2

218 5 0
                                    

Cemburu

Bell rumah berbunyi.

" Eh bi minah. Masih cantik aja."

Goda Marsel kepada asisten rumah tangga Feroll yang sudah bekerja di rumah itu sejak Feroll masih kecil.

" Den Marsel bisa aja. Nggak pernah berubah."

Ucap bi Mina sambil tersenyum.

" Siapa bi ? "

Tanya Demian.

" Eh ada om. Malem om. Ferollnya ada ?"

Tanya Rio.

" Ayo masuk. Ferollnya ada didikamar. Kapan datang dari Austria ?"

" Uda lama kok om. Maaf kemarin nggak sempat datang ke acara pernikahan Feroll kebetulan mendadak kebanjarmasin ada urusan kerjaan."

" Kamu Marsel gimana kuliahmu ?"

" Udah selesai om."

Tiba-tiba Feroll turun dari tangga langsung menghampiri kedua sahabatnya tersebut.
Mereka langsung menuju ketaman belakang dekat kolam renang tempat dimana biasa ketiga sahabat itu menghabiskan waktu mengobrol dan bersantai.

" Duh ile pengantin baru pengennya lengket terus kayak perangko."

Sindir Marsel sambil mengangkat kedua keningnya dengan tampang jahil.

" Biasa aja kali."
Jawab Feroll dengan nada datar.

" Maksud lo ??? Malam pertamanya biasa aja ? Nggak ada fariasi apa gitu ? "
Tanya Marsel dengan suara yang cukup tinggi.

" Lo kalo ngomong nggak harus pake toa."

Ucap Rio sambil menjitak kepala Marsel.

" aduh sakit bro..."

Rengek Marsel dengan gaya lebay sambil mengelus kepalanya yang sakit.

" Pake bilang fariasi segala.lo pikir malam pertama itu kayak ngemodif kendaraan ?
Oh iya Fer Jangan bilang lo masih belum bisa move on dari Renata ?"

Feroll hanya bisa bernafas panjang mendengar pertanyaan Rio.

" Lo harus bisa ngelupain Renata dan harus mencoba membuka hati untuk istri lo Fer."

" Lagipula Renata itu nggak baik buat lo. Kalau memang dia mencintai lo nggak mungkin dia ngegantung lo."

" PHP kali"

Nampak Nadia mendekat kearah mereka dengan membawa minuman dan beberapa cemilan kecil.
Mata kedua sahabat Feroll menatap Nadia tanpa berkedip bahkan Marsel sampai menganga melihatnya.

" Wow..gue nggak mimpi kan ?"

Tanya Marsel dan kembali terpaku menatap Nadia.

Nadia meletakkan minuman dan beberapa makanan kecil dimeja tempat ketiga sahabat itu duduk selonjoran.
Lalu Nadiapun berjalan masuk menuju kedapur kembali.
Sampai punggung Nadia tak terlihat lagi kedua sahabatnya itu tetap terpaku diam ditempat.

"Ehmk..."

Deheman Feroll menyadarkan kedua sahabatnya itu.
Namun Marsel masih tetap saja terpaku sambil membuka mulutnya.
Rio mengambil salah satu cemilan lalu merapatkan kedua bibir Marsel agar tertutup.
Sontak saja Marsel tersadar dari diamnya.

" makan tu."

Ucap Rio.
Feroll hanya tertawa melihat aksi kedua sahabatnya itu.

" Makanya natapnya biasa aja kali."

Ucap Feroll dengan wajah cemberut lalu segera merubah raut wajahnya seperti biasa.

" Lo cemburu ya ? "

Goda Rio.

" Istri lo cantiknya nggak ketulungan bro. Gue aja sampai nggak percaya. Kayak bidadari turun dari surga."

Ucap Marsel dengan gaya lebaynya.

" Itulah .gue heran ,semua orang sangat terpesona dengan istri gue. Guepun sama seperti kalian setiap kali melihatnya . hanya saja setelah melihatnya bayangan wajah Renata selalu muncul dalam benak gue."

Ucap Feroll dengan nada lirih.

" Sabar aja sob. Gue yakin cepat atau lambat lo pasti bisa mencintai istri lo."

Ucap Rio mencoba menghibur Feroll.

" Feroll ayo ajak teman-temanmu makan malam bersama."

Ajak Fera pada anaknya.

Mereka saat itu juga segera menuju ke ruang makan dan duduk manis menatap hidangan yang tersaji didepan mereka.
Nadia menghidangkan makanan dipiring Feroll.
Melihat hal tersebut Rio menyikut tangan Marsel dengan memberi kode untuk melihat adegan yang ada dihadapan mereka.

" wah gue juga mau dong dihidangkan seperti itu."

Goda Marsel.

" Kalau mau lo ambil sendiri aja. Kalau pengen makanya buruan nikah."

Melihat Feroll yang bersikap seperti itu kedua orang tuanya saling bertatapan sambil tersenyum-senyum.

" ya sudah jangan ngambek gitu. Ayo makan."

Ucap Demian.

" Ya Allah..benarkah yang barusan aku dengar..? Apakah ini artinya suamiku mulai mencintaiku dan menerimakun sebagai istrinya ? "

batin Nadia.

deg...

Jantung Nadia berdegup tak menentu saat mendengar ucapan Feroll.
Hal itu membuat pipinya bersemu merah bagaikan jambu.

Melihat menantunya yang wajahnya bersemu merah membuat Fera tersenyum melihatnya.
Sedangkan Feroll terlihat gugup duduk disamping Nadia.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dikamar Nadia tengah asik mengerjakan tugas desaign grafisnya.

" Belum tidur Nad ? "

Ucap Feroll dengan lembut.

" Iya."

Jawabnya tanpa menolehkearah Feroll yang menghampirinya.

" kok gue jadi deg-degan kayak gini ya ?"
batin Nadia.

Feroll menatap intens wajah Nadia yang sedang mengerjakan tugas.
Keheningan dalam kamar itu hanya memperdengarkan dentingan jarum jam yang kini sudah menunjukkan pukul sebelas lewat empat puluh menit.

Merasa diperhatikan Feroll sedari tadi jantung Nadia sudah berjingkrak-jingkrak tak karuan.
Wajahnya kini telah merona bagaikan tomat.

" aduh please jangan tatap aku terus kayak gini dong."
batin Nadia.

" kalau diperhatiin ternyata lo imut dan ngegemesin deh Nad. Gue jadi pengen meluk elo deh. Apaan sih otak gue ?
Ok fix sekarang lo berhenti muji-muji Nadia Fer.
Dia itu bukan cinta lo.
Cinta lo Renata."
batin Feroll.

Antara Kau Aku dan Dia  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang