Destiny - 14

1.6K 78 0
                                    

Corry kemudian menatap Al tajam. "Jadi???"tanya corry kemudian.

"Apanya?"tanya Al pura-pura bingung. Corry menghela napas kasar lalu menarik hidung Al keras.

"Oke.. Oke.. Dia sedang mencari seseorang dan dia menyangka aku orangnya"ucap Al dengan pasrah.

Corry melepaskan Al lalu menatap Al dengan kernyitannya. "Dan kenyataannya kakak bukan orangnya?"

"Aku juga tidak tahu apakah aku orangnya atau bukan"

Corry semakin bingung. "sebenarnya kenapa dia cari orang itu? Dan kenapa malah kakak yang galau?"

"Aku tidak bisa menjelaskan semua ini secara detail sama kamu"ucap Al lalu menekuk wajahnya.

"kakak mulai main rahasia-rahasia ya sama aku"gerutu corry.

"Sudahlah jangan bahas soal aku dulu. Tapi aku minta tolong sama kamu untuk cari tau soal masa lalu Odelia"ucap Al memelas.

"Kenapa?"

"pokoknya kamu bantuin kakak saja. Tidak perlu tahu terlalu banyak. Dan jangan bocorkan sama siapapun"ucap Al tegas.

Corry memandang Al aneh. Sebenarnya dia ingin memaksa Al untuk memjelaskannya tapi tampaknya Al memang tidak ingin membahasnya. Dia bertanya-tanya tentang apa maksud dari Al pada dirinya sendiri. Tapi tetap saja dia tidak akan menemukan jawabannya.

"Mau kan dek?"tanya Al dengan memasang wajah puppy eyes-nya.

Corry menghela napas lalu mengangguk. Al langsung menampilkan senyum terbaiknya.

"Tapi... Ada tapinya"ucap corry sambil menyeringai. Al menaikkan satu alisnya.

"setelah aku membantu kakak. Kakak harus menjelaskan semuanya sama aku sejelas-jelasnya"ucap corry sambil menampilkan deretan giginya.

Al berdecak sebal dan hanya bergumam.

"Baiklah. Aku kembali keruanganku dulu"ucap corry seraya berdiri.

"jangan sampai aku mendengar kalau kakak suka sama dia"ucap corry sebelum menutup pintu.

Al hanya terkekeh kecil lalu menggeleng pelan.

***

Corry sedang membereskan barang-barangnya bersiap untuk pulang. Setelah beres, corry berjalan kearah pintu dan betapa terkejutnya dia saat melihat charles berdiri disamping pintu ruangannya.

"Charles"gumam corry pelan.

Charles menoleh dan tiba-tiba saja dia tersenyum lembut kearah corry. Corry menelan ludah kasar.

"Hai, mau pulang?"tanya charles ramah dan seketika corry membelalakkan matanya. Charles menaikkan satu alisnya saat melihat corry seperti terkejut begitu.

"i...iya"ucap corry dengan susah payah. Charles menarik napas sebanyak-banyaknya lalu membuangnya perlahan.

"Aku mau minta maaf soal kemarin"ucap charles. Corry menautkan kedua alisnya.

"Corry... Aku tahu seharusnya aku tidak berbicara kasar sama kamu hingga membuat kamu menangis"ucap charles pelan.

"charles... Aku juga minta maaf atas perbuatan key kemarin. Kamu sampai terluka begini"ucap corry sambil menyentuh sudut bibir charles yang terluka.

Seketika raut wajah charles menjadi datar. Corry menarik kembali tangannya lalu menunduk.

"Maaf"gumamnya lirih. Charles menghela napas.

"harusnya dia yang bilang begitu. Bukan kamu"

Corry mendongak dan menatap charles sendu. "kalau tak ada lagi yang mau dibicarakan, aku mau pulang sekarang"

Charles menaikkan sebelah alisnya. "Biar aku anter ya"tawarnya tapi corry menggeleng cepat.

"aku tidak menerima penolakan"ucap charles lalu menarik tangan corry. Corry hanya menghela napas pasrah dan tanpa mereka sadari ada orang lain yang memperhatikan mereka.

"mau apa dia sebenarnya???"batinnya.

***

"Sudah sampai"ucap charles saat mereka sudah sampai didepan rumah keluarga Sandoyo.

"terima kasih banyak atas tumpangannya tapi darimana kamu tahu rumahku? "ucap corry malu-malu.

Charles tersenyum sinis. "apa yang tidak ku ketahui tentang kamu. Apalagi kau berasal dari keluarga Sandoyo jadi pasti aku tahu"

Corry mengernyit bingung. Charles tahu tentang alamatnya hanya karena dia dari keluarga Sandoyo. Sedangkan corry saja tidak tahu alamat Charles padahal keluarga Darson lebih terkenal dari keluarga Sandoyo.

"corry kamu kenapa malah melamun? Apa kamu tidak mau masuk kedalam rumah?"tanya charles sambil menatap corry bingung.

Corry seketika sadar dari lamunannya. "ma..maaf. a..aku masuk dulu"ucap corry sambil buru-buru keluar dari mobil charles.

Charles menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil memandangi punggung corry yang sudah semakin menjauh. Sejujurnya, charles sedari tadi menahan debaran jantungnya. Dia sengaja menampilkan wajah datarnya agar menutupi kegugupannya. Charles menghela napas kasar lalu mengelus dadanya.

Setelah corry sudah tidak terlihat lagi, charles kembali menjalankan mobilnya keluar dari komplek perumahan elit ini.

Corry merebahkan tubuhnya diatas sofa lalu memijit pangkal hidungnya. Walaupun sudah jauh dari charles tapi jantungnya masih berdetak kencang.

"sudah pulang kamu sayang?"tanya Emma dengan suara lembutnya.

"iya ma". Corry memejamkan matanya berusaha menghentikan debaran aneh ini.

"kamu kenapa nak?"tanya Emma bingung sambil duduk disofa satu lagi.

"Tak apa"

"Siapa yang mengantar kamu pulang tadi? Aku tidak sengaja melihatnya dari balkon kamarku"tanya guenn yang tiba-tiba muncul dan duduk disebelah mamanya.

Corry membuka matanya dan memandang Guenn tajam. Entah mengapa jika Guenn membahas soal charles, corry merasa tidak suka.

"Memangnya kalau kamu tau siapa dia, kamu mau apa?"tanya corry sinis.

Guenn yang mendapat jawaban sinis dari corry malah mengangkat sebelah alisnya sambil melipat kedua tangannya.

"memangnya kamu pulang dengan siapa?"tanya Emma yang ikut kepo.

"just a friend ma"jawab corry dengan nada malas.

"sepertinya seorang pria"celetuk guenn. Corry langsung melotot kearahnya.

Guenn hanya cuek dengan tatapan sangar seakan ingin melahapnya dalam-dalam.

"bukan urusan anda Ms. Guenn"ucap corry lalu mendengus kesal.

"kamu itu kenapa sih corry? Kok malah jadi marah gitu. Guenn kan cuma bertanya"ucap Emma bingung saat melihat tingkah aneh corry.

"selama ini aku tak pernah ikut campur mengenai kedekatan dia dengan pria manapun. Lalu kenapa dia malah sibuk ketika lihat aku diantar pulang sama seseorang"ucap corry dengan sarkastik.

"CORRY!!!"bentak Emma tidak sadar. Emma langsung membekap mulutnya sendiri.

Corry menatap Emma dengan tatapan tak percaya. Matanya sudah memerah menahan air mata. Selama dia bernapas, orangtuanya tak pernah membentaknya begini. Tapi kali ini.....

Corry langsung berlari kekamarnya meninggalkan guenn dengan Emma yang merasa bersalah.

Guenn mengusap wajahnya frustrasi. Dia tidak bermaksud membuat Emma membentak corry. Dia hanya ingin tahu siapa yang sedang dekat dengan adiknya. Apa mungkin corry trauma? Trauma jika guenn akan merebut pujaan hatinya. Guenn mengacak rambutnya sendiri.

Emma hanya bisa diam tanpa berbuat apapun. Dia sungguh menyesal.

***

Tbc

My Destiny is You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang