49~Peran~

1.4K 156 26
                                    

Menyibukkan diri dalam berbagai hal akan membuat pikiranmu sedikit teralihkan dari dia.
.
.
.

Seluruh murid SMAN 1 Jakarta sibuk dengan semua ulangan harian yang diberikan guru masing-masing bidang dan jurusan.

Guru yang baik akan memberi jadwal untuk ulangan, tapi kebanyakan guru memberi ulangan dadakan.

Begitupun kelas Olyn yang sibuk mengerjakan soal ulangan dengan khusyuk. Pagi hari, mereka mengerjakan ulangan bahasa Indonesia dominan materi tentang teks.

Bukannya selesai, siang hari mereka dipertemukan dengan ulangan matematika. Perpaduan yang sangat tidak serasi.

Namun berkat kekompakan murid 11 IPA 3, ulangan dilakukan secara open book dengan catatan mengerjakan tugas sendiri.

Olyn sibuk mengerjakan ulangan dengan serius sambil sesekali berpindah ke secarik kertas untuk mencari jawaban dengan rumus yang ada.

Dibelakangnya Julian sama sibuk, tapi ia tetap santai. Ia selalu mengambil langkah lebih dulu untuk mengukur materi apa yang akan masuk. Segala materi sudah ia kuasai, tinggal ia aplikasikan dalam soal-soal dihadapannya.

Tidak ada niat untuk mengganggu gadis manis berambut terurai itu. Ia justru senang melihat Olyn begitu semangat mengerjakan soal yang bercabang banyak.

Sama halnya dengan Mauza yang sedang menghadapi ulangan kimia. Ia sangat fokus mengerjakan soal yang tinggal seperempat.

Ia semaksimal mungkin mengandalkan kemampuannya sendiri ketimbang mencontek. Selalu begitu dan akan seperti itu, prinsipnya.

Lain dari teman sekelasnya. Beberapa dari mereka ada yang memberi kode, membuka secara sembunyi ponsel, dan yang memiliki jam tangan canggih dapat pula membuka google.

"OLYN AMNESIA ZA! TUNANGAN GUE AMNESIA!"

Mauza terdiam. Kalimat itu kembali terngiang di pikirannya membuyarkan segala macam senyawa untuk mencari jawaban dari bentuk molekul.

Jadi, selama ini Olyn amnesia? Sejak kapan Olyn amnesia? Aku yakin Julian tidak berbohong. Hanya saja, semua ini belum bisa aku terima. Apalagi mereka memiliki ikatan yang sangat kuat, tanpa Olyn sadari.

Pria itu tertunduk, terpikirkan saat ia memutuskan Olyn di taman kompleks. Sekarang, ia benar-benar kehilangan gadis baik dan mencintainya setulus hati. Mauza tahu, ia telah merelakan kebahagiaannya untuk diambil oleh orang lain.

**

Olyn duduk di tribun indoor olahraga memerhatikan dari kejauhan beberapa anggota club bulutangkis sedang berlatih.

Ia menggenggam LKS penjaskes, sesekali membaca sambil melihat kelincahan murid satu angkatannya.

"Olyn?! Ngapain lo disitu?"

Olyn menatap Rafa yang berdiri di bawah tribun. "Lihat anggota lo main." Balasnya setengah hati.

Rafa mengangguk mengerti. "Mau ikut main? Kebetulan Cuma latihan biasa sambil mengasah kelincahan."

Sontak Olyn menegakkan tubuhnya. "Beneran?"

"Iya." Balasnya tersenyum manis. "Daripada lo di sana sendirian, mending gabung sama kita. Bahaya gak ada temen ngobrol." Rafa terkikik membuat Olyn berdecak kesal.

"Yaudah, ayo!"

Ia melambai menyuruh Olyn segera turun dan gadis itu ikut bergabung bersama rekan Rafa.

Salah satu dari mereka menyerahkan raket ke Olyn. "Makasih." Sahutnya pada siswi berwajah oval.

"By the way, lo paham kan teknik dasarnya?"

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang