"Air matanya mengingatkanku bahwa, apapun yang telah terjadi, bahkan hingga sampai saat ini, apapun yang ia lakukan dan menjadi apapun ia, ia masih wanita sama yang menyuruhku bersembunyi di lemari kecil untuk menjauhkanku dari pria yang memukulinya." -H
Wanita terpasung itu menutup mulutnya rapat dan tidak berkata apa-apa. Bahkan aku ragu jika ia mendengarkan apa yang aku tanyakan.
"Tahu darimana kau akan dirinya?" Tanyaku kala itu untuk yang kesekian kalinya. Tanganku menjambak rambutnya. Menarik kepalanya agar matanya berkedip takut dan mulutnya akan berbicara apa yang aku tanyakan. Namun, ia tidak melakukannya. Matanya tak kunjung berkedip barang sekalipun. Pun mulutnya masilah garis datar yang kering.
Aku menarik Kenya Sharp yang berdiri di belakangku agar mendekat. Ku pegang rahangnya kasar dan menunjukkannya tepat di depan wajah wanita terpasung itu agar ia lihat.
"Darimana kau tahu dia?" Tanyaku.
Kenya Sharp meringis. Namun, tidak menangis. Wajahnya memohon wanita itu untuk melakukan sesuatu. Mengatakan sesuatu yang juga kurasa ingin ia tahu.
Tapi, wanita terpasung itu masih sama keras kepalanya seperti batu granit. Suara tangisan di ruangan ini yang keluar dari mulut Helga begitu menggangguku.
"Diam!" Bentakku.
Aku mendorong budak Amerika itu untuk menjauh. Meraih kunci yang tergantung di ikat pinggang lalu membuka gembok yang terpasang pada kayu yang menjepit kaki wanita busuk itu.
Ku tarik tangaannya untuk memaksanya berdiri karena kurasa kakinya sudah lupa bagaimana cara berjalan. Ku seret dia menuju pintu keluar tanpa sikap pemberontakan. Wanita ini menerima perilakuku seperti ia menerima dirinya di makan oleh serigala.
Ia menerimaku seakan menelan habis kematian yang akan menghancurkannya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Kenya Sharp gentar.
Aku tidak mengindahkannya. Dia tidak perlu mencampuri urusanku. Aku begitu lelah merasa harus berurusan dengan wanita busuk ini. Dia bukan ibuku lagi dan tidak pernah menjadi ibuku sejak ia mengusir diriku pergi dan kelaparan.
Ia membuang Emma ke tempat yang tidak sewajarnya! Emma seharusnya berada di peti. Lalu di sembunyikan oleh tanah di kedalaman enam sampai tujuh kaki.
Tapi, ia membuangnya. Aku tidak pernah lupa betapa terkejutnya aku meneladeni wanita yang menatap nanar pada pria iblis yang memukulinya dengan penuh cinta.
Wanita yang kuseret melewati kerikil ini adalah manusia tidak waras yang tidak boleh kudekati. Seharusnya telah kutinggalkan ia dari jauh hari. Tetapi, aku akan membuangnya saat ini. Bahkan jika harus di siang bolong seperti ini.
"Jangan melakukan suatu hal yang buruk padanya!" Teriak Kenya Sharp sesaat tubuhnya muncul di depanku menghadang. Tangannya ia lebarkan seakan menjadi palang yang akan menyusahkanku untuk melakukan hal yang kuinginkan.
"Minggir!" Bentakku. Namun, ia menggeleng dengan keras kepala.
"Tidak boleh membunuhnya, aku mohon." Suaranya memelan di akhir kalimat.
"Kau tidak berhak mengatakan boleh dan tidak boleh padaku. Sekarang, minggir!" Kataku. Tetapi, yang disuruh tidak berkutik. Aku mendorongnya hingga ia tersungkur dan menyeret wanita gila ini lagi menuju perairan.
"Tidak!" Jerit Kenya Sharp kini diiringi rengekan darinya.
Aku mulai bingung.
Ia tidak bisa bersikap seakan peduli pada wanita busuk yang tidak ia kenal. Aku tidak memahami hubungan semacam itu. Tetapi, wanita yang kuseret ini, wanita tidak berguna yang telah meninggalkan akal sehatnya pada pria iblis yang telah mati ini, wanita sama yang pernah sekali kuanggap sebagai manusia berharga dalam hidupku, wanita ini... matanya tidak berhenti menatap budak yang menangis di belakangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Past Of Harry (Prequel)
Fiksi Sejarah[Prequel from THE PAST] [It means you have read 'THE PAST' first] Check my works. Britania Raya, 1835. Para pembaca, saya hanya bisa menyampaikan; Ketika masa lalu menjadi pokok pembicaraan, sungguh, sejujurnya sebab-akibat akan menjadi momok nyata...