61~Janji Masa Lalu~

1.5K 123 12
                                    

Kita kembali dipertemukan-Nya ...

Bisa menyapamu, melihat wajahmu secara dekat adalah impianku sejak dulu.

Kamu tidak pernah berubah. Tetap rendah hati, dan ternyata namamu masih terpatri di hatiku.

Aku selalu mengingat janji kecil kita. Di mana sebelum perpisahan itu terjadi, kamu membuat sebuah harapan aneh yang ternyata hingga sekarang aku pun tetap percaya.

Menunggu penantian yang entah bisa jadi nyata atau tidak. Namun aku tetap berdoa, janji itu akan terkabul, sama sepertimu yang selalu menepati janji.

Untukmu teman masa kecil yang begitu ku harapkan janjimu ...

Tetaplah menjadi seseorang yang dapat membuatku nyaman berada di sisimu ...

Nandish ...

**

"Pagi Olyn,"

Gadis itu sedikit tercengang melihat Baron berjalan melewati villa, tepatnya berjalan dekat Olyn. Ia menggenggam erat sapu, menghilangkan rasa gugup yang menjalar saat tatapan Baron begitu aneh.

Secepat kilat ia kembali menyapu halaman villa karena sudut matanya menangkap Baron masih berdiri tidak jauh darinya. Olyn bergerak ragu untuk menyapu sisi belakangnya. Namun dilihatnya Baron telah menghilang membuat Olyn bernapas lega.

Suara khas vespa membuatnya menoleh ke seberang jalan. Joshua menggas lebih kencang, semakin mendekat pada halaman villa.

Joshua menstater vespa, kemudian berdiri sambil melepas helm dengan wajah cemberut. "Di mana Julian, Josh? Bukannya kalian berdua pergi ke pasar barengan?" bingung Olyn.

"Dia abis kecebur di empang,"

Olyn menaikkan sebelah alisnya kemudian nyengir, "Lo masih kesel ditinggal tuh bule?"

Gadis itu memundurkan tubuhnya ketika Joshua mendekat dan memelototkan matanya. "Lebih dari itu!" bahunya naik turun dengan napas memburu. "Lo tau? Dia tanpa rasa kasihan tinggalin gue sendiri kena tilang di seberang jalan menuju pasar."

"Masa dia setega itu?"

Joshua mendengus sebal. "Gak usah belain tuh bule!" ucapnya melipat tangan di dada. "Untung aja ada Pak Kades yang bantuin gue sebagai pendatang baru dan vespa hasil pinjem."

"Seharusnya sekarang lo senang dong udah dibantuin Pak Kades tepat waktu." sela Olyn.

Pria itu mengangguk pelan. "Iya. Tapi gue gak akan senang sebelum lihat wajah kelelahan Lian,"

Joshua berbalik badan dengan Olyn mengikuti arah pandang pria itu. Dari kejauhan, tepatnya di simpang jalan yang terhalang perumahan penduduk, Julian muncul membawa penuh belanjaan. Tangan kanan-kiri memegang kantung besar, berjalan tergopoh-gopoh sambil peluh bercucuran.

Joshua menyeringai puas. "Enak kan, bawa belanjaan dari pasar sampai villa?" tanyanya saat Julian semakin mendekat.

Julian berjalan melewati Joshua, langsung terkapar di lantai dingin itu. Seluruh tubuhnya sakit, tangan yang memerah. Dari awal memang salahnya, tapi ini telalu kejam.

"Sialan lo! Bukannya tolongin gue bawa belanjaan, malah naik vespa sendirian." kesal Julian terduduk sambil selonjor.

Joshua tersenyum miring. "Itu juga yang gue rasain waktu lo dengan santainya ninggalin gue."

Pria itu menyeka keringat di kening. "Bodo," Julian membuang pandangannya kesal, lalu menendang kantung belanjaan. "Tuh, simpen di kulkas." lanjutnya setengah hati.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang