Epilog *

2.3K 58 1
                                    

5 tahun kemudian....

Al tengah sibuk bermain bola dengan jagoan kecilnya yang kini sudah berusia 5 tahun. Hari ini mereka berencana untuk piknik ditaman mansion dan tentu putranya ini yang paling semangat karena Al yang sangat sibuk hingga sulit menghabiskan waktu bersama anak-istrinya. Kini Al sudah berhenti dari profesinya menjadi seorang dokter karena harus mengurus Sandoyo group yang sedang berkembang pesat. Sedangkan D.S Corp odelia serahkan kepada Charles karena dia lebih menyukai profesinya sebagai ibu rumah tangga.

"Double A.... ayo istirahat dulu. Sudah saatnya makan siang"ucap Odelia yang tengah duduk diatas tikar bersama putri kecil mereka, Richika Carine Sandoyo.

Al mengalihkan perhatian pada Odelia lalu tersenyum lembut pada istrinya itu. Arnold sendiri sudah menyimpan bolanya dikedua tangan lalu berlari menghampiri ibunya.

"Sudah puas?"tanya Odelia sambil mengelap keringat Arnold dengan tisu.

"Belum, ma"jawab Arnold dengan wajah lesu.

Entah mengapa melihat kebersamaan mereka ini membuat hati Al menghangat. Ditambah lagi ia memiliki seorang istri yang pengertian dan juga penyayang. Al merasa dirinya betul-betul beruntung bisa menikahi Odelia.

Al lalu mengalihkan perhatiannya pada putri kecilnya yang baru berusia 1 tahun tengah sibuk mengaduk buburnya lalu memasukkannya kedalam mulut dengan belepotan.

Al terkekeh lalu meraih tisu dan membersihkan mulut anaknya.

"Dedek cika kenapa belum bisa makan sendili, ma?"tanya arnold dengan nada cadelnya.

Odelia memperhatikan interaksi antara Al dengan putrinya lalu tersenyum.

"Karena dedeknya masih kecil. Kalau Arnold kan sudah besar, jadi bisa makan sendiri"ucap odelia penuh perhatian.

Arnold hanya dapat mengangguk-ngangguk kepalanya.

Odel tersenyum melihat arnold yang memakan bekalnya dengan lahap. Tiba-tiba saja Al sudah duduk disebelah istrinya dan merangkul bahu istrinya.

"Kau tidak makan?"tanya Odelia.

Al menggeleng. "Aku ingin makan bersama istriku"

Odelia terkekeh lalu mencubit pipi Al gemas.

"Jangan menggodaku, Al"

Al mengerutkan keningnya bingung. "Aku sama sekali tidak menggodamu. Aku berbicara fakta"

Odelia menaikkan sebelah alisnya lalu menggeleng.

Mereka lalu memperhatikan anak-anak mereka yang sedang berusaha makan sendiri.

Jika diperhatikan wajah Al dan juga Arnold copy paste bahkan tak ada satupun yang mirip dengannya. Odelia sempat kecewa namun dia harus bersyukur karena anaknya sehat dan tumbuh dengan baik.

Arnold Wiran Sandoyo namanya. Al berjanji pada Jeremy bahwa dia akan menamai nama anaknya dengan nama tengah Jeremy dan juga menggunakan nama keluarga Sandoyo untuk anak-anaknya walaupun Al ingin menamai anaknya dengan nama keluarganya, 'Malik'. Akan tetapi, ia selalu ingat akan jasa keluarga Sandoyo yang telah mengadopsinya. Jika bukan karena mereka, Al tidak mungkin bisa seperti saat ini.

Al bersyukur karna anak-anaknya tidak akan pernah merasakan nasibnya dulu. Mereka akan hidup berkecukupan dan penuh dengan kasih sayang orang disekitanya.

Odelia menyandarkan kepalanya dipundak Al lalu melingkarkan tangannya diperut pria itu.

"Aku senang memiliki suami dan juga anak seperti kalian semua. Rasanya aku benar-benar bahagia. Kalian adalah permata hatiku dan jiwaku. Hmm... Aku tidak bisa menebak bagaimana jadinya aku jika tanpa kalian. Pastilah akan terasa begitu hampa"

Al semakin mengeratkan pelukannya lalu menaruh dagunya diatas kepala Odelia.

"Aku juga merasa beruntung memiliki kalian dalam hidupku. Pokoknya aku akan menjaga kalian bahkan bila perlu mengorbankan nyawaku untuk kalian. Karena kalian adalah hidupku.  Kamu bagaimana jantungku yang selalu berdetak dalam hidupku hingga aku mampu hidup sampai saat ini. Sedangkan Arnold dan juga Richika bagaikan oksigen yang membuatku bisa terus bernafas hingga saat ini. Aku tidak akan sanggup kehilangan kalian walau hanya salah satu saja"

Al mengecup puncak kepala Odelia dengan sayang.

"I love you, my wife"

Odelia menengadahkan kepalanya lalu tersenyum. "I love you too, husband"

Al tersenyum lalu mengecup bibir Odelia singkat.

Arnold yang tidak sengaja melihatnya segera menutup matanya dan juga mata Richicka dengan erat.

"Papa, mama... jangan belciuman didepan anak kecil. Tidak sopan"gerutu Arnold dengan kesal.

Al dan Odelia hanya mampu terkekeh melihat kelakuan putra mereka.






Happy Ending....

My Destiny is You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang