28~Tamu tak diundang~

1.7K 146 6
                                    

Gadis itu mengerang tidak suka saat bahunya disentuh. Ia masih bertahan dalam kantuk yang mendera. Tidak peduli di mana ia berada sekarang.

"Hmm,"

Untuk kesekian kalinya, gadis itu tidak kunjung bangun.

"Argh..."

Mata Olyn mengerjap ketika seseorang menyipratkan air ke wajahnya. Ia sedikit menyipitkan matanya saat matahari sore mengenai dirinya.

Julian berdiri dengan santainya sambil memegang sebotol air mineral. Ia mengenakan baju santai dengan jeans dan ransel di punggungnya.

Tampaknya acara perlombaannya telah usai. "Lo mau nginep di sini?"

Olyn mengusap cipratan tadi dengan kasar lalu menatap sekitar. Tribun dan lapangan bulu tangkis yang sebelumnya dipenuhi suara sorakan suporter, pemain, dan murid SMA Negeri 21 sebagai tuan rumah ajang perlombaan telah menghilang. Satu-satunya yang tersisa hanyalah tukang sapu yang tengah membersihkan sampah yang berserakan di sana.

Olyn mendongak menatap Julian bingung, "Lombanya udah selesai?"

Julian berdecak kesal, "Dari dua puluh menit yang lalu."

"Terus, siapa yang menang?"

Julian melongo mendengar ucapan Olyn. "Lo gak lihat?" Tanyanya balik.

Gadis itu menggeleng lemah masih menyisakan hawa ngantuk pada matanya.

Mimik wajah Julian menjadi murung mengetahui hal tersebut. "Sejak kapan?"

"Seingat gue waktu tim lo masuk babak final."

Senyum di bibir Julian mengembang. Setidaknya, gadis itu masih menonton dirinya menang di babak penyisihan. Ia menurunkan ranselnya dan mengeluarkan sesuatu untuk diperlihatkan pada gadis itu.

"Taraaaaa." Seru Julian memperlihatkan piagam juara satunya.

"Lo menang?"

Julian mengangguk semangat. "Lagi, lagi, gue dan tim nambah deretan piala di sekolah." Senangnya memasukkan kembali piagam tersebut. "Untuk piala udah dibawa anak yang lain biar langsung disimpen di sekolah."

"Bagus deh kalo elo menang." Balas Olyn meraih tasnya. "Gue udah tepatin janji, waktunya gue untuk pulang." Lanjutnya berdiri sambil merapikan rok panjang abu-abu dan kaus olahraganya.

"Gak bisa gitu dong," Julian menarik pergelangan tangan Olyn ketika melangkah pergi.

Gadis itu menatap tangannya sebentar lalu melepasnya kasar. "Apa lagi sih? Syarat elo udah gue penuhin bule!"

"Lo pergi sama gue, otomatis pulangnya harus sama gue, jelek." Balas Julian tidak mau kalah.

"Gue bisa pesen ojek online,"

"Sekarang udah jam setengah enam lewat," Ia mendongak menatap langit sebentar. "Butuh waktu lebih dari tiga puluh menit untuk sampai ke rumah elo. Belum lagi ditambah jalanan sore yang padat." Jelasnya membuat Olyn cemberut mendengar ceramah dari pria itu.

"Gak baik kalo elo pergi sama orang yang gak dikenal. Bukan gue mau ngejelekin nama baik pihak lain, tapi selagi elo masih sama orang yang dikenal, kenapa enggak."

Olyn menatap sinis Julian dari ujung sepatu hingga atas kepalanya. "Emang elo orang yang gue kenal? Lo juga gak baik sama gue, kalo jahat mungkin iya." Ucapnya meremehkan Julian.

Pria itu terkekeh pelan sambil mengulurkan tangannya mengelus lembut pipi kanan Olyn. Julian tidak tahu jika usapan itu berdampak pada detak jantung Olyn.

Jangan baper, okay.

Gadis itu mencoba meyakinkan dirinya untuk tidak bereaksi lebih.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang