Destiny - 37

1.3K 53 0
                                    

Corry melempar ponselnya ke sofa lalu duduk dilantai bersandar pada sofanya sambil memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Dia memejamkan matanya lalu menghembuskan napas kasar.

Jantungnya kini berdetak tiga kali lipat lebih cepat dari detak normal saat mengetahui charles akan ke Italia. Untuk menemuinya.

Entah dia harus senang atau malah cemas. Sejujurnya dia belum siap untuk bertemu lagi dengan charles setelah 3 bulan lamanya. Tapi didalam lubuk hati terdalam dia merasa sangat bahagia karena rasa rindunya sebentar lagi akan terobati.

Tiba-tiba dia teringat akan pesan charles yang belum sempat dibacanya. Ralat! Bukan belum sempat tapi memang sengaja tidak mau membukanya. Dia meraih ponselnya yang tergeletak disofa dan sialnya ponselnya mati.

Corry menggeram kesal lalu bangkit berdiri. Dia berjalan ke kamarnya lalu mengambil charger untuk mengisi batre ponsel rose pink miliknya.

Corry berjalan ke jendela besar kamarnya. Pemandangan kota Venezia malam ini sungguh indah, memanjakan mata orang-orang yang melihatnya.

Tiba-tiba bayangan wajah tampan charles muncul di jendela besar itu. Corry spontan terkejut dan bergerak mundur. Corry mengucek kedua matanya kemudian dengan perlahan dia membuka matanya. Bayangan itu telah menghilang.

Corry mendesah frustasi lalu memukul keningnya sendiri. "aku bisa gila kalau begini terus"gumamnya.

Ting Tong

Corry mengerutkan keningnya saat mendengar suara bel berbunyi.

"siapa yang bertamu malam-malam begini sih?"gerutunya.

Dengan langkah gontai dia melangkah keluar kamar, berjalan menuju pintu utama apartemennya.

Sebelum meraih knop pintu, entah mengapa tiba-tiba jantungnya berdegup dengan kencang. Corry memegang dadanya lalu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

Akhirnya setelah tenang, corry membuka pintu itu.

Tamunya seorang laki-laki karena yang pertama kali dilihat corry malah sepatunya bukan wajahnya.

"Corry..."

Deg

Deg

Deg

"Suara itu..."batin corry menjerit.

Corry mendongakkan kepalanya dan seketika pupil matanya membesar. Dia menggeleng cepat, takutnya ini imajinasi lagi tapi apa mungkin bayangan bisa menekan bel?

Pria itu langsung merengkuh corry dalam pelukannya. Corry yang belum siap sedia hanya bisa pasrah saja.

"Kau tahu, aku merindukanmu"

Corry memejamkan matanya berusaha menahan agar air matanya tidak keluar.

"Charles..."lirihnya.

Pria yang ternyata charles itu semakin mengeratkan pelukannya saat corry membalas pelukannya. Mereka sama-sama melepas rindu didepan pintu apartemen corry tanpa memperdulikan tatapan orang-orang yang melewati mereka.
.
.
.

Kini mereka berdua duduk di sofa rumah tamu corry. Sudah setengah jam keduanya sama-sama diam setelah acara peluk-pelukan tadi.

Mereka bahkan tidak saling memandang. Mereka sibuk memandang kaki mereka masing-masing. Aneh bukan?

"corry..."panggil charles dengan nada agak rendah. Dia tidak suka suasana canggung seperti ini. Hari ini semuanya harus diselesaikan.

Corry menoleh. Matanya bertemu dengan mata milik charles. Corry meneguk salivanya dengan susah payah. Tiba-tiba dia merasa gugup.

My Destiny is You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang