"Lihat betapa manusia membalas kesabaranku. Lihat yang terjadi padaku pada akhirnya. Di khianati. Di tinggal pergi. Inilah sebabnya aku tidak mau menjerumuskan diriku pada hal mistis yang hanya akan membuatku diterjunkan dari bangunan tertinggi." -H
Tiga hari berlalu dan aku belum mendapat keinginanku. Theo telah gagal memberikan Katheline pada batas waktu yang ditentukan.
Aku masih diam.
Aku menahan diriku untuk menuju ke istal lalu mengambil kuda dan mengendarainya sendiri menuju tempat Katheline.
Aku menjaga diriku.
Aku tidak menyuruh seseorang untuk segera menjemput mereka atau membakar kediaman mereka sampai hangus.
Demi Britania yang diagungkan, aku telah mengendalikan diriku selama tiga hari ini!
Namun, kini aku mendapatkan balasan penantian dan kesabaran yang tersisa dari diriku.
Tanganku tidak berdaya untuk meremas dan menghancurkan surat yang dituju Katheline padaku. Mataku kembali pada bagian atas perkamen dimana tulisannya menari indah dilukis tinta namun luntur di beberapa tempat.
Dear Edward,
Mungkin kau akan murka. Atau telah murka. Tetapi, aku harus menyelamatkan diriku.
Saat kau membacanya, aku harap kau tidak terlalu membenciku. Namun, aku harus memberitahu satu hal yang tidak akan pernah kau terima.
Aku mengerti pandanganmu, persepsimu, pola pikirmu terhadap dunia.
Aku mengerti apa yang kau rasakan mengenai cinta. Betapa bencinya dirimu mengenai hal itu dan tidak percayanya dirimu akan keajaibannya.
Maka dari itu, Edward, aku harus pergi.
Aku paham, dan aku tidak akan memaksamu untuk menerima keadaanku saat ini. Anak ini akan baik-baik saja dalam tubuhku. Dan selalu baik-baik saja hingga besar. Aku yang akan menjaganya dan kau tidak perlu khawatir.
Edward, telah terpikirkan olehku bahwa kau sebenarnya adalah seorang perampok. Kau berdiri di wilayah Tuanku dan dengan bodohnya aku menghampirimu dan mengajakmu berburu kodok.
Kau menolaknya. Kau tidak mengikuti langkahku saat itu yang seharusnya menjadi keuntungan terbesar yang terjadi dalam hidupku.
Tuhan telah menyelamatkanku untuk berjauh darimu.
Tetapi, takdir telah membawamu untuk yang kedua kalinya dalam hidupku. Namun, kali ini Tuhan tidak ada untuk menyelamatkanku berjauh darimu.
Aku senang hati menerima seorang perampok. Yang kemudian aku tahu adalah kesalahan terbesar yang pernah aku buat dalam hidupku.
Kau memang tidak mengambil kekayaanku. Karena aku tidak lagi memilikinya. Namun, selepas itu kau justru mengambil segala yang kumiliki.
Perampok mana yang mengambil dengan tanpa memaksa?
Kau, Edward. Kaulah jawabannya.
Kau berhasil membuatku memberikan segalanya padamu. Bahkan menyerahkan kehormatanku dengan percuma. Aku bertanya,
Apa yang kau sisakan untukku?
Namun, aku menemukan kau menjawabnya tidak ada.
Aku mencintaimu. Kita memang berasal dari benih pria yang sama. Tetapi, aku tidak peduli. Katakanlah betapa tidak warasnya aku. Tetapi, aku memang tidak pernah menganggap Tuanku sebagai seorang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past Of Harry (Prequel)
Historical Fiction[Prequel from THE PAST] [It means you have read 'THE PAST' first] Check my works. Britania Raya, 1835. Para pembaca, saya hanya bisa menyampaikan; Ketika masa lalu menjadi pokok pembicaraan, sungguh, sejujurnya sebab-akibat akan menjadi momok nyata...