Destiny - 10

2K 77 0
                                    

Ha-ha! Akhirnya mencapai target juga.

Maaf ya readers karena author terpaksa membuat kalian menunggu lama. Author sangat sadar sesadar-sadarnya bahwa yang namanya menunggu itu paling menyebalkan sedunia.

Hehehe tapi yang penting kan author nepatin janji sekarang. Jadi langsung saja deh dibaca.

Silakan....

***

Kini Odel sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Pikirannya masih berkecamuk dengan kejadian tadi yang benar-benar membuatnya bimbang. Benarkah langkah yang dia tempuh ini benar? Benarkah dengan bertanya akan membuat semuanya jelas? Dia masih bimbang apakah Al itu memang orang yang selama ini dicarinya. Jika 'iya' maka dia akan sangat bersyukur tapi jika 'tidak' ya apa boleh buat. Setidaknya dia sudah mencoba. Lebih baik kecewa daripada tidak tahu sama sekali. Lagian nasi sudah jadi bubur. Dia hanya bisa menghembuskan napas pasrah.

Dia memejamkan matanya untuk membuat kepala yang rasanya mau pecah ini menjadi tenang. Hatinya terus memberontak ingin kepastian tapi dia tidak tahu harus bagaimana. Apakah dia harus bertemu dokter itu lagi? Tetapi dia cukup malu untuk menemui pria tampan itu. Apalagi dia sendiri yang menyuruh Al untuk menghubungi charles apabila ingin menemuinya.

Oh Tuhan! Kenapa saat itu dirinya begitu percaya diri? Apa benar bahwa Al akan mencarinya? Lalu bagaimana jika tidak? Apa dia harus menghampirinya sendiri dan menanyakan jawabannya? Astaga... Odelia tidak seagresif itu menemui seorang pria langsung. Lagipula dia juga menanyakan hal yang pasti membuat pria itu bingung. Ditambah lagi wanita yang bersama Al tadi menatapnya sengit. Pasti wanita itu pikir bahwa ini hanyalah modus belaka.

Odel membuka matanya lalu mengacak rambutnya sendiri. Mengapa rasanya seperti ini? Oh! Dia tidak bisa tidur nyenyak hari ini sebelum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Tapi tunggu! Sejak kapan seorang Odelia Carine Darson bisa tidur nyenyak? Jawabannya adalah sebelum kejadian pahit itu.

Tiba-tiba charles membuka pintu dan masuk begitu saja tanpa permisi. Odel berdecak kesal lalu menatap adiknya itu tajam. Kalau dilihat dari raut wajah sepertinya adiknya sedang ada masalah.

"ada apa kamu kemari?"tanya odel dengan nada malas. Charles hanya diam dan memilih duduk ditepi ranjang. Charles menatap odel lekat.

"kenapa diam saja?"tanya odel lagi sambil melambaikan tangan didepan wajah charles yang terlihat kusut.

Asal kalian tahu, walaupun wajah charles begitu tapi kadar ketampanannya tidak berkurang sedikit pun.

Charles menghela napas kasar. Entah mengapa tiba-tiba suaranya tercekat.

"jika kamu hanya mau menggangguku saja lebih baik kamu kembali kekamarmu"ucap odel mulai kesal. Sedari tadi dikacangin terus, gimana tidak kesal coba?!

"tadi aku berbicara dengan Al" akhirnya charles membuka suara juga. Tapi ucapannya barusan membuat Odel ternganga. Mungkin kalau seekor lalat masuk, dia akan tersedak saat itu juga.

"Jadi? Jadi?"tanya Odel begitu antusias karena tingkat penasarannya sudah akut.

"Dia tidak mau memberitahuku. Dia ingin berbicara langsung sama kakak"ucap charles lemas. Dia merebahkan tubuhnya diranjang odel dan memejamkan mata.

"Hei, kalau mau tidur jangan disini dong. Pindah kekamarmu sana"usir odel sambil mengguncang-guncangkan tubuh charles hingga pria itu berdecak sebal dan membuka matanya.

