Flashback (D)

1.2K 54 0
                                    

Pagi ini Rizo berjanji untuk mengantar odelia pulang. Mereka tengah berjalan bergandengan seperti takut kehilangan satu sama lain. Odelia tampak bahagia saat ini karena sebentar lagi dia bisa bertemu papa-mamanya lagi.

"kakak kok bisa ada dirumah itu?"tanya odelia membuka suara.

Rizo tampak ragu untuk mengatakan sejujurnya tapi akhirnya dia memutuskan untuk mengatakannya saja.

"pria yang menculikmu adalah ayahku"ucap rizo pelan. Malah sangat pelan seperti berbisik.

Odelia membulatkan matanya saat tahu bahwa rizo adalah anak dari orang yang menculiknya.

"lalu kenapa kakak menolongku?"

Rizo mengernyitkan dahinya saat odelia menanyakan hal itu. Mengapa odelia seperti tak suka ditolongnya?

"karena aku tak tega sama kamu"jawabnya datar.

"Oh ya, namaku Lia"ucap odelia sambil menatap rizo. Rizo hanya tersenyum lembut.

"nama kakak siapa?"

Rizo menghela napas kasar lalu menatap lurus kedepan. "sebaiknya kita lebih cepat, aku takut ayah menemukan kita"

"kakak tidak akan meninggalkan aku kan?"tanya odelia tiba-tiba.

Rizo menatap odelia lembut lalu....

CUP

Rizo mencium odelia tepat dibibirnya walaupun hanya sekilas. Odelia sendiri hanya mematung karena kaget.

"aku tidak akan pernah ninggalin kamu. Itu tandanya. Kamu mengerti kan?"ucap rizo.

Odelia hanya mengangguk patuh. Tiba-tiba Ramos dan Rama sudah ada dihadapan mereka. Rizo segera menarik tubuh odelia agar berlindung dibelakangnya.

"kemarikan dia, rizo. Aku janji tidak akan menyakitimu"ucap ramos pada rizo. Rizo hanya menggeleng.

"Jangan macam-macam anak sialan atau kau akan tahu akibatnya"ancam rama sambil menatap rizo tajam.

rizo menelan ludahnya kasar. Pegangannya ke odelia semakin erat sedangkan odelia tetap menyembunyikan wajahnya dipunggung rizo.

"aku tidak takut. aku akan mengantarnya pulang"ucap rizo menantang.

Rama dan Ramos spontan tertawa keras. "bisa apa kau bocah kecil? kau tak mungkin bisa melawan kami jadi sebaiknya kau serahkan dia padaku sekarang juga"ucap ramos pelan tapi terdengar mengintimidasi.

"Jika kalian berani mendekat maka aku akan teriak"ancam odelia.

"teriaklah sampai tenggorokanmu kering. apa kau tidak lihat bahwa disini tak ada siapapun selain kita"ucap ramos.

Rama lalu berjalan kearah dua bocah itu. Odelia menarik kaos belakang rizo dengan erat.

"Jangan sakiti dia ayah"mohon rizo tapi rama tak menghiraukannya.

Rama langsung menarik tangan odelia dengan paksa.

"aku tidak mau!!!! aku tidak mau dijual!!!"pekik odelia ketakutan.

"Lepaskan dia ayah!!!"teriak rizo sambil berusaha melepaskan pegangan rama pada odelia.

Ramos yang melihatnya langsung menarik rizo menjauh.

"Lepaskan saya, om"pekik rizo sambil memberontak.

"DIAM KAMU!!! Kesabaran saya sudah habis"ucap ramos dengan nada tinggi.

Odelia benar-benar panik sekarang. Dia tidak mau dijual. Dia langsung mengigit tangan rama dan menendang paha rama sehingga rama melepaskan pegangannya.

"LARI LIA!!!!"teriak rizo saat melihat odelia berhasil melepaskan diri.

Odelia langsung berlari dengan cepat. Ramos melepaskan rizo dan segera mengejar Odelia. Sedangkan rama menghampiri rizo dengan tatapan membunuhnya.

Plak

Satu tamparan mendarat dengan mulus dipipi kanan rizo. Rizo meringis saat merasakan panas dipipinya.

"Dasar kau anak jalang!!! Beraninya ikut campur urusanku. Sempat odelia berhasil kabur lagi maka aku tak akan segan-segan mengirimmu ke neraka. Camkan itu!!!"ucap Rama penuh penekanan.

Dia lalu berlari mengejar odelia dan juga Ramos. Sedangkan rizo sendiri kini menangis atas perlakuan kasar ayahnya tadi. Rizo tidak terima rama mengatai ibunya 'jalang'.

Dia sudah lelah berurusan dengan ayahnya. Ayah yang selama ini tidak memperdulikannya. Apa salahnya ya Tuhan?

"Hei, kenapa kau disini sendirian?"tanya seorang pria dewasa memakai setelan formal.

Rizo mengerutkan keningnya saat melihat pria itu tersenyum lembut kearahnya.

"dimana orangtuamu?"tanya pria itu.

Rizo hanya menggeleng kecil. Pria itu lalu mengusap rambut hitam rizo dengan lembut.

"perkenalkan namaku Jeremy. Jeremy Wiran Sandoyo. Siapa namamu?"

"Rizo Malik"ucap rizo ragu.

Jeremy lalu berjongkok dihadapan rizo dan menatap wajah anak itu lekat. "Apa kau mau menjadi anakku? Aku sendirian. Tidak memiliki anak maupun istri. Aku akan sangat senang sekali jika kamu mau ikut denganku"

"Tapi--" rizo tidak jadi melanjutkan ucapannya.

Jeremy tersenyum lembut. "Kamu tak perlu khawatir. Aku akan merawatmu dengan baik. Menjagamu seperti anak kandungku sendiri. Kau mau kan?"

Rizo tampak menimbang-nimbang. Apakah ini jalan hidupnya? Apa ini saatnya untuk terlepas dari ayah tak bertanggung jawab itu? Tapi rizo masih belum percaya pada pria bernama Jeremy ini. Bagaimana jika jeremy mengingkari ucapannya?

Seolah-olah bisa membaca pikiran rizo, jeremy berkata "Tak usah takut atau khawatir. Percayalah padaku. Aku bukan orang jahat"

Akhirnya rizo pun menghela napas. Jeremy tampak bahagia saat rizo mau menerimanya.

"Kalau begitu, mulai sekarang namamu Algero Rizo Sandoyo. Gimana?"

"kenapa diganti?"tanya rizo tak terima. Bagaimanapun Rizo Malik adalah nama pemberian ibunya.

"Karena mulai sekarang kamu adalah bagian dari keluarga Sandoyo"jawab jeremy dengan tenang.

"Aku tidak mau"

Jeremy menghela napas. "Baiklah. Bagaimana jika Algero Rizo Malik saja?"

Rizo tampak berpikir dan pada akhirnya dia mengangguk setuju.Jeremy lalu membawanya ke sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari mereka berdiri tadi.

"ini mobil om?"tanya rizo dengan polos.

"mulai sekarang panggil aku, PAPA. Bisa kan?"pinta jeremy.

"pa..papa"ucap rizo agak kaku. Jeremy terkekeh kecil lalu segera membukakan pintu untuk rizo. Rizo pun masuk kedalam mobil itu.

***

Tbc

My Destiny is You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang