"Kau lihat Mikayla?" tanyaku pada salah satu cewek yang berdiri di dekat papan pengumuman utama.
Annika harus latihan piano saat pulang sekolah untuk persiapan kompetisi pada musim panas. Terpaksa aku harus mencari Mikayla sendiri. Annika bilang aku bisa meminta bantuan Ashley, Dylan, atau Tyler tapi mereka tidak kelihatan sampai jam istirahat ini.
"Mikayla?" Cewek itu mengerutkan dahi. "Mikayla Bennett? Ryan's girlfriend?"
"Hah?" Satu kata khas orang Indonesia itu keluar dari mulutku secara spontan. "Yeah, I guess."
"Dia biasanya di lapangan jam istirahat. Kau tahu, menonton Ryan latihan."
Tunggu, apakah Ryan itu anggota tim futsal sekolah?
"Oh, okay. Thanks." Aku melangkahkan kaki menuju lapangan dengan perasaan bercampur aduk.
Kertas formulir pendaftaran klub majalah sekolah hampir lecek karena kupegang terlalu keras. Tim futsal bisa berarti dua orang: Dave dan Andrew.
Tidak tahu mengapa aku semangat bertemu Andrew lagi.
Tidak tahu mengapa aku malas bertemu Dave lagi dan lagi.
Suara tepuk tangan bergemuruh dari luar lapangan. Aku menyipitkan mata begitu menapakkan kaki di lapangan. Gosh, banyak sekali orang yang menonton sesi latihan ini?
Tribunnya sudah penuh, kurasa. Rasa heran menjalar di sekujur tubuhku. Ini baru latihan dan penuhnya sudah seperti ini? Aku mencari tempat kosong yang nyaris tidak ada sama sekali. Orang-orang memandangiku aneh. Masa bodoh.
Aku mencari-cari sosok Mikayla Bennett, humas tim majalah sekolah. Dari foto yang ditunjukkan Annika semalam, Mikayla memiliki rambut berwarna pirang terang dengan mata biru, lebih tinggi 4 cm dariku, dan dia sangat cantik. Seperti Barbie.
Aku tersenyum bahagia begitu melihat seseorang yang persis seperti Mikayla di tribun paling bawah. Dia sedang tertawa lepas bersama beberapa cowok. Salah satunya adalah Andrew?
Kuturuni tangga tribun dengan sedikit terburu-buru. Saat sudah lumayan dekat, orang yang pertama menyadari kehadiranku adalah Andrew. Namun, dia hanya melirikku sekilas dan kembali berbincang dengan teman-temannya.
"Hey, Zeva." Aku memaksakan diriku sendiri untuk tersenyum membalas senyuman Dave. "What you doing here? Looking for me?"
Beberapa orang di sekitarku menatapku heran. Mungkin mereka bertanya-tanya siapa orang asing yang dengan nekadnya mendekati Dave. Ugh, siapa juga yang mendekati Dave?
"No, actually." Aku menggigit bibir bawahku begitu kalimat tersebut keluar dari mulutku. "I'm looking for Mikayla."
Merasa namanya disebut, Mikayla langsung menatapku serius. "Poor you, Dave! So, are you Annika's friend? Hmm ... Zev?"
Aku mengangguk dan memandangi kertas formulirku. Kemudian menyodorkannya pada Mikayla tanpa berkata apa-apa.
Mikayla menerimanya dan membaca formulirku. "Oh, yeah, Annika has told me about you yesterday. Well, I'm so happy that you're joined to Islingteen Magazine!"
Aku menghembuskan nafas lega. "Thank you."
Suara peluit menggema ke seluruh penjuru lapangan. Kulihat Mr. Mason berdiri di tengah lapangan dengan peluit mautnya.
"I have to back. Bye, babe!" Seorang cowok anggota tim futsal menyium puncak kepala Mikaya. Ia tertawa dan melambaikan tangannya pada cowok yang berlari kecil ke arah lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Seasons
Teen Fiction[BOOK #1 OF THE JOURNAL SERIES] Mendapatkan beasiswa selama setahun di Inggris pastinya diterima baik oleh Zevania Sylvianna, seorang gadis pecinta klub bola Manchester United. Berangkat seorang diri ke negeri asing tak membuatnya mundur dari proses...