Destiny - 31

1.3K 50 1
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Corry sedang bersiap untuk pulang. Tiba-tiba seseorang masuk kedalam ruangannya dan terdengar suara pintu dikunci. Corry terkejut saat melihat siapa yang masuk.

"Charles! Kenapa pintunya dikunci?"pekik corry.

Charles tersenyum devil lalu berjalan mendekati corry.

"aku hanya ingin berduaan denganmu"

Corry membulatkan matanya seketika. Dia spontan mundur ketika charles semakin mendekatinya.

"Apa maksudmu charles???"tanya corry pelan.

"Aku marah corry..."

"Marah? Tapi kenapa?"tanya corry. Kini dia tidak bisa kemana-mana lagi.Punggungnya sudah menabrak tembok dibelakangnya.

"kenapa kau memberikan ciuman pertamamu kepada key?"tanya charles dingin.

"Darimana kau tahu?"kaget corry. Dia kemudian mengembalikan ekspresi terkejutnya menjadi wajah datar. Berusaha mengontrol detak jantungnya saat ini.

"apa key yang memberitahunya? Tapi untuk apa?"pikir corry.

"Tidak penting aku tahu darimana. Tapi yang jelas aku tidak terima corry"ucap charles dengan penekanan dikata TIDAK TERIMA.

Corry mendengus kesal lalu melipat kedua tangannya. Dia harus kuat! Dengan segenap kekuatan dia memberanikan diri menatap charles tajam untuk yang pertama kalinya.

"Untuk apa kau merasa tidak terima? Memangnya kau siapa? Bukankah kau tak memiliki perasaan apapun padaku? Lalu kenapa kau marah sekarang? Terserah aku dong mau berciuman dengan siapapun"ucap corry dengan nada meninggi.

Seketika rahang charles menegang. Sedari tadi dia berusaha mengontrol emosinya yang bisa saja meledak tapi tidak sepertinya tidak bisa lagi.

"Apa kau semurahan itu? Memberikan ciumanmu kepada siapapun"pekik charles kesal.

Corry membulatkan matanya kemudian menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Dia tidak percaya bahwa charles menganggapnya murahan.

"Kenapa? Apa ucapanku benar?"tanya charles sinis.

Plak

Sebuah tamparan mendarat dipipi kanan charles cukup keras. Air mata corry sudah mengalir dengan deras tanpa bisa dibendung.

"Kau kelewatan charles"ucap corry ditengah tangisannya.

Charles terdiam membisu. Dia masih kaget bahwa gadis yang dikenalnya lemah lembut bisa menamparnya sekeras itu.

"Kau sudah punya Guenn, les. Jangan berbicara seolah-olah kau mencintaiku. Aku tidak mau menyakiti perasaan guenn lagi. Cukup semua ini. Mulai sekarang aku akan menjauhi kalian semua. Kau dan juga Key"ucap corry dengan lirih.

Dia meraih tasnya lalu berjalan kearah pintu dan membuka kuncinya. Corry menghembuskan napas kasar lalu membuka pintunya.

Corry berbalik dan menatap charles dengan tatapan kepedihan. "aku tidak akan pernah muncul dihadapanmu lagi. Berbahagialah bersama Guenn"

Corry pun keluar dan menutup pintu rapat, meninggalkan charles yang mematung ditempat.

Charles tidak bisa melakukan apapun sekarang. Kakinya tidak bisa digerakkan dan lidahnya terasa keluh. Dia terus memandangi pintu ruangan corry lalu memejamkan matanya. Kedua tangannya tergepal kuat.

"maafin aku corry... maaf karena telat menyadari perasaanku sendiri. aku mencintaimu corry tapi mengapa kamu memintaku bersama Guenn? aku maunya bersamamu. apakah sudah terlambat buatku memperjuangkan dirimu? aku mohon jangan tinggalkan aku"batin charles.

***

Corry menangis tersedu-sedu diluar ruangannya. Rasanya sakit sekali dihina sama orang yang kita cintai.

Al yang tak sengaja lewat segera menghampiri corry.

"corry.... ada apa denganmu, sayang?"tanya Al lembut.

Corry yang melihat Al segera memeluknya dengan erat. Menumpahkan semua air matanya di kemeja Al.

"tumpahkan saja semuanya"ucap Al sambil mengusap punggung corry pelan.

Tiba-tiba pintu ruangan corry terbuka, charles keluar dan terkejut saat melihat Al dan corry berpelukan dengan corry yang sedang menangis tersedu-sedu.

Charles hendak berbicara sesuatu tapi Al segera menatapnya tajam. Charles mengurungkan niatnya dan segera pergi dari sana.

Saat corry sudah mulai tenang, dia melepaskan pelukannya. Al tersenyum lembut kepada corry.

"maaf gara-gara aku, baju kakak jadi basah gini"ucap corry.

Al menggeleng lalu mengusap sisa-sisa air mata corry. Dia tersenyum lembut lalu mengelus pipi corry.

"kakak antar kamu pulang ya"ucap Al.

"Tapi aku bawa mobil kak"ucap corry saat mengingat mobil kesayangannya.

"Tinggalkan saja disini. Besok baru kamu ambil lagi"ucap Al.

Corry menggeleng cepat lalu menghela napas kasar. "Aku mau pergi saja kak. Pergi sejauh mungkin agar tidak bertemu key maupun charles. Aku tidak mau menyakiti perasaan Guenn. Mungkin ini saatnya untukku berlibur, menenangkan diri"

Al memegang kedua pundak corry lalu menatapnya lekat. "Kamu mau kemana? Kamu anak perempuan corry. Bahaya kalau berkeliaran diluar sana"ucap Al khawatir.

"kakak tenang saja. Aku akan baik-baik saja. Jika keadaan sudah membaik, aku akan kembali"ucap corry dengan serius.

Al menghela napas. Dia tidak bisa melarang corry karena dia tahu bahwa corry bisa jaga diri.

"Ayo kita pulang"ajak Al lalu menarik tangan corry. Corry hanya bisa mengikuti saja.

***

"lalu kamu mau kemana?"tanya Al setelah mereka sampai didepan gerbang rumah Ernest Sandoyo.

"Entahlah.... tapi nanti aku akan menghubungi kakak kok"ucap corry sambil tersenyum.

"Janji?"

corry mengangguk mengiyakan. Dia lalu turun dari mobil dan terlihat satpam membukakan gerbang untuknya.

"Sampai jumpa lagi kak Al"ucapnya sambil melambaikan tangan.

Al hanya mengangguk lalu tersenyum. Corry akhirnya masuk dan gerbang ditutup kembali. Al menghela napas lalu memijit pangkal hidungnya. Sepertinya dirinya harus turun tangan.

Al menyalakan mesin lalu kembali menjalankan mobilnya membelah jalanan yang gelap dan sunyi ini.

***

Tbc

My Destiny is You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang