"Aku ingin ia hidup. Aku menemukan diriku lebih memilih untuk terus dihinanya dari pada melihatnya terus bermuram durja sepanjang hari." -H
Langit gelap. Salju mencair seiring dengan meningkatnya suhu di Britania. Kakiku turun menyentuh tanah basah dan menyerahkan tali kuda pada penjaga yang bersiap di sebelah untuk di taruh ke istal.
"Ada kabar apa?" Tanyaku pada Theo yang menungguku di pintu utama.
"Tiga surat datang, Tuan. Ketiganya dari tempat yang sama. Kediaman Nyonya Ayre." Lapornya menyerahkan tiga amplop dengan dua tulisan berbeda. Ku tanggalkan topi dan jas berpergianku lalu melemparkannya pada Theo.
"Untuk siapa yang satu ini?" Tanyaku pada satu amplop polos tanpa tulisan tujuan surat.
"Kurir secara sembunyi ingin memberikan surat itu pada Kenya Sharp, Tuan. Saya rasa Nyonya Ayre ingin mengatakan sesuatu pada Kenya Sharp di belakang Anda. Saya langsung menyita surat itu sebelum sampai ke tangan Kenya Sharp."
Aku mengerutkan kening, "mengapa ia ingin melakukan itu?" Tanyaku lebih kepada diriku sendiri. "Bagaimana dia?"
Theo mengangguk dengan jawaban yang kurasa sudah ia persiapkan. "Masih dalam kondisi yang sama, Tuan. Ia makan dengan sangat patuh tapi tidak bicara apa-apa."
Sudah beberapa minggu berlalu. Kematian wanita pasung itu kurasa meninggalkan rasa yang tidak cukup wajar untuk budak Amerika yang membuatnya kelewat patuh pada siapapun yang mengirimkan perintah padanya.
Ia harusnya marah. Ia wanita pemarah yang pernah aku temui selama aku hidup. Ia selalu memberontak pada apapun. Sikap patuh bukanlah alaminya. Aku suka membuatnya patuh padaku. Memang sialan bahwa ia harusnya bersujud padaku pertama kali menginjakkan kakinya di tanahku. Ia budakku dan harus mati ketika kukatakan mati. Namun, entah mengapa perilakunya yang seperti ini justru membuatnya tidak hidup seperti manusia hidup.
Aku ingin ia hidup. Aku menemukan diriku lebih memilih untuk terus dihinanya dari pada melihatnya terus bermuram durja sepanjang hari.
Ada apa denganku 'kan?
Aku tidak ingin memikirkan itu lebih jauh. Dengan masih menggenggam tiga amplop, aku menuju runganku dan membacanya.
Pertama adalah pelayan yang kupercaya untuk berjaga di rumah yang ditinggali Katheline. Si Tobeth dengan tulisan cakar ayamnya.Kepada yang terhormat,
Tuan Styles.
Bangsawan Cubicle Park.Dengan surat ini saya tulis berdasarkan pengamatan saya sepanjang waktu terhadap apa yang terjadi di sini sesuai permintaan Anda. Dan dengan datangnya surat ini telah saya laporkan perempatminggu rutinitas yang terjadi.
Nyonya Ayre begitu sedih ketika Anda pergi dan meninggalkannya, Tuan. Ia mengurung dirinya di kamar dan tidak membiarkan satupun pelayan masuk untuk melayaninya. Ia juga tidak makan dan minum. Hal itu membuat kami semua khawatir akan kondisinya.
Namun, tiga hari kemudian ia keluar lalu makan. Saya sangat senang atas perubahan itu. Tetapi, ia mulai memanggil Lorian. Lorian adalah wanita dan pelayan Anda yang sangat patuh namun saya rasa kepatuhannya telah berganti sejak Nyonya Ayre meminta menemaninya.
Saya dengan berani mengatakan bahwa Nyonya Ayre bersama Lorian telah menjadi persekutuan di belakang Anda. Mereka menghindari keberadaan saya di sini karena tahu bahwa saya akan melapor dengan setia kepada Anda.
Nyonya Ayre kelihatan sakit akhir-akhir ini. Ia begitu pucat namun menolak untuk dipanggilkan penyembuh. Lorian selalu berada di belakangnya untuk mendukungnya dan dengan menyesal saya tidak dapat mencegah mereka melakukan yang mereka inginkan karena saya tidak memiliki bukti pengkhianatan mereka kepada Anda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past Of Harry (Prequel)
Historical Fiction[Prequel from THE PAST] [It means you have read 'THE PAST' first] Check my works. Britania Raya, 1835. Para pembaca, saya hanya bisa menyampaikan; Ketika masa lalu menjadi pokok pembicaraan, sungguh, sejujurnya sebab-akibat akan menjadi momok nyata...