Beri waktu pada hatimu sebentar saja dan rasakanlah. Sudah? Jika iya, bagaimana kesimpulannya harimu berjalan tanpa dia?
**
"Psssttt..."
Olyn merasa terusik ketika Key mengisyaratkannya untuk menoleh. Keningnya mengkerut mengetahui gadis itu menunjuk lembar jawaban. "Nomor 15," Ia berbicara tanpa suara.
Ia beralih menatap lembar jawaban yang sudah terisi sampai dua puluh. Olyn memijat pelipisnya merasa denyutan pusing. Soal MID sejarah membuatnya ingin cepat-cepat menyelesaikan soal yang dipenuhi membahas mengenai sejarah kebudayaan kerajaan di Nusantara.
"B."
Key segera menyilang jawaban Olyn di lembar kertasnya, lalu berkata terimakasih tanpa suara.
Ibu Farida-guru sejarah, berjalan menyusuri barisan ujung melihat pekerjaan muridnya. Boby melirik sebentar Bu Farida dan dengan cepat memajukan wajahnya, "Josh, bagi isian dong?"
Joshua mendesis pelan mengetahui bangkunya digoyang pelan Boby. "Nomor berapa?"
"20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 2-"
"Buset," Kagetnya menoleh ke arah Boby saat ia yakin Bu Farida tidak akan menoleh ke arah mereka.
Boby hanya nyengir menampilkan ekspresi tanpa dosa. "Please..."
"Untung lo temen gue, kalo gak, gue males banget ngasih tau." Balasnya cuek dan mengangkat lembar kertas jawaban mendekati Boby.
"Tencu..." Senang Boby dengan cekatan menyalin jawaban dan matanya tertuju pada tulisan rapi di bawah sana.
"Jangan lihat bagian essai." Ucap Joshua mengetahui sorot mata Boby. "Kerjain sendiri." Tegasnya membuat Boby cemberut.
Semua murid mengerjakan dengan penuh khidmat. Sebagian dari mereka bukanlah anak yang rajin. Tetapi mereka juga tidak ingin mencontek dengan menyalahgunakan kecanggihan teknologi. Jadi, lebih baik mereka mencari jawaban dengan bertanya disekitaran mereka.
"Kerjain gitu aja lama, dasar Oli, si lambat berpikir."
Mata gadis itu menyipit dengan sorot mata tajam dengan tangan terkepal. Ia berbalik ingin memarahi sang empu yang seenaknya sering menghinanya si lambat berpikir, disetiap rangkaian ulangan mulai dilakukan.
Semula bibir yang ingin mengeluarkan suara seketika tertahan mengetahui fakta sebenarnya.
Dia belum kembali.
Olyn mengedipkan matanya berulangkali saat ucapan yang sering Julian keluarkan ketika ia lambat dalam mengisi jawaban, memasuki indera pendengaran.
Kenapa gue jadi kayak orang bego yang sudah tau dia gak ada di sini, justru merasa dia ada dan sedang bicara sama gue.
Bodoh! Ia merutuk sendiri mengingat sudah tiga hari ia tidak melihat Julian yang sedang mengikuti perlombaan KTI di Bandung.
"Griselda Violyn ... apa yang kamu lakukan?"
"I-ya Bu?"
Olyn tersenyum kikuk saat Bu Farida, wanita yang telah berumur lebih dari setengah abad itu menatapnya tajam. "Jangan menoleh ke arah mana pun untuk sekadar mencari jawaban."
Seluruh mata tertuju padanya termasuk Joshua yang duduk tepat berseberangan dengan meja guru. Olyn menunduk malu saat menjadi pusat perhatian.
"Ba-ik Bu."
**
"Tante senang kamu akhirnya dateng ke sini."
Senyum wanita cantik itu tidak pernah pudar di wajah pucatnya. Olyn tersenyum tipis sembari memasukkan kembali suapan bubur yang ia buat bersama Mauza sebelum memberi sedikit kejutan atas kehadiran Olyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)
Teen FictionAda rasa yang harus diutarakan. "Permusuhan antara cewek dan cowok itu biasa, yang berujung jatuh cinta. Tetapi kadang kala atmosfer yang kita rasakan berbeda. Memiliki kesan tersendiri, tak akan terlupakan."-Jasmine Alice Cover by Fians Minor