Julian memarkirkan ninja hitamnya dalam garasi. Bergegas masuk ke rumah dari pintu penghubung setelah memberikan kunci motor kepada sang sopir.
Di ruang keluarga, seorang wanita duduk sambil membaca majalah. Hijab berwarna merah tua tidak menutupi wajah cantiknya.
"Assalamu'alaikum Ma..." Ia mencium punggung tangan wanita itu, lalu mengambil duduk tepat disamping Riana-Mama Julian.
"Wa'alaikumsalam,"
Riana tersenyum menatap Julian. Ia sibuk melepas tas, disusul jas sekolah dan terakhir melonggarkan dasinya. "Gimana di sekolah tadi?"
Pria itu menggulung kemeja putih tersebut sampai siku. Membuatnya bertambah cool dengan rambut sedikit berantakannya.
"Alhamdulillah lancar," Balasnya.
"Gimana kalau yang satunya?" Untuk sesaat Julian menatap Riana bingung. Namun sedetik kemudia ia tersenyum kecil.
"Aman,"
Riana menggeleng tidak percaya, "Sudah lah sayang. Kasihan kalau kamu ganggu dia terus." Ucapnya menyerahkan jas Julian kepada pembantunya. "Darüber hinaus haben Sie, Lian?" Bukannya menjawab Julian terkekeh kecil, lalu menggeleng.
"Hari ini dia free, Ma. Belum Lian apa-apain kok. Ernst." Ia menaikkan tangannya seraya membentuk huruf -v-.
Wajah serius itu membuat senyum Riana mengembang. Ia menangkup wajah anaknya dengan tangan kanannya. "Mama percaya. Tapi jangan buat dia jadi stres terus oleh kelakuan kamu."
Julian menggenggam kedua tangan Riana. Ditatapnya Riana.
Wajahnya masih cantik meski usianya sudah empat puluh lima tahun. "Mama tau segalanya," Ia menghentikan sebentar ucapannya. Menarik napas lalu mengembuskannya sedikit kasar."Dan hanya itu yang bisa Lian lakukan."
***
G. Violyn: Apaan sih? Jangan gue mau kerjasama dengan elo. Terus seenak jidat lo hubungi gue untuk hal yang jauh dari kata penting.
Julian merasa hatinya begitu senang. Desiran kecil timbul perlahan dalam dirinya. Senyumnya semakin lebar jika membayangkan ekspresi kesal Olyn.
Setelah sekian banyak ia mengirimi chat, akhirnya dibalas. Dengan sedikit alasan akan membahas masalah rencana tadi siang.
Ini adalah balasan pertama yang Julian dapatkan setelah sekian lama ia menantikannya. Sedikit konyol. Tetapi ini yang ia inginkan sejak lama.
Saking senangnya ia tidak tahu bahwa Riana telah berdiri disamping ranjangnya dan menaruh susu di atas nakas.
Riana sedikit melirik apa yang dilakukan anaknya, "Olyn lagi toh,"Julian yang tersadar langsung mengubah posisi duduknya menghadap Riana, ia duduk dipinggir ranjang. Pria itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Merasa malu dengan apa yang ia lakukan.
Riana menatap jam di atas nakas. Jam delapan malam, "Kamu udah sholat?" Pria itu mengangguk.
"Tugas sekolah?" Lagi. Julian mengangguk.
"Setelah makan malam tadi, langsung Lian kerjain." Balasnya.
Riana justru memeluk anak tunggalnya dan membuat Julian bingung. Belum bertanya ia dibuat melongo setelah apa yang diucapkan Riana sebelum keluar kamar.
"Mama semakin mendukungmu sayang."
Suara gaduh menggema di kamar Olyn. Gadis itu berlari kesana kemari mencari semua yang ia butuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)
Fiksi RemajaAda rasa yang harus diutarakan. "Permusuhan antara cewek dan cowok itu biasa, yang berujung jatuh cinta. Tetapi kadang kala atmosfer yang kita rasakan berbeda. Memiliki kesan tersendiri, tak akan terlupakan."-Jasmine Alice Cover by Fians Minor