63~Panik~

1.3K 111 15
                                    

Gadis itu menangis sesenggukan. Airmata mengalir membasahi pipi, sambil menatap siku dan lututnya yang terluka.

Jatuh di daerah kerikil dengan tanah berpasir, membuat kulitnya yang tidak tertutup kain menjadi kotor.

"Nangis aja sampai airmata lo habis,"

Olyn kembali menangis dan kali ini tangisannya terdengar memekakkan telinga Julian. Pria itu berjongkok, melihat nasib naas Olyn.

"Enak, kan?" ia merah pergelangan tangan Olyn tetapi langsung ditepis. "Ck! Sok jual mahal banget." kesalnya terus memerhatikan wajah Olyn.

Setelah balapan yang Olyn lakukan, tidak lama Julian dikagetkan dengan suara benda terjatuh. Segera ia menghampiri tempat kejadian dan menemukan Olyn telah terjatuh bersama sepeda yang menimpa.

"Ya Allah," Azura langsung mendekati Olyn saat ia baru datang. "Lukanya jangan dibiarkan terus Lyn. Ayo Nandish, kita bawa Olyn ke villa."

Gadis itu begitu khawatir melihat kondisi Olyn. Darah segar dan luka yang memerah karena lecet menghiasi di kulit kuning langsatnya.

"Sakit, Ra..." lirih gadis itu terus menitikan airmata.

Di belakangnya Joshua menghentikan lari saat melihat kondisi Olyn. Ia ingin mendekat, tapi napasnya masih tersengal setelah mengejar Olyn.

"Sini, aku bantu."

"Biar aku saja Ra."

Azura terpaku. Ia melihat Julian mulai mendekati Olyn, menarik tangan kanan dan melingkari lehernya, sedangkan tangan satunya menyelusup di bawah lutut Olyn, menggendongnya.

"Turunin gue," rengek Olyn bergerak gelisah dengan keadaan seperti itu.

Julian menampakan wajah datarnya. "Diam atau gue bakal jatuhin lo sekarang juga."

Seketika Olyn diam, lalu pasrah berada sedekat itu bersama Julian.

Azura berdiri dan mengamati punggung Julian yang menjauh, bersama Olyn yang ia gendong. Gadis itu tahu, sebenarnya Julian sangat khawatir melihat Olyn terluka. Meskipun ia telah lama tidak bertemu Julian, tetapi di saat mereka berdua masih kecil, ia sudah dapat menyimpulkan bagaimana melihat sifat Julian.

"Azura," ucap Joshua membuyarkan lamunan gadis itu.

"Iya?" Azura tersenyum paksa.

"Mau gue antar pulang?"

"Gak usah Josh, aku bisa pulang sendiri." balasnya kemudian pamit meninggalkan Joshua.

Ia pergi ke tempat terakhir sebelum kejadian naas itu terjadi. Mengambil sepedanya, lalu menatap sepeda yang sempat dipakai Julian.

"Tadinya, aku ingin sedikit berlama-lama bersamamu,"

**

"Setan apa sih yang merasuki diri lo sampe ngebut banget tadi? Apa lo gak pikirin keselamatan diri lo sendiri? Atau lo lagi mencoba mempraktikan balapan sepeda yang sering lo tonton? Kalau ngebut di turunan kebun itu salah! Lo sebelumnya pikir pakai ot—"

"Diem!"

Olyn langsung melempar bantal sofa tepat di wajah Julian. Betadine dalam genggaman pria itu terhempas dan jatuh berhamburan.

"Ya ampun," geram pria itu saat cairan obat merah itu menetes begitu banyak.

Begitu banyak rentetan pertanyaan yang dikeluarkan Julian, membuat telinga Olyn panas.

Pria itu mengembuskan napas panjang, lalu mengambil obat tersebut dan duduk kembali di kursi sofa kecil di depan Olyn.

Tangan dan kaki Olyn telah lebih dulu dibersihkan oleh Julian. Sebelumnya banyak teriakan gadis itu karena tidak sengaja Julian menekan bagian lukanya.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang