Destiny - 52

1.5K 62 0
                                    

Morning....

Author cuma mau mengucapkan terima kasih banyak untuk kalian semua yang sudah follow akun author, vote cerita author dan memasukkannya ke reading list. Itu semua terjadi dalam satu hari. Astaga... benar-benar gak nyangka.

Thank you so much...

***

"Corry... aku ingin bicara"ucap charles dingin.

Corry menggangguk patuh dan mengikuti charles menuju kamarnya.

"Apa yang mau kamu bicarakan, charles? Apa kamu masih ma--"

Ucapan corry terputus karena charles menciumnya secara tiba-tiba. Corry berusaha mendorong dada bidang charles tapi charles malah menekan tengkuknya untuk memperdalam ciumannya.

***

Napas keduanya terengah-engah saat charles melepaskan ciumannya.

"APA YANG KAMU LAKUKAN CHARLES?!"pekik corry histeris.

Charles mengedikkan bahunya. "Aku hanya menciummu, bukan melepaskan pakaianmu, corry"

Corry mundur beberapa langkah lalu memandang charles kesal.

"Tapi tidak boleh seenaknya begini!!!"

Charles berdecak lalu berkacak pinggang. "Kita bukan sekali ini berciuman. Kenapa kamu mesti heboh begini? Lagipula aku hanya ingin membuktikan apa benar kamu sudah siap untuk kunikahi"

Mata corry membulat sempurna saat mereka mendengar charles mengatakan itu.

"Kamu pikir ini lucu, heh? Mana ada orang membuktikan apakah wanita itu siap dinikahi jika mau dicium"

"Ada... buktinya aku baru melakukannya tadi"

"Bilang saja kamu cari kesempatan!!!"gerutu corry.

Charles menghembuskan napas kasar lalu memandang langit-langit kamarnya.

"I'm confused, corry. Aku tidak mau kamu menyesal dikemudian hari. Aku tahu kamu bakalan sedih jika guenn tidak menghadiri hari terbahagia kamu"

Corry menatap charles sendu lalu menggenggam kedua tangan pria itu.

"Maafkan keegoisanku, charles. Aku tidak mau membuat kamu menunggu lama. Aku takut kehilangan kamu, charles. Kamu tahu kan, begitu sulit bagiku untuk mencapai ini semua. Menjadi orang yang penting dalam hidupmu. So, I will marry with you. No matter whether she will be present or not. All I know now is I love you so much, charles, my future husband"

Charles tersenyum senang lalu membawa Corry kedalam dekapannya. Memeluk tubuh mungilnya dengan erat sembari mencium pucuk kepalanya.

"I love you too. I promise to make you happy, dear"

Corry tersenyum di dada bidang charles lalu membalas pelukan Charles.

Malam ini, bulan dan bintang menjadi saksi atas cinta kedua insan ini.

***

"Well... Jadi sudah ada yang baikan nih ceritanya"goda Odel sembari bersedekap dan berdiri didepan pintu kamar Charles.

Membuat kedua orang yang baru keluar itu pun terperanjat.

"Kakak ngapain disini? Seharusnya kakak dikamar bersama Al"ucap charles ketus.

Odel tersenyum miring. "Kalau aku tidak mau bagaimana?"tanyanya sambil menaik turunkan alisnya.

"A... Aku mau pulang"ucap corry gugup.

"Aku akan mengantarmu pulang"ucap charles dan menatap corry lembut.

"No! Kamu disini saja, adik nakal. Biar corry diantar sama supir"

Charles menggeleng tidak terima. "Aku yang akan mengantarnya"

"Aku bilang tidak ya tidak. Kamu pikir kakak tidak tahu apa yang kalian lakukan didalam, hah?! Kamu mencium corry, kan! Dan kakak tidak akan membiarkanmu mengantarnya pulang karena kakak takut kamu tidak akan membawanya kerumah keluarga Sandoyo"

Wajah corry langsung merona malu. Dia lebih memilih menunduk dan memandang kuku-kuku jari kakinya.

"Kakak mengintip, heh?!"

Odel menyeringai. "Aku hanya takut kalian mendahuluiku begitu aku melihat kalian masuk kedalam kamar"

Corry dan Charles membelalakkan matanya tidak percaya.

"Astaga! Kenapa isi kepala kakak jadi hal-hal negatif seperti itu? Kami tidak melakukan apapun, kak. Aku tahu batasannya"

Odel terkekeh geli lalu mengangguk. "I believe you. Tapi tetap saja corry akan diantar pulang oleh supir. Urusan kita belum selesai, anak kecil"

Charles mengacak rambutnya frustasi. "Stop memanggilku anak kecil, kak. Aku bahkan sudah bisa membuat anak kecil itu sendiri"gerutunya tanpa sadar.

Spontan corry mencubit perut Charles. "Jaga ucapanmu, charles. Tidak seharusnya kamu berbicara seperti itu. Tak apa. Biar aku pulang dengan supir saja"

"Tapi corry..."rengek charles.

"Aku lelah charles, aku mau pulang. Jika kalian terus berdebat, kapan aku pulangnya? Lagipula besok kita masih bisa bertemu di rumah sakit"

"Fine! I give up!"ucap charles kesal lalu masuk kedalam kamarnya dan menutup pintunya dengan keras.

Corry terkejut tapi Odelia malah terkekeh dan bertepuk tangan.

"Hancurkan saja pintunya"teriak odel.

Corry hanya menggeleng kecil.

"Ayo, corry!"ajak odel dan mereka pun turun kebawah.

Al yang tengah duduk diruang keluarga langsung berdiri begitu odel dan corry turun.

"Kalian sudah siap? Ayo pulang!"ucap Al.

"Loh... Tapi bukannya..."

Odelia terkekeh geli lalu merangkul bahu corry. "Kamu pulang bersama kami. Aku kan sudah menjadi bagian dari keluarga Sandoyo jadi disanalah rumahku sekarang"

Al yang mendengar itu hanya tersenyum dan menatap istrinya dengan tatapan memuja.

"Tapi tadi kakak bilang...."

"Aku hanya ingin sedikit memberinya pelajaran"bisik odel.

Corry lalu tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"By the way...  maafkan sikap kekanakan kami berdua ya, kak. Maaf sudah menyusahkan kalian semua"

"Kamu adikku, corry. Jadi sudah sepantasnya bila aku membantumu"ucap Al.

"Kak Al, atas nama guenn aku minta maaf ya"lirih corry.

"Sudahlah... dia tidak salah apapun padaku. So ladies, kita pulang sekarang?"

Corry dan Odelia pun mengangguk mengiyakan.

***

Tbc

My Destiny is You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang