16

188 1 0
                                    


Pagi ini Siska dan Radit tengah sibuk mengurus materi untuk ujian meja nanti yang tinggal seminggu lagi.
Nadia turut membantu keduanya dalam mempersiapkan beberapa hal.

" hhhhff....!!! "
Siska dan Radit menghela nafas panjang.

" Nih diminum dulu."
Ucap Nadia sambil menyodorkan minuman dingin untuk kedua sahabatnya itu.

" Thanks."
Seru Siska dan Radit bersamaan.

" cie...cie...jodoh nih."
Ucap Nadia yang mencoba membuat keduanya rileks.

" Iyalah. Itu pasti Nad. Sejak masih dalam perut gue udah di takdirkan bersama Siska dan begitu juga sebaliknya."
Jawab Radit gamblang.

" ihk..dasar. sok tau."
Ucap Siska sambil mengacak-acak rambut Radit dengan gemas.

" hihi...kalian berdua lucu ya. Nggak kebayang kalau kalian nikah nanti trus punya anak. Pasti akan jadi lebih heboh lagi."
Ucap Nadia sambil tertawa melihat tingkah keduanya.

" Makanya Nad do'ain kita lulus biar bisa cepat nyusul kamu."
Jawab Radit.

" Iya. Aku do'ain semoga kalian lulus."
Jawab Nadia.

" Tapi dit. Gue nggak mau nikah sama lo setelah lulus nanti."
Ucap Siska.

" Kamu udah punya cowok lain ya ? Atau sama kayak Nadia dijodohin gitu sama ortu ? "
Tanya Radit.

" Nggak. Gue hanya nggak mau nikah sama pengangguran. Ntar gue dikasih makan apa ? Belum untuk belanja dan bayar ini itu."
Jawab Siska.

" Kamu kok berubah jadi matre gini sih ? "

" Dit perempuan manapun didunia ini pasti berfikirnya sama kayak gue. Ini gue bicara realistis bukan materialistis."
Jelas Siska pada Radit.

" Ya..aku akan berusaha sekuat tenaga akan membahagiakan kamu Sis. Makanya kamu ngedukung aku biar dapat kerjaan yang pasti bisa mencukupi kebutuhan harian kita kelak nanti. Ya.. emang sih gue akui penghasilan dibengkel gue nggak seberapa."
Jawab Radit untuk meyakinkan Siska.

Siska yang mendengar penuturan Radit membuat wajahnya bersemu merah.

" Hmmm...ada udang goreng nih.hihi..."
Sela Nadia.

" Apaan sih Nad."
Ucap Nadia sambil menyembunyikan wajahnya yang merona dari tatapan Radit.

Radit berusaha melihat wajah Siska namun selalu ia menghindarinya.

" Oh iya Sis. Ntar bisa gue ngobrol berdua dengan Radit ?"
Pamit Nadia pada Siska.

" Nggak boleh."
Ucap Siska dengan memperlihatkan wajah cemberutnya.

" Ya ampun Sis. Gue nggak bakal ngerebut Radit dari lo. Gue hanya mau bicarain beberapa hal tentang...."
Ucap Nadia terpotong.

" Tentang apa ? "

" Tentang masalah mobil. Radit punya bengkel kan ? Jadi gue mau nanyain soal masalah mobillah."
Ucap Nadia berbohong.

" Ngomongnya didepan gue aja Nad. Kan biasanya begitu. Kok sekarang main rahasia segala.? "
Protes Siska.

" Tuhkan ketahuan Dit kalau Siska cinta mati sama kamu. Nggak mungkinlah dia nggak mau nikah sama kamu."

Mengetahui Nadia mengerjainya membuat Siska mengejarnya, dan tanpa sadar ia tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang merona malu.
Sedang Nadia sudah berdiri dibelakang tubuh Radit yang tengah duduk.
Radit yang melihat hal itu mencoba menggenggam kuat tangan Siska.

" Sis..gue fikir lo beneran bakalan mutusin gue trus ninggalin gue walau lo tau sendiri gue nggak setajir lo berdua."
Ucap Radit dengan wajah sedih.

Melihat hal itu Siska menghentikan aksinya mengejar Nadia, dan ia merasa bersalah.

" Maafin perkataan gue yang udah kelewat batas ya Dit."
Ucap Siska sambil memegang pipi dan menatap dalam kemata Radit.
Keduanya bertatapan dan suasana hening seketika sampai akhirnya Nadia menyadarkan keduanya.

" ehmk....Aduh...banyak amat ya nyamuknya."

Siska dan Radit tersadar dan akhirnya tertawa mendengar kata-kata Nadia.

" Ngeganggu aja lo Nad."
Ucap Radit.

" Habis kirain kalian berdua kesambet. Ya udah gue balik duluan, daripada ngeganggu kalian berdua."

" Enggaklah Nad. Bareng kita aja pulangnya."
Pinta Radit dan Siska.

" Gue harus keruangan dulu mau beresin kerjaan. Kali aja masih ada."

" Ya udah. Kalau butuh apa-apa hubungi kita ya."
Teriak siska.

Nadia berjalan sambil melambaikan jempolnya mengarah keatas sebagai jawaban atas kata-kata Siska.

***

Antara Kau Aku dan Dia  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang