Destiny - 53

1.6K 75 0
                                    

1 bulan kemudian....

Seorang pria berpakaian serba hitam tengah memperhatikan lekat-lekat pagar rumah yang menjulang tinggi didepannya. Matanya sedikit melirik kesekitar untuk sekedar memantau keadaan. Pria itu lalu mulai bergerak memanjat salah satu pohon yang terletak disamping pagar agar bisa masuk kedalam halaman rumah tanpa ketahuan siapapun.

Bruk

Pria itu sedikit mengumpat saat pendaratan yang dilakukannya kurang mulus yang mengakibatkan tangannya memerah. Tapi dia sedikit lega saat tak ada seorang pun penjaga yang menangkap basahnya.

Dengan sebuah senyuman, pria itu menatap kearah balkon sebuah kamar yang terletak dilantai dua. Kakinya mulai melangkah mendekat kearah rumah tersebut seperti seorang 'pencuri'.

Berusaha mencari tangga yang biasanya tersimpan disekitar halaman. Senyumnya tercetak jelas saat menemukan apa yang dicarinya. Dengan hati-hati dia meletakkan tangga itu tepat berada dibalkon lalu mulai memanjatnya.

Pria itu berdecak saat melihat pintu balkon yang tidak dikunci.

"Bagaimana bisa dia tidak menguncinya? Bagaimana jika orang jahat masuk kemari?"

Dengan perlahan dia masuk kedalam kamar yang sudah gelap. Berusaha mencari seseorang yang menghuni kamar ini.

Pria itu perlahan naik keatas kasur dan meraba sekeliling. Kulitnya tanpa sengaja bersentuhan dengan kulit seseorang yang sedang terlelap dalam tidurnya.

Dia lalu berbaring disebelah orang itu dan memeluknya. Harum mawar khas orang itu menyeruak ke indra penciumannya.

"Aku merindukanmu, corry"

Orang yang sedang terlelap itu adalah Corry. Corry sedikit mengeliat saat merasakan seseorang memeluknya. Seketika kedua mata corry terbelalak saat menyadari apa yang terjadi.

"Sssttt... Tidurlah kembali, sayang"

"Cha... Charles?"

"Iya. Ini aku"

Corry membalikkan badannya kearah charles. Matanya sedikit menyipit karena tidak bisa melihat wajah charles dengan jelas akibat gelap. Tapi dia langsung mengenali dari suara dan juga bau parfum yang digunakan charles.

"Kenapa kamu bisa masuk kekamar aku?"tanyanya dengan suara berbisik.

Charles hanya tersenyum lalu semakin merengkuh pinggang Corry. Corry melirik kearah pintu balkonnya yang terbuka.

"Kamu memanjat? Kamu seperti seorang pencuri"

"Nyatanya aku memang seorang pencuri. Aku berhasil mencuri hati kamu dan sebentar lagi aku akan mencuri raga kamu"

Corry terkekeh lalu mencubit perut charles. "Dasar!"

"Asal kamu tahu ya, ini semua juga karena kecerobohan kamu. Bagaimana bisa kamu tidak mengunci pintu? Bagaimana kalau tadi bukan aku tapi orang lain?"

Corry menarik hidung mancung Charles. "Aku sengaja melakukannya...."

Charles mengerutkan keningnya bingung. "Maksud kamu?"

"Aku tahu bagaimana pun caranya kamu pasti akan berusaha untuk kesini. Untuk ketemu aku"

"Kamu benar. Aku sangat frustasi saat semua orang melarangku untuk bertemu denganmu sehari sebelum pernikahan. Apa-apaan itu!"

Corry tersenyum geli. "Jangan seperti ini, les. Apa kamu tidak bisa bersabar sedikit? Kita besok akan menikah dan kemungkinan kamu akan bosan bertemu denganku setiap harinya"

Charles mengecup hidung corry lalu semakin merapatkan tubuhnya dengan tubuh corry. Corry lalu menyenderkan kepalanya pada dada bidang charles.

"Aku tidak akan pernah bosan melihatmu, sayang. Kamu tahu, bahkan cintaku semakin menggebu-gebu setiap aku melihat wajah cantik kamu"

Corry tersipu malu dan beruntunglah karna charles tidak akan bisa melihatnya dalam keadaan gelap.

"Kamu kok jadi diam?"

Corry menggeleng. "Sudahlah...aku mau tidur. Besok harus bangun pagi-pagi sekali"

Charles menghela napas. "Baiklah..." Dia lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua.

"Bagaimana jika nanti pagi kita kepergok? Bisa-bisa kita gagal menikah"goda corry.

"Hush! Kita tidak akan gagal menikah. Lagipula akan aku pastikan aku pergi dari sini sebelum semua penghuni rumah bangun"

Corry menggangguk lalu memejamkan matanya.

Charles mengelus punggung corry lembut lalu mencium kening calon istrinya.

"Sleep tight, sweety"

***

Guenn keluar dari pesawat jet pribadi milik keluarga Domingo. Terlihat didepannya sekumpulan pria berjas hitam menunggunya dan juga ada Key disana.

Guenn menarik kopernya dan bergerak maju sambil tersenyum kearah Key.

Key memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana dan menatap guenn dengan sebelah alis terangkat.

"Halo Guenn... Akhirnya kamu kembali juga"

Guenn hanya menampilkan senyum menawannya. Salah seorang pria berjas hitam mengambil alih koper guenn.

"Thanks"ucap guenn pada pria itu.

Key melirik jam tangannya. "Sudah sangat malam dan sebaiknya kita segera kembali"

"Tunggu! Aku belum mau kembali kerumah. Aku... mau sedikit membuat kejutan"

Key tersenyum. "I know. Bagaimana jika kamu menginap di apartemenku saja?"

Guenn membelalakkan matanya lalu menggeleng. "Tidak perlu. Aku bisa tinggal dihotel"

Key menggeleng. "Tidak! Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa jika aku meninggalkan kamu sendirian. Lagipula aku tidak bisa membawamu kerumah orangtuaku karena sudah terlalu malam"

Guenn menghela napas. "Aku tidak mau satu kamar denganmu ya"

Key terkekeh geli. "Aku tidak akan macam-macam. Lagipula ada dua kamar kok"

Guenn mengusap dadanya tanda lega. Key yang melihatnya berusaha menahan tawa. Key lalu menarik tangan guenn untuk segera masuk kedalam mobil.

***

Wah! Aku benar-benar gak menyangka kalau part menuju ending bisa tembus 1K. Walaupun ya, sejujurnya berharap vote juga bisa gitu. Tapi gak apa-apa deh, yang pending MDIY ini ada yang baca.

Btw, thanks banget karena udah mau baca MDIY ini. Siapapun kalian, aku ucapkan terima kasih banyak, baik yang ngikutin dari awal mulainya ataupun yang baru-baru saja join.

Semoga ceritaku ini bisa menjadi inspirasi buat kalian semua. Mohon maaf apabila ada kesalahan yang baik disengaja maupun tidak disengaja.

Semoga cerita-ceritaku kedepan, tetap kalian baca. Salah satunya SevenTeen.

Thank you so much....
Love u all. 💕

My Destiny is You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang