatat dan mendengarkan segala sesuatu mulai dari tanggal keberangkatan dan seluruh keperluan yang akan ia lakukan di ITB selaku perwakilan sekolah.

Ia akan pergi selama kurang lebih satu minggu sekaligus menghadiri kedatangan Dubes Australia di sana.

Dalam hatinya, ia senang diberikan waktu selama kurang lebih satu minggu. Setidaknya untuk sekarang pikirannya bisa teralihkan dengan hal lain.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang