"Aku pulang"ucap corry begitu sampai rumah. Dia duduk dan bersender disofa lalu memejamkan matanya.
"Sudah pulang kamu nak"ucap seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari dapur.
Corry membuka matanya lalu tersenyum kearah ibunya.
"apa anak itu ada dirumah?"tanya corry saat Emma duduk disebelahnya.
"Sudah. Sekarang dia ada dikamarnya. Pulang-pulang sudah merajuk dia"
"Merajuk kenapa ma?"tanya corry bingung. Emma hanya mengedikkan bahu tidak tahu.
"kalau begitu mama bantu bibi didapur dulu"ucap Emma lalu bergegas kembali ke dapur.
"pasti anak itu habis dari rumah om Jeremy tapi tumben dia malah mengurung diri dikamar. Apa ada masalah dengan kak Al?"pikir Corry.
Corry menghela nafas lalu beranjak kekamarnya. Saat hendak membuka pintu, pintu disebelah kamarnya terbuka dan tampaklah saudara kembarnya.
"kenapa?"tanya corry saat guenn menatapnya dengan wajah cemberut.
"Kak Al menyebalkan"
Corry hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "pasti kamu yang buat kerusuhan"
"Aku hanya buat surprise tapi dia malah mengejekku"gerutu guenn.
"Jangan suka bertingkah seperti anak kecil guenn, setiap digodain merajuk terus. Kapan kak Al bisa suka sama kamu kalau begitu"ucap corry bijak.
"Jadi aku harus sok dewasa seperti kamu begitu? Lagipula memangnya kalau aku seperti kamu, kak Al akan membalas perasaanku?"cerocos guenn.
"maybe yes, maybe no. Tapi setidaknya walaupun bukan kak Al tetapi masih ada lelaki lain"
"Tapi bagaimana kalau nanti yang suka sama aku malah orang yang kamu sukai"timpal guenn.
Seketika tubuh Corry mematung, lidahnya terasa keluh untuk membuka suara dan otaknya seperti berhenti bekerja.
"Tenanglah corry. Aku tidak akan menikungmu sama sekali. Lagipula kenapa mendadak kamu pucat? Apa kamu tengah menyukai seseorang?"ucap guenn sambil memegang kedua bahu corry.
Corry hanya diam. Dia memilih tidak menjawab. Guenn masih menunggunya berbicara tapi sepertinya kembarannya ini tidak akan menjawab.
"Diam artinya iya"ucap guenn lalu bergegas pergi, meninggalkan corry yang masih terdiam.
"Tidak!!! Aku tidak akan membiarkan Guenn mengambilnya dariku lagi.Sudah cukup semuanya"batin corry.
Dia menghela nafas lalu masuk kedalam kamarnya. Dia langsung masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan diri.
Guenn duduk diruang keluarga lalu menyalakan televisi. Tidak ada film yang menarik karena sedari tadi dia terua mengganti channel.
"Guenn... akhirnya kamu keluar juga"ucap Emma yang sedang menata meja makan.
"apa papa sudah pulang?"tanya guenn tanpa menoleh.
"baru saja dan sekarang sedang mandi"
Guenn hanya ber-oh ria. Pandangannya terfokus ke layar didepannga tetapi pikirannya melayang kemana-mana. Tiba-tiba dia merasa bersalah atas ucapannya tadi ke Corry. Dia tidak bermaksud merebut milik siapapun. Dia juga tidak ingin kejadian seperti dulu terulang lagi.
Corry baru saja selesai mandi dan segera keluar. Dia menghampiri Emma yang tengah menata meja makan.
"tidak perlu"ucap Emma saat corry hendak membantunya. Corry hanya menurut dan duduk di kursi meja makan.
Dia melirik kearah Guenn yang sedari tadi menekan remote sembarangan. Dia menghela napas lalu menatap lurus kedepan. Pikirannya masih berkecamuk atas perkataan Guenn tadi. Entah mengapa dia merasa tidak tenang.
"Corry... Guenn... ada apa dengan kalian? Kalian berdua sama-sama melamun"tegur Emma saat melihat tingkah kedua putrinya yang aneh.
Guenn tersadar dan segera menoleh. Dia tersenyum kecil kearah Emma. "Tak apa ma. Aku hanya mengingat sesuatu hal"
Corry menelan ludah mendengar penuturan Guenn barusan. Dia segera menatap Guenn yang ternyata sedang menatapnya dengan tatapan kosong.
"Apa dia memikirkan hal yang sama seperti yang ku pikirkan?"pikirnya.
"Ya. Aku memikirkan hal yang sama corry"jawab Guenn dalam hati.
Guenn lalu mematikan televisi. Dia bangkit dan berjalan kearah meja makan yang tak jauh dari ruang keluarga. Dia duduk disebelah Corry yang masih terdiam.
Emma merasa ada aura-aura tidak enak diantara kedua putrinya ini. Tetapi dia memilih diam karena tidak mau ikut campur terlalu jauh. Dia yakin putrinya dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri karena mereka sudah dewasa.
"Hei ladies. Kenapa wajah kalian ditekuk begitu? Ah, papa tahu, perut kalian kelaparan karena menunggu papa kan? Maafkan papa yang sayang, tadi papa mendapat panggilan alam"ucap Ernest saat sudah duduk dikursi utama.
"papa memang lama. Cacing diperut Guenn sudah mendemo tahu"ucap Guenn pura-pura kesal.
"Namanya manusia nak. Papa mana bisa menolaknya"kekeh Ernest.
Emma pun ikut terkekeh lalu duduk disebrang Guenn. Dia mengambilkan nasi untuk Ernest, Guenn, Corry dan untuk dirinya sendiri. Tak lupa dengan sayur dan lauk pauknya.Mereka pun menikmati makan malam dalam keheningan.
***
Usai makan malam, Corry langsung masuk kekamarnya. Perasaannya masih tidak tenang. Ada rasa takut, gelisah dan perasaan bersalah.
"tidak seharusnya aku separno ini. Aku yakin Guenn tidak serius dengan ucapannya"gumam corry. Dia mengacak rambutnya dengan frustasi.
Tok tok tok
"Corry ini aku"ucap seseorang yang diketahui adalah Guenn.
Corry berjalan dengan malas kearah pintu. Dia terdiam didepan pintu tanpa membuka pintunya.
Tok tok tok
"Corry, aku ingin bicara"
Corry bersandar dipintu lalu memejamkan matanya. Entah mengapa dia malas berbicara dengan Guenn.
"Corry, aku hanya ingin minta maaf. Aku tidak bermaksud berbicara demikian. Aku tadi sedang kesal saja. Aku sungguh-sungguh minta maaf. Please jangan diamin aku seperti ini terus"ucap Guenn tulus.
Corry membuka matanya lalu menghela nafas kasar. Dia membuka pintu dan Guenn langsung memeluknya erat.
"aku tahu kamu pasti bisa mendengar suaraku. Please... jangan bersikap seperti ini. Aku sungguh menyesal"ucap Guenn. Dia lalu melepas pelukannya dan menatap corry sendu.
"Ya. aku maafkan tapi aku mohon jangan pernah menjadi orang ketiga lagi"lirih corry.
Guenn segera mengangguk. Corry pun tersenyum lalu mereka berpelukan.
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny is You ✅
عاطفيةCOMPLETED ✅ #460 in Romance (18/05/2018) This is my first story so don't copy my wattpad because I don't like whose name is PLAGIARISM!!! Happy Reading .... ---------------------------------------------------- Kamu adalah takdirku dan aku adalah tak...