Destiny - 9

1.9K 79 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, Charles keluar dari ruangannya hendak pulang karena sudah tak ada pasien lagi. Tapi saat baru saja pintu terbuka sempurna, tak sengaja matanya bertemu dengan mata seseorang. Mata coklat yang tampak bersinar. Orang itu juga baru keluar dari ruangannya yang berada disebrang ruangannya.

Charles menelan salivanya dalam-dalam. Tatapan mereka masih tak terputus. Keduanya sama-sama mematung ditempat.

Kalian pasti tahu siapa orang itu. Ya, dialah Corry Fanelica Sandoyo. Charles segera sadar dan masuk kembali kedalam ruangannya dan menutup pintu rapat-rapat. Corry hanya menghela napas saat melihat pintu ruangan charles yang tertutup.

"Haruskah aku melepaskannya seperti yang dianjurkan key? Aku tahu sampai kapan pun perasaan ini takkan terbalaskan. Tapi ada perasaan tidak ikhlas untuk menjauhinya"ucap corry dalam hati.

Hari ini benar-benar membuatnya lelah. Dari pagi hingga malam, masalah dengan charles tak terselesaikan.

Akhirnya dia pun beranjak untuk pulang karena taksi online yang dia pesan sudah menunggu didepan. Dia berjalan dengan tidak semangat.

Charles sendiri bersandar dipintu lalu memejamkan matanya. Kejadian tadi terus berputar dalam pikirannya.

"Mata itu. Kenapa dengan menatap mata itu membuat jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya? Apa yang terjadi padaku? Haruskah aku memeriksakan jantungku ke dokter Al? Sebaiknya aku tidak terlalu dekat dengannya karena aku tidak mau jantungku kenapa-kenapa"ucap charles dalam hati sambil mengusap dadanya.

Charles membuka pintunya sedikit. Mengintip apakah corry masih disana atau tidak dan ternyata corry sudah pergi. Charles pun bernapas lega dan bergegas pulang.

Ponsel charles berdering saat dia baru saja berdiri didepan mobilnya.

Dokter Algero is calling...

Charles mengernyit bingung saat melihat nama Al yang meneleponnya.

"Tumben sekali. Jangan bilang kalau corry mengaduh padanya dan kali ini Al yang akan memakinya"

Charles mengacak rambutnya frustasi pun mengangkat telepon tersebut dengan malas.

"Halo"jawabnya dengan ketus.

"Hei, kenapa kau ketus begitu padaku? Apa kau ada masalah dan melampiaskannya padaku?"

Charles memutar bola matanya malas. "Maumu apa sebenarnya dokter Al?"

Terdengar suara kekehan dari sebrang. "aku menghubungimu karena kakakmu"

Kening charles berkerut saat mendengar bahwa ini ada hubungannya sama kakaknya.

"ada apa?"

"Tadi kami berbicara sedikit saat kami tak sengaja bertemu. Dan dia menyuruhku menghubungimu apabila ingin mencarinya. Aku benar-benar penasaran dengan apa yang dikatakannya. Bisa saja kami memang pernah bertemu sebelumnya"jelas Al.

"jadi rupanya kakak menemuinya"batin charles.

"Hmm.. Dokter Al. Sebelum bertemu kakakku, bisakah kita berbicara berdua?"

"boleh saja"

"kalau begitu, kita ketemuan di cafe dekat rumah sakit saja. Bagaimana?"

"Sekarang?"tanya Al memastikan.

Charles memutar bola matanya malas karena Al terlalu banyak omong. "Ya"jawab Charles singkat padat jelas.

"Oke. Tunggu aku"ucap Al lalu memutuskan sambungan teleponnya.

Charles kemudian memasukkan ponselnya kedalam saku celananya dan masuk kedalam mobil. Mobil pun melaju meninggalkan area rumah sakit menuju cafe tempatnya janjian sama Al.

***

Charles duduk disalah satu meja yang ada dicafe tersebut sambil ditemani secangkir caramel macchiato hangat.

"maaf menunggu lama"ucap Al yang baru saja tiba.

"pelayan"panggil Al saat sudah duduk dihadapan charles. Pelayan wanita menghampiri Al dan langsung terpesona dengan wajah tampan Al.

"pesan satu hot chocolate with marshmallow"ucap Al. Pelayan itu segera mencatat pesanan Al dan berlalu pergi.

"jadi apa yang mau kau bicarakan?"tanya Al to the point.

"sebelumnya apa yang sudah dikatakan kak Odel?"tanya charles.

"jadi namanya Odel?"

"namanya Odelia Carine Darson"jawab charles dan Al hanya mengangguk.

"Dia hanya bertanya apakah dia mengingatkanku pada seseorang dan jika iya maka aku harus menemuimu"ucap Al.

Pelayan tadi datang membawakan pesanan Al.

"Silakan dinikmati tuan"ucap pelayan itu ramah. Al hanya menampilkan senyumannya.

"nona, apakah anda tidak ingin sekalian meminta nomor teleponnya?"goda charles.

Al segera melotot kearah charles tapi charles hanya cengengesan. Pelayan itu sendiri pergi karena salah tingkah.

"kau apa-apaan sih"cibir Al. Charles hanya terkekeh kecil.

"jadi apa jawabanmu?"tanya charles kemudian.

"Hmm.. jujur dia memang mengingatkanku pada seseorang dimasa laluku"ucap Al.

Charles mematung, perasaannya menjadi tidak karuan. Lidahnya jadi kelu. "si...siapa?"tanya charles gugup.

"sepertinya sudah cukup. Jadi saatnya kita kembali ke topik awal"ucap Al sambil menyeduh minumannya.

"Hmm... dulu saat kecil dia pernah mengalami kejadian yang sangat sulit baginya"ucap charles lalu menghela napas.

Al mematung mendengar penjelasan charles. Dia jadi penasaran dan ingin mendengar kelanjutan dari charles.

"dan sampai sekarang dia slalu mengalami mimpi buruk. Aku sungguh sedih melihatnya. Dia sedang mencari seseorang yang dulu menolongnya"lirih charles.

Al menelan ludah kasar. Wajahnya memucat dan lidahnya terasa kelu.

"dia mengira aku orangnya?"tanya Al kemudian dan charles langsung mengangguk.

Al memijitnya pelipisnya. Dia menarik napas dalam lalu menghembuskan napasnya kasar.

"Jadi dia si rambut cokelat terang itu?"batin Al.

Charles mengernyit saat melihat Al yang tampak memikirkan sesuatu.

"Jadi apakah kau itu orangnya? Orang yang selama ini dicari kakakku?"tanya charles untuk memastikan.

"Aku tidak bisa memberikan jawabannya padamu. Aku ingin memberitahukannya langsung pada Odelia"ucap Al lalu menyeduh hot chocolate-nya lagi.

"apa bedanya? Apa kau menyembunyikan sesuatu?"tanya charles penuh selidik.

"aku hanya ingin berbicara berdua dengannya. Jika aku memberitahumu sekarang, nanti kau pasti akan langsung memberitahunya"elak Al.

"Jadi ini sekedar modus?"tanya charles.

"anggap saja begitu"jawab Al cuek.

Charles hanya menghela napas lalu meminum caramel macchiato-nya yang tinggal setengah sampai habis.

"kalau begitu, aku ingin pulang karena sudah terlalu malam. Aku bisa diinterogasi papa nanti"ucap charles sembari bangkit dari duduknya.

"jadi rupanya kau takut pada papamu"sindir Al.

"kau belum tahu saja bagaimana papaku itu"kekeh charles. Charles lalu berdiri didekat Al. Dia mendekatkan bibirnya di telinga Al. Bahkan hembusan napasnya terasa menggelitik tengkuk Al. Al merinding seketika.

"Aku sangat yakin bahwa jawabannya 'iya' karena gelagatmu begitu mencurigakan"bisik charles pelan.

Dia lalu pergi begitu saja meninggalkan Al dengan sejuta pertanyaan. Al sendiri hanya mampu tersenyum masam.

***

Tbc

My Destiny is You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang