Destiny - 47

1.4K 53 0
                                    

Al langsung naik kelantai 2 begitu Richard menyuruhnya. Dengan langkah cepat akhirnya Al sampai didepan pintu kamar Odel. Tak buang waktu lagi, Al membuka pintu perlahan dan membeku saat melihat tubuh wanita yang sangat dicintainya terbaring lemah karenanya.

Ratata yang duduk ditepi kasur odel langsung berdiri dan berjalan kearah Al yang masih diam mematung.

"Odelia sedang tidur"bisik ratata.

Al hanya diam saja. Pikirannya campur aduk sekarang. Ratata tidak berkata apa-apa lagi dan langsung keluar kamar.

Beberapa menit berdiri diambang pintu kamar odelia, akhirnya Al menguatkan diri untuk melangkah masuk.

"Hai sayang..."lirihnya.

Hatinya teriris saat melihat wajah pucat odel. Al langsung bertekuk lutut dihadapan odelia.

"Maaf sayang... maaf karena aku bukan calon suami yang baik. Maaf karena sudah meninggalkan kamu begitu saja. Maaf karena gara-gara aku kamu jadi sakit seperti ini. Aku tidak bisa memaafkan diri aku sendiri sayang. Aku lelaki tak berguna, yang tak bisa menjaga calon istrinya". Al menggenggam tangan odel lalu mengecupnya lama. Setelah itu, ciuman Al pindah ke keningnya. "Maaf karena sudah kasarin kamu tadi. Aku tadi terbawa emosi. Odel, kamu tau kan seberapa berartinya kamu buat aku, seberapa besar cinta aku sama kamu dan sampai kapanpun tidak ada yang bisa menggantikan kamu dihati aku apalagi guenn. Memang aku salah karena tidak mengerti posisi kamu, pasti kamu merasa serba salah. Tapi usulan kamu itu tidak benar odel, apa kamu siap kehilangan aku? Apa kamu mau melihat aku berdampingan dengan wanita lain?"

"Aku tidak mau dan tidak siap Al"

Al terkesiap saat mendengar suara lemah itu, matanya langsung bertemu dengan mata indah odelia.

"Aku mengganggu tidur kamu ya?"tanyanya sambil mengusap kepala odelia sayang.

Odelia menggeleng lemah. "Tidak. Al.. Aku minta maaf atas kebodohan aku itu. Aku sungguh menyesal tapi kumohon jangan tinggalin aku"

Al tersenyum lalu mengecup pipi kiri odelia. "Aku tidak mungkin meninggalkan kamu, sayang. Justru aku yang takut kamu pergi dari sisiku"

"Aku janji tidak akan meninggalkan kamu, Al. Serius..."

Al mengangguk sembari tersenyum. "Aku juga janji"

"Al, kenapa kamu baru datang? Kenapa kamu telepon kamu tidak aktif terus?"

"Maaf ya sayang.... Tadi aku ada operasi besar dan ponsel aku tertinggal dirumah"

"Oh begitu ya"

"Kamu belum makan ya sayang?"tanya Al khawatir saat dia melihat makanan di nakas belum tersentuh sama sekali.

"Aku mau kamu yang suapi Al"rengek odelia.

Al terkekeh lalu mengambil semangkuk bubur yang masih hangat. Al lalu mulai menyuapi odelia perlahan dan odelia sangat senang karena Al sudah kembali padanya.

"Al... Bagaimana keadaan corry?"tanya odelia tiba-tiba.

"Dia baik. Sudah jangan pikirin orang lain dulu, kamu sendiri juga sakit"

"Guenn bagaimana?"

Al menghentikan suapannya lalu menunduk lesu. Dia tidak berani mengatakan bahwa guenn kabur disaat odelia sedang sakit. Takutnya odelia menyalahkan diri sendiri dan akhirnya drop.

"Al...."

Al mendongak lalu tersenyum. "She's fine". Al lalu kembali menyuapi odelia.

"Al...."

"Apa lagi, hm?"

"Tak apa"

***

"Halo... Tolong cari informasi keberadaan Guenn Sandoyo sekarang"

Setelah menyampaikan perintah itu kepada orang suruhannya, key langsung memutuskan sambungan teleponnya. Dia menaruh ponsel pintarnya diatas nakas dekat jendela.

Key memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana lalu menatap lurus keluar jendela kamarnya.

Pikirannya berkecamuk saat ini, hatinya campur aduk. Disatu sisi dia sedih dan kecewa karena Charles yang berhasil mendapatkan gadisnya. Disatu sisi dia khawatir dan takut saat tahu Guenn menghilang karena bagaimana pun Guenn adalah sahabatnya sekaligus kembaran gadisnya. Tapi disisi lain dia juga marah dan frustasi karena dia harus menikahi gadis lain yang tidak pernah dicintainya.

Key menghembuskan napas kasar, tatapannya kosong kedepan. Masalah bertubi-tubi menghampirinya. Saat ini dia hanya bisa pasrah pada yang diatas.

Sebenarnya dia ingin sekali memisahkan Corry dari charles tapi dia tidak mau corry membencinya. Dia lebih baik tidak bisa menjadikan corry sebagai miliknya daripada corry bersamanya tapi membencinya.

Key berbalik dan berjalan kearah kamar mandi. Dia perlu mendinginkan otaknya saat ini. Key menanggalkan semua pakaiannya hingga tak ada sehelai benang pun yang menutupinya. Dia menyalakan shower dan mulai membasahi seluruh tubuhnya.

"Corry... Guenn... Bella... Kenapa ketiga wanita itu mengacaukan pikiran dan hidupku"geram key sambil menonjok tembok yang dilapisi keramik di sampingnya.

Key menjambak rambutnya frustasi. "Kenapa cintaku harus berakhir seperti ini???"

Tubuhnya mulai menggigil akibat air dingin yang terus membasahinya. Key segera menyudahi kegiatannya dan mulai mandi dengan benar.

15 menit kemudian, key keluar dari kamar mandi dengan pinggang dililit handuk. Tetesan air dari rambutnya jatuh mengenai bahu dan dadanya.

Dengan malas key melangkah ke lemari besarnya dan memakai boxernya.

Drrttt Drrtttt

Key mengernyit saat mendengar getaran dari ponselnya. Ada pesan masuk sepertinya.

Key melangkah mendekati nakas tempat ponselnya berada. Jantungnya berdetak kencang saat melihat ada notifikasi pesan masuk dari orang suruhannya. Dengan segera dia membuka pesan itu.

Kami menemukan keberadaan Ms. Guenn, tuan. Dia sedang berada di Chicago saat ini.

Key dapat bernapas lega sekarang. Satu masalah telah teratasi. Dengan segera dia menelepon sekretarisnya.

"Halo tuan"

"Tolong siapkan penerbangan ke Chicago malam ini"

"Berapa lama tuan disana? Apa perlu ku siapkan tiket pulangnya juga, tuan?"

"Tak perlu dan untuk berapa lama kurasa paling lama seminggu. Untuk masalah kantor aku akan memyuruh Dameron mengurusnya sementara"

"Baik tuan. Ada yang bisa saya bantu lagi?"

"Tidak ada. Aku tunggu 20 menit dari sekarang"

Setelah itu key langsung menutup teleponnya dan berjalan kearah walk in closet yang ada didalam kamarnya.

***

Tbc

My Destiny is You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang