Olyn membuka pintu taksi tergesa lalu berlari menuju bandara. Dibelakangnya Milly dan Kania mencoba menyusul gadis yang tengah melawan waktu. Sebentar lagi giliran penerbangan Indonesia-Jerman.
Gadis itu terus berdoa agar masih diberi kesempatan untuk menemui gadis kecil bermanik hijau. Matanya menatap sekitar mencari orang yang ingin ia beri hadiah perpisahan.
Ia mencengkeram kotak kado di kedua tangannya ketika mendengar pengumuman keberangkatan.
"Merriam!"
Olyn sedikit berlari saat melihat Merriam dan Nyonya Schmidt ingin memasuki pintu keberangkatan. Julian dan Joshua melihat dirinya dengan pandangan datar.
"Kemana aja lo ditungguin gak datang-datang."
Olyn tidak menggubris ucapan Julian, memilih berjongkok menatap nanar Merriam. Gadis kecil itu meneteskan air matanya perlahan, "Kakak," Lirihnya langsung memeluk Olyn.
Merriam menenggelamkan wajahnya dilekukan leher Olyn. Ia pun tidak dapat menyembunyikan rasa sedihnya. "Kakak sayang kamu Mer," Ucap Olyn.
Ini semua salahnya karena keterlambatan mengikis waktu di antara mereka. Andaikan ketika menjemput Diana di rumah saudaranya tidak pecah ban saat di tengah jalan. Mungkin ia bisa cepat dan menjemput kedua sahabatnya.
Olyn menguraikan pelukannya, "Jangan pernah lupain Kakak ya?" Ia menghapus lembut air mata yang terus turun di pipi Merriam.
Merriam menggigit bibir bawahnya menahan isak tangis yang ingin keluar. "Pasti."
"Kalau ada waktu mampir ke Indonesia, jangan lupa bawain Kakak oleh-oleh yang banyak. Oke?" Keduanya tertawa renyah dan Merriam mengangguk patuh.
Jika saja masih banyak waktu yang tersisa, ia akan banyak mengucapkan berbagai kalimat untuk diutarakan. Tapi semua itu bukanlah waktu yang tepat. "Ini buat kamu,"
Merriam mengambil kotak kado yang disodorkan Olyn. Ternyata Kania dan Milly telah berdiri di belakangnya, ikut menyodorkan hadiah kenang-kenangan. "Terima Kasih untuk semua ini." Mereka bertiga tersenyum manis.
Olyn yang gemas mengacak puncak kepala gadis kecil itu. Ia berdiri dan menatap Nyonya Schmidt sebentar, lalu berjalan menghampirinya. Kedua sahabatnya sedang memeluk Merriam bergantian, mengucapkan salam perpisahan.
"Jaga diri Nenek baik-baik di sana,"
Olyn tidak begitu dekat dengan Nyonya Schmidt. Tapi ia telah menganggap wanita tua itu seperti Neneknya sendiri. Apalagi, tanpa ia duga wanita berkerudung putih itu memeluknya erat.
"Kamu juga ya, dear." Pelukan itu terasa hangat membuat Olyn merasa nyaman.
Nyonya Schmidt melepaskan pelukannya dan mencium kening Olyn cukup lama. Membuat Julian melotot tidak suka. Dalam hati ia memaki Olyn, karena kasih sayang dari Neneknya telah terbagi, bukan hanya untuknya saja.
Kembali wanita tua itu memeluknya sebentar dan berbisik, "Kalau kamu di apa-apain Julian, pukul aja kalau perlu cakar. Nenek gak marah kok," Senyumnya membuat Olyn tertawa pelan.
Ia mengacungkan ibu jari kanannya, "Siap Nek!"
Julian memiringkan kepalanya berbisik pada Joshua, "Gue ngerasa mereka sedang ngomongin gue." Ucapnya tanpa mengalihkan pandangan.
"Percaya diri banget dah," Sahutnya.
Nyonya Schmidt berjalan menuju pintu keberangkatan sambil menuntun cucu Almarhum saudaranya. Mereka semua melambai hingga keduanya sudah tidak terlihat.
Julian memerhatikan Olyn yang tengah mengusap pipinya dengan tisu dari Milly. Ia sedikit terpuruk berpisah dari Merriam, terlihat jelas dari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)
Teen FictionAda rasa yang harus diutarakan. "Permusuhan antara cewek dan cowok itu biasa, yang berujung jatuh cinta. Tetapi kadang kala atmosfer yang kita rasakan berbeda. Memiliki kesan tersendiri, tak akan terlupakan."-Jasmine Alice Cover by Fians Minor