Charles duduk termenung ditaman rumah sakit. Pikirannya kacau sekarang. Entah mengapa dia tak rela jika corry mendonorkan ginjalnya walaupun itu untuk kembarannya sendiri. Ya, dia akui bahwa dirinya sangatlah egois tapi dia benar-benar takut sekarang.
Dia sadar bahwa dirinya adalah seorang dokter yang harus mengutamakan keselamatan pasien. Tapi jika melihat orang yang dicintainya terbaring diruangan penuh obat-obatan itu rasanya sesak.
Charles teringat saat odelia dulu harus terbaring dirumah sakit selama sebulan. Itu semua karena trauma yang dialaminya. Dia jadi suka melamun dan tak mau menyentuh makanan ataupun minuman. Dan alhasil dia jatuh sakit. Tapi yang lebih parahnya dia juga tak mau minum obat maka dari itu terpaksa harus diinfus terus.
Charles mengusap rambutnya kebelakang. Dia menatap langit yang pada malam ini tidak dihiasi bintang. Apakah langit memahami perasaannya saat ini?
Tiba-tiba dia terperanjat saat merasakan tepukan dibahunya. Dia melihat kesamping dan ternyata itu odelia.
Odelia tanpa permisi duduk disebelah charles lalu memandang langit malam.
"Kakak mengerti perasaan kamu saat ini"
"Lalu kenapa kakak tidak dukung aku tadi?"
Odelia menghela napas lalu menatap charles. "Kakak bisa apa charles? Kakak tidak punya hak untuk mengatur corry. Walaupun kakak akan menikah dengan Al tapi tetap saja kakak tidak bisa"
Charles memalingkan wajahnya lalu menunduk. "Lalu apa yang harus aku lakukan kak?"
"Berdoalah pada Tuhan agar semuanya baik-baik saja. Operasinya berjalan lancar dan corry maupun guenn sama-sama selamat"
"Hmm... apa aku egois kak?"
"Itu sepenuhnya bukan salah kamu. Kamu hanya tidak mau kehilangan corry. Kami semua juga tidak mau kehilangan corry ataupun guenn"ucap odelia sambil mengusap punggung charles.
"Bayangkan jika kamu diposisi corry. Kakak yang terbaring disana dan butuh donor. Rupanya ginjal kamu cocok untuk kakak. Apa yang kamu lakukan?"tambah odelia.
"Tentunya menyelamatkan kakak karena aku sayang sama kakak"
"Nah, itu juga yang dirasakan corry. Terus jika tadi guenn yang kamu cintai, kamu pasti akan setuju jika corry mendonorkan ginjalnya"
"Tapi firasatku buruk kak"ucap charles frustrasi.
"Hush... Jauhkan pikiran-pikiran negatif itu. Pikirkan saja bahwa everything will be alright"
Charles pun mengangguk patuh. Odelia tersenyum lalu berdiri dari duduknya.
"Sebaiknya kamu temui corry dulu sebelum operasi dilakukan. Dia belum tenang jika belum bertemu kamu. Tolong beri dia semangat dan kekuatan"
Odelia pun berlalu pergi setelah mengucapkan kalimat itu. Charles menghela napas kasar lalu memijit keningnya.
***
"Kak..."panggil corry saat dirinya sudah berbaring diatas brangkar. Al kini tengah menemaninya sedangkan yang lainnya menunggu diluar.
Al tersenyum lembut lalu menggenggam tangan corry erat.
"Kamu pasti bisa corry"ucap Al.
Corry hanya tersenyum kecil. Pikirannya saat ini kacau karena charles. Dia tidak tenang sebelum charles datang memberinya restu.
"Kak..."panggil corry lagi.
"Ada apa dek?"
"Aku ingin charles"lirih corry. Seketika raut wajah Al berubah menjadi sedih.
"I'm here"
Corry dan Al menoleh keasal suara itu. Corry tersenyum saat melihat charles berjalan kearahnya. Al yang mengerti pun keluar untuk meninggalkan mereka berdua.
"Aku senang kamu mau kemari melihatku"ucap corry.
Charles mengelus rambut corry lalu mengecupnya.
"Aku mencintai kamu corry. Sangat mencintai kamu"bisik charles.
"Aku juga mencintai kamu, charles. Selama ini hanya kamu yang ada dihatiku"
Charles tersenyum lalu meletakkan jadi telunjuknya dihidung mancung corry. Corry menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Kamu berjanji akan selalu menemaniku kan? Menemaniku hingga maut menjemput salah satu dari kita. Aku punya impian sekarang. Aku ingin hidup sampai tua bersama kamu, bersama anak dan cucu kita"ucap charles.
"Aku juga punya impian yang sama. Selama ini aku selalu berharap agar kamulah jodohku. Aku berharap bisa menjadi istri dari Charles Darson. Aku ingin melihat wajah kamu disetiap aku bangun tidur. Aku ingin menyiapkan makanan untuk kamu. Aku ingin memiliki anak dari kamu"
Charles tersenyum kecut saat mendengar nama 'anak'. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika corry hamil disaat dia hanya punya satu ginjal.
"Hey! Aku tahu apa yang ada dibenak kamu itu. Kamu tenang saja. Aku itu kuat kok. Kamu lupa ya jika aku seorang dokter kandungan jadi aku pasti bisa menjaga diriku"ucap corry menenangkan.
"Ya baiklah. Aku hanya bisa berdoa agar kamu dan Guenn selamat"ucap charles.
Corry tersenyum lembut lalu mengangguk. Dia melambaikan tangannya bermaksud menyuruh charles mendekat. Charles pun menurutinya.
Tiba-tiba charles tertegun saat sesuatu yang kenyal dan hangat menyentuh bibirnya.
Corry hanya tersenyum malu-malu dan segera menjauhkan diri dari charles. Tapi charles tak membiarkan itu terjadi.
Dia menarik tengkuk corry agar mendekat lalu melumat bibir manis corry habis-habisan. Corry memejamkan matanya dan berusaha mengimbangi ciuman charles.
Mereka sama-sama melepaskan ciumannya setelah kehabisan oksigen. Charles tersenyum saat melihat wajah corry memerah. Dia lalu mengecup kening corry lembut.
"I love you"
Corry tersenyum lembut lalu mengelus pipi charles. "I love you too"
***
Akh!!!
Author baper sendiri nih buat cerita ini.
Para readers kedapat tidak feelnya? Moga-moga deh ya. Soalnya author sudah berusaha keras loh.
Kita sama-sama doakan saja agar semuanya lancar dan corry bisa kembali pada charles.
Amin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny is You ✅
RomansaCOMPLETED ✅ #460 in Romance (18/05/2018) This is my first story so don't copy my wattpad because I don't like whose name is PLAGIARISM!!! Happy Reading .... ---------------------------------------------------- Kamu adalah takdirku dan aku adalah tak...