"Aku capek kak. Aku ingin istirahat sebentar jadi diamlah"ucap charles lalu kembali menutup matanya. Odel hanya menghela napas lalu menatap wajah Charles lama. Tapi tiba-tiba dia teringat sesuatu.

"apa kau sudah meminta maaf pada corry?"tanya odel seketika tapi charles hanya diam.

"charles, bagaimana pun kamu yang salah jadi sebaiknya kamu minta maaf sama dia"ucap odel sambil mengusap rambut cokelat charles.

"sepertinya aku akan menjauhinya"lirih charles. Odel mengangkat sebelah alisnya.

"kenapa?" hanya satu kata itu yang lolos dari mulutnya.

"Karena aku tidak mau terlibat dalam kehidupannya"jawab charles kemudian.

Odel sendiri semakin heran dengan sikap adiknya ini. Apa sebenarnya mau dia? Kenapa dia membuatnya semakin rumit saja?

"Tapi bukankah kau pernah bilang kalau kalian selalu digosipkan dalam rumah sakit? Apa jadinya jika kamu menjauhinya?"ucap odel bingung.

"Lalu apa masalahnya? Kami tak sedekat itu. Masa hanya karena kami sama-sama terjebak didalam lift rumah sakit waktu itu, mereka sudah menyimpulkan sesuka hati mereka tanpa tahu yang sebenarnya"ucap charles terdengar kesal. Dia lalu membuka matanya dan segera bangkit berdiri.

"sudahlah aku tidak mau membahasnya lagi"ucap charles kemudian melangkah menuju pintu.

Odel sendiri hanya melihat charles yang terus berjalan sampai pria itu menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Pikiran Odel kembali menerawang ke ucapan charles tadi.

"Benarkah Al ingin menemuiku? Jadi apa sebenarnya yang ingin dia bicarakan padaku hingga tidak ingin memberitahu charles? Apa jangan-jangan jawabannya adalah 'iya'? Semoga saja... Besok aku harus menemuinya"pikir Odel.

Dia segera merebahkan diri dan mulai memejamkan matanya. Dia sangat berharap waktu cepat berlalu agar dia bisa cepat-cepat bertemu Al dan mendengar jawabannya.

***

Al baru saja sampai rumah. Dia cukup lama berada di cafe tadi dan kurang ajarnya charles pergi begitu saja tanpa membayar pesanannya. Entah apa pria itu lupa atau memang sengaja mengerjainya. Tapi Al tidak ambil pusing karena hanya dengan membayar 2 cangkir minuman tidak akan menghabiskan seluruh uang tabungannya. Anggap saja dia menraktir charles tadi walau pria itu tak mengucapkan terima kasih.

Al masuk kekamar mandi dan menyalakan shower. Dia melepaskan semua pakaiannya hingga tak ada sehelai pun yang menutupi tubuhnya. Dia membiarkan air yang meluncur dari shower membasahi seluruh tubuhnya dari atas sampai bawah. Dia juga tak memperdulikan dinginnya air itu di malam hari.

Dia masih memikirkan soal Odelia. Oh! Apa yang harus dia katakan saat bertemu wanita itu nanti? Haruskah dia berterus terang siapa dirinya? Sungguh membingungkan.....

Selesai mandi, Al keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terlilit dipinggangnya. Dia segera mengambil celana boxernya dilemari dan memakainya. Dia lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk yang lain.

Al kemudian duduk ditepi ranjang dan membuka ponselnya. Tadi charles sempat meninggalkan sebuah kartu nama dimeja dan ternyata tertera nomor Odelia disana dan segera menyimpannya dikontaknya.Ada juga alamat sebuah perusahaan, Al yakin itu pasti perusahaan milik keluarga Darson. Apakah Odelia sanggup memimpin perusahaan besar itu?

Al menghela nafas lalu berbaring dan menutup matanya. Berharap besok dia dapat memutuskan segalanya.

***

Tbc

My Destiny is You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang