Destiny - 8

2K 77 1
                                    

Odel duduk dikantin rumah sakit sendirian. Dia masih tak menyangka bahwa akhirnya dia dapat menanyakan hal yang selama ini mengganjal dihatinya. Dia sendiri tak menduga bahwa kalimat itu akan lolos begitu saja dari mulutnya.

Odel meneguk air mineral yang tadi sempat dibelinya hingga habis. Dia melirik jam pada ponselnya, sudah waktunya makan siang tapi dia sama sekali tidak bersemangat untuk itu.

Niatnya untuk mengajak charles makan bersama diluar lenyap begitu saja. Dia mengambil napas sebanyak-banyaknya seakan pasokan oksigen di paru-parunya hampir habis lalu menghembuskannya perlahan.

Pikirannya masih berkecamuk dengan kejadian tadi. Rasanya dia masih tak percaya bahwa dia punya keberanian sebesar itu untuk menanyakannya. Dia sangat berharap bahwa jawaban Dokter Al adalah 'iya' karena dia sudah cukup lelah untuk mencari. Mencari orang yang belum tentu memikirkannya.

Entah mengapa dia selalu ingin bertemu dengan orang itu. Orang yang mempunyai pengaruh besar dalam hidupnya. Tapi karena suatu hal, dia harus berpisah dengan orang itu. Ditambah papanya menjadi begitu possesive padanya semenjak kejadian buruk itu.

Odel menghela napas kasar lalu menelungkupkan wajahnya diantara lipatan tangannya. Dia benar-benar lelah dengan semua ini. Kapan semua ini akan berakhir?

"Ekhem..." suara menginterupsi itu membuatnya segera mendongak dan mendapati Charles sedang menatapnya dengan kedua tangan dilipat.

"kenapa kakak malah disini? Kenapa tidak keruanganku? Untung saja aku turun. Mungkin kalau tidak, aku tidak akan tahu jika kakak ada disini"ucap charles saat sudah duduk dengan manis didepan Odel.

"kamu sendiri ngapain disini?"tanya Odel mengalihkan pembicaraan.

"tentu saja makan siang. Apa kakak tidak lihat jam? Kalau begitu sebaiknya kakak temani aku makan karena aku juga tahu pasti kakak belum makan"

Odel menggeleng cepat. "Aku tidak lapar"

"No. Kakak tetap harus makan karena aku tidak mau pipi tembem kakak nanti jadi tirus"ucap charles penuh dengan paksaan.

Odel menatap wajah charles lekat dan seketika dirinya membelalakkan matanya saat melihat sudut bibir charles yang terluka.

"itu kenapa charles?"tanya odel khawatir dan hendak menyentuh luka itu tapi charles segera menghindar.

"hanya luka kecil"jawab charles cuek sambil mengedikkan bahu.

"Sudah diobati kan?"tanya odel lagi. Charles hanya mengangguk kecil lalu beranjak memesan makanan untuk mereka berdua.

"sepertinya anak itu punya sedikit masalah. Dapat dilihat dari wajahnya yang lesu. Tapi kenapa? Baiklah, nanti akan kutanyakan"ucap odel dalam hati.

Charles duduk kembali ditempatnya. Odel sendiri memperhatikannya dengan tatapan penuh selidik.

"Ada apa?"tanya charles pura-pura bingung padahal dirinya tahu bahwa odek akan menyerangnya dengan berbagai pertanyaan.

"coba beritahu aku, sebenarnya kamu habis ribut sama siapa? Kenapa sampai terluka seperti itu? Kamu tidak pacaran dengan istri orang kan"celetuk odel begitu saja.

Charles melongo saat mendengar tuduhan odel yang terakhir.

"Hei, aku masih punya harga diri. Mana mungkin aku memacari istri orang. Kakak sembarangan saja kalau bicara"protes charles.

"memangnya kamu punya musuh?"tanya odel lagi. Charles hanya menggeleng.

"lalu?"

Pelayan kantin membawakan makanan pesanan charles tadi dan menghidangkannya dihadapan odel dan charles.

"lalu kita makan"ucap charles santai dan segera menyantap nasi ayamnya.

"charles... Jawab pertanyaanku dulu"gerutu odel tapi charles tak memperdulikannya.

"charles..."

"sudahlah kak. Lebih baik kakak isi dulu perut kakak sampai kenyang. Jika kurang, bilang saja. Hari ini aku yang traktir"ucap charles dengan mulut masih penuh dengan makanan.

"ih! Itu ditelan dulu charles"

Charles hanya cengengesan lalu kembali sibuk dengan makanannya.

"kamu masih berhutang penjelasan padaku"ucap odel dengan tegas.

Charles hanya ber-oh ria dan tidak terlalu menghiraukan ucapan Odel. Akhirnya Odel mengalah dan memakan makanannya dengan wajah cemberut.

"jadi kapan kakak akan mulai bekerja?"tanya charles basa-basi.

Odelia menghela napas kasar lalu menekuk wajahnya.

"Mulai besok dan rasanya aku belum siap memimpin perusahaan. Aku takut memegang tanggung jawab yang begitu besar"ucap Odelia lesu.

"sabar saja kak. Terima nasib lagipula itu cita-cita kakak dulu, bukan?"

"DULU!!! Sebelum kejadian itu"ucap odel penuh penekanan.

Charles terdiam seketika. Sepertinya dia salah bicara.

"kak..."

"hmm"

"sebenarnya ada yang menganggu pikiranku"ucap charles dengan nada frustrasi.

Seketika odel menoleh, ini yang ditunggunya dari tadi.

"Tadi aku menghina seorang wanita"

Odelia melongo mendengar ucapan charles.

Menghina seseorang? Wanita pulak itu. Apa masalahnya?

"aku juga tidak tahu mengapa tapi tadi dia berpelukan dengan seorang pria dan aku tidak suka"

Odelia spontan tersedak makanannya sendiri saat mendengar pernyataan charles, adiknya. Charles segera membantu odelia untuk minum dan akhirnya tertelan juga.

"kakak makannya hati-hati dong"ucap charles mengingatkan. Tapi odelia malah tertawa terbahak-bahak.

Charles mengernyit saat melihat kakaknya tertawa sampai segitunya. "ada yang lucu?"

"kamu yang lucu. To the point saja kalau kamu cemburu. Eh, kamu malah menghinanya. By the way kamu bilang apa memangnya?"

"Hanya bilang sebagai wanita harusnya bisa menjaga harga diri  apalagi dia seorang wanita, harus jaga image"

Spontan Odel menjitak kepala charles.Charles meringis lalu mengelus kepalanya.

"pantasan kamu dipukuli. Omonganmu itu sangat menyayat hati tahu, ku yakin pasti wanita itu sakit hati"ucap odel kesal.

Charles hanya mendengus. "tapi aku kan tidak salah. Aku hanya memperingatinya"ucap charles membela diri.

"By the way siapa wanita itu? Apa dia dokter juga disini?"tanya Odel penuh selidik.

"kakak juga kenal"

"Dokter corry???"kaget Odel. Charles hanya mengangguk kecil.

Odel menghela napas kasar. "kau sungguh keterlaluan"

Charles hanya mengedikkan bahu cuek. Makanan mereka berdua pun akhirnya habis. Charles pun membayar makanan mereka.

"aku duluan. Kakak pulanglah. Jangan kelayapan"ucap charles lalu beranjak pergi.

Odel menatap punggung charles yang semakin menjauh. Akhirnya dia pun memutuskan untuk pulang.

***

Tbc

My Destiny is You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang