Destiny - 11

1.8K 73 1
                                    

Pagi ini Odelia sudah tampil cantik dengan kemeja putih, rok span hitam dan blazer hitam. Rambutnya dikuncir kuda sehingga dia terlihat lebih rapi. Dia meraih ponsel berwarna gold dan tas channel-nya yang tergeletak diatas ranjang.

Setelah semua siap, dia keluar kamar dan berjalan menuju meja makan. Disana sudah ada richard dan ratata sedang menikmati sarapannya.

"Morning pa, morning ma"sapa Odelia dan duduk disebelah ratata. Dia lalu mengambil selembar roti tawar dan mengoleskan selai kacang kesukaannya.

"Papa harap kamu serius dalam mengurus perusahaan. Papa tidak mau kamu sekolah jauh-jauh sampai ke Amsterdam tapi semuanya sia-sia"ucap richard dengan tegas.

Odelia menelan ludah dalam-dalam dan mengangguk patuh.

"papa jangan terlalu keras sama anak"tegur ratata yang tidak suka jika suaminya ini membahas soal pekerjaan dimeja makan.

Richard hanya mendengus kesal saat melihat ratata yang terus membela Odelia. Menurutnya, anak itu tidak boleh terlalu dimanjakan.

"sudahlah ma. Odel gak pa-pa kok. By the way charles kemana ma? Kok dia tidak ikut sarapan?"tanya odel saat baru sadar jika adiknya itu tidak ada.

"Dia sudah pamit pagi-pagi sekali tadi"jawab ratata.

"Odel, papa mau kamu ikut rapat nanti jam 10. Papa mau kenalkan kamu dengan rekan bisnis baru papa. Dia masih muda tapi sudah menjadi pengusaha sukses dan papa akan sangat setuju jika kalian bisa berhubungan"ujar richard.

Odel menghela napas. Terkadang dia merasa kesal, sebenarnya papanya ini mau menjadikannya wakil direktur atau hanya mau menjodohkan dirinya dengan pengusaha-pengusaha itu. Tetapi tentu dia tidak berani mengungkapkan itu semua dihadapan papanya. Lebih baik diam daripada harus mendengar ceramah dari papanya itu. Karena jika papanya sudah membuka suara bisa-bisa panjangnya seperti jarak antara Jakarta ke kota Bandung. Bukannya hiperbola tapi memang itu kenyataannya.

"Yasudah. Kalau begitu kita berangkat sekarang"ucap richard sambil bangkit dari duduknya. Odel hanya mengikuti saja.

Ratata juga ikut berdiri dan merapikan dasi yang dipakai richard. Walaupun richard adalah tipe orang yang keras tapi hanya ratata-lah yang mampu meluluhkan hatinya.

Setelah beres, richard mencium kening ratata sebentar lalu pergi terlebih dahulu.

"Ma, Odel berangkat dulu ya"pamit Odel lalu mencium pipi kiri ratata. Ratata hanya mengangguk sambil tersenyum. Odel menyusul richard yang sudah keluar duluan.

***

Tadi Odel berencana mau menemui Al saat jam makan siang tapi charles sudah mengirimkan pesan untuknya.

From: Charles Darson

Aku tahu, kakak pasti nanti akan menemui Algero tapi sepertinya itu tak perlu kak. Biarkan dia yang menghampiri kakak. Jangan kakak yang menghampiri dia lagi. Karena jika jawabannya 'iya' dia pasti akan segera menemui kakak. Aku sempat memberikan kartu nama kakak kepadanya.

Odel menghela napas. Apa yang dikatakan charles ada benarnya juga. Untuk apa dia yang terus-terusan mencari Al. Baiklah, kali ini Odel yang akan menunggunya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu itu menyentakkan Odel. Odel segera merapikan penampilannya.

"Masuk"

Seorang sekretaris masuk kedalam ruangannya sambil tersenyum lembut.

"Oh, ya rapatnya. Aku sampai lupa. Maafkan aku"ucap Odel seraya berdiri dari duduknya.

Tapi sekretaris itu langsung menggeleng cepat. "justru saya kesini mau menyampaikan bahwa rapatnya tidak jadi, bu"

Odel menaikkan sebelah alisnya. "kenapa? Batal atau di cancel?"

"Arent Group yang menundanya secara tiba-tiba"ucap sekretaris itu.

"Hmm... Baiklah"gumam Odel sambil mangut-mangut.

Sekretaris itu pun permisi dan segera keluar dari ruangan Odelia. Odelia bersandar dikursi kebesarannya dan memejamkan matanya sejenak. Rasanya ingin sekali mendinginkan kepalanya ini.

Tok tok tok

Seketika Odel membuka matanya lalu menggerutu. Apa tidak bisa sebentar saja dia menenangkan diri?

"Masuk"ucapnya agak sedikit membentak.

Matanya membulat seketika saat melihat siapa yang datang itu. Kalian pasti bisa menebaknya.

Siapa lagi kalau bukan Dokter Algero.
Pria tampan itu berjalan dengan santai kearah Odelia yang sudah berdiri dari duduknya.

"Hai"sapanya ramah.

Odelia hanya tersenyum kikuk. "Mmm.. hai"

"Silakan duduk"

"Makasih"

Mereka berdua pun duduk berhadapan.

"Aku tahu kantormu dari kartu nama yang sengaja ditinggal charles"ucap Al. Odelia hanya mangut-mangut.

"Oh, ya. Kita sudah tiga kali bertemu tapi kita belum berkenalan secara resmi"ucap Al sambil tersenyum ramah.

"Namaku Odelia. Maaf karena setiap bertemu aku hanya membuatmu bingung"ucap Odelia.

Al hanya tersenyum. "namaku Algero. Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Medika Hospital"

"aku tahu"kekeh odelia. Al pun ikut terkekeh. Dia menatap wanita didepannya ini dengan intens.

Beautiful

Hanya satu kata itu yang dapat mewakilkan wajah cantiknya.

Sedangkan Odelia agak salah tingkah ketika Al menatapnya lama. "Mmm... Apa ada yang aneh dengan wajahku? Atau mungkin bedakku terlalu tebal?"tanya odel hati-hati.

"tidak... tidak. Justru aku sedang mengagumimu"ucap Al dengan wajah serius.

Pipi odel memanas mendengar Al memujinya. Pasti pipinya sekarang sedang memerah.

"Ja.. Jadi.. apa jawabanmu?"tanya odel setelah dia sudah bisa mengendalikan dirinya.

"kamu maunya aku menjawab apa?"goda Al sambil mengedipkan sebelah matanya. Odel memutar bola matanya malas.

"Hmm... Aku juga tidak tahu. Yang aku mau kamu menjawabnya sekarang"ucap Odel dengan tegas.

"Aku sudah mendengar kisahmu dari Charles"ucap Al dengan tenang. Odel membelalakkan matanya.

"Sial! Kenapa si ongol-ongol menceritakannya kepada Al. Pasti Al sekarang hanya kasihan sama aku"umpat Odel dalam hati.

Odel kembali menetralkan ekspresi wajahnya. Lalu menatap Al datar.

"Aku tidak ingin berbasa-basi. Aku hanya mau kepastian. Jadi kau tinggal jawab 'ya' atau 'tidak'. Karena aku sedang sibuk"ucap Odelia penuh penekanan.

"Oh, jadi jika aku sudah jawab kamu akan mengusirku"tanya Al sambil menaikkan sebelah alisnya.

"tergantung dari jawaban anda"ucap Odel dengan nada normal. Odelia lalu melipat kedua tangannya diatas meja dan menatap Al tajam.

"jawabanku adalah......."

Odelia mencondongkan tubuhnya agak kedepan. Dia sudah mempersiapkan pendengaran yang tajam agar bisa mendengar dengan jelas jawaban Al. Dia sudah siap apapun jawabannya.

***

Tbc

My Destiny is You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang