Pekarangan itu selalu terlihat rapi dan bersih. Kicauan burung disekitar membuat hati damai. Tetapi tidak yang dirasakan Julian.
Pria itu mulai merasa aneh ketika sampai depan pagar. Hingga pintu rumah terbuka menampilkan Diana dengan senyum khas nya.
"Ayo masuk,"
Olyn masuk terlebih dahulu disusul Julian. Ini sedikit konyol tetapi bulu kuduknya sudah merinding terlebih Olyn mempersilakannya duduk-sangat ramah. Ingat.
"Lo ngajak gue ke sini buat bikin dialog aja 'kan?" Olyn mengernyit bingung. "Maksud gue gak ada niat jahat gitu?" Tanyanya penasaran.
Olyn terkekeh pelan sebelum menaruh tasnya di sofa. Mengambil posisi duduk yang nyaman.
"Ya enggak lah,"
Julian tidak cukup yakin dengan jawaban Olyn. Perasaannya mengatakan bahwa ia sedang tidak aman.
Ini pasti ada maksud terselubung. Gak mungkin pulang sekolah tadi dia langsung ngajak kerja kelompok.
Pria itu memerhatikan gadis di depannya mengeluarkan buku dan peralatan lain dalam tasnya.
"Oke. Berhubung gue gak pinter amat bahasa inggris," Ucapnya menyodorkan sebuah buku tulis dan pena. "Gue serahin tugas dialognya elo yang buat."
Seulas senyum senang muncul menghiasi wajah tampan itu. Julian mengangguk semangat, "Kalau gitu gue pamit biar ngerjain di rumah aja."
"Eitss mau kemana?"
Olyn menahan tangan Julian ketika pria itu ingin beranjak pergi. Ia menarik ransel Julian dan menyuruhnya kembali duduk.
"Gak bisa gitu dong." Ucapnya kesal. "Namanya juga tugas kelompok jadi harus dibuat bersama,"
"Kalau elo nyerahin dialognya sama gue, apa itu bisa dibilang kerja kelompok, ha?" Geramnya. Andai saja Diana tidak ada di sini ia pasti akan memaki gadis itu terang-terangan.
"Emang enggak sih," Timpalnya duduk santai sambil seolah berpikir.
"Yaudah kalau gitu gue mau pulang. Besok naskah dialognya gue jamin selesai." Balasnya. "Kalau perlu sebelum lo datang gue pastiin udah ada di meja lo." Sambungnya semakin gusar ketika mencium bau masakan.
Mampus lo.
Dalam hati Olyn tersenyum senang melihat wajah Julian yang mulai memucat. Ia menyembunyikan senyum licik berganti wajah heran.
"Lo kenapa? Sakit?"
Julian menggeleng cepat lalu mendekat ke Olyn. Mengambil duduk di ujung sofa dekat sofa Olyn.
"Udah mending lo ngaku kalau mau ngerjain gue. Ini juga ada hubungannya dengan Tante Diana, 'kan?"
Olyn sedikit memajukan wajahnya dan terbesit senyum licik di sana, "Lo pintar," Desisnya membuat Julian frustrasi.
Julian langsung meraih ransel di belakang punggung Olyn. Lalu melangkah lebar menuju pintu memilih untuk pulang tanpa berpamitan dengan Diana.
"Mau kemana Julian?"
Ya Allah.
Pria itu berbalik dengan senyum yang sedit dipaksakan.
"Maaf Tante.. tapi Julian buru-buru mau pulang,"
"Makan dulu yuk, Tante udah masakin makanan kesukaan kamu."
Apa-apaan ini?
Olyn muncul di belakang Diana dengan melipat kedua tangannya. Wajahnya mengisyaratkan kalau pembalasan akan dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)
Fiksi RemajaAda rasa yang harus diutarakan. "Permusuhan antara cewek dan cowok itu biasa, yang berujung jatuh cinta. Tetapi kadang kala atmosfer yang kita rasakan berbeda. Memiliki kesan tersendiri, tak akan terlupakan."-Jasmine Alice Cover by Fians Minor