“Kau mendapatkannya?”
“Ya. Aku tidak menyangka Dave mengundangku.”
“Aku sudah lama ingin datang ke pesta ulang tahunnya sejak tahun pertama.”Oke, jadi dua gadis yang berdiri di sebelah lokerku tengah membicarakan pesta dan menyebutkan nama Dave saat tengah mengambil buku tugasku dari dalam loker. Jadi Dave akan mengadakan pesta ulang tahun? How nice.
Aku menutup lokerku dengan sedikit bantingan. Entahlah. Aku masih mengingat kejadian kemarin lusa. Bahkan saat sampai di rumah dan Mum menanyakan bagaimana London Eye, aku hanya bilang bahwa aku lelah dan masuk ke dalam kamar. Sementara Annika masih bekerja jadi dia tidak menginterograsiku. Saat sarapan baru ia bertanya dan aku bilang London Eye sangat keren (aku tidak menceritakan perihal di restoran Spanyol, juga belum meminta Annika untuk mengajariku bermain keyboard).“Bagaimana kalau kita pergi belanja pulang sekolah nanti? Aku ingin membeli baju baru dan terlihat can—hai, Dave!”
“Hai, Zeva!”
Aku mundur selangkah hingga punggungku menghantam loker. Dave berdiri sangat dekat di hadapanku. Kalau saja aku tidak mundur, mungkin … mungkin aku akan menabrak tubuhnya.
Aku juga dapat mendengar dua gadis tadi saling berbisik. Pasti membisikkan yang tidak-tidak tentangku. Aduh, si Dave ini memang pembawa masalah.
“Sorry, Dave, I gotta go.” Aku menggeser sedikit ke sebelah kanan. Lalu berlalu meninggalkan Dave dengan langkah cepat.
Dan tak kusangka Dave malah mengejarku. Ia bahkan memanggilku dengan suara yang cukup keras sehingga memancing perhatian para siswa di koridor. Akhirnya aku menghentikan langkahku dan berbalik menghadap Dave.
“Apa?” tanyaku, mencoba bersikap biasa, tetapi yang keluar malah nada sewot.
Dave membenarkan posisi tas pada punggungnya. Ia tersenyum tebar pesona yang tidak mempan padaku. “Aku mengadakan pesta ulang tahun Jumat malam ini dan aku mengundang hampir semua murid year 11. Termasuk kau.”
“Oh, that sounds cool, but I don’t attend any party before. Sorry,” kataku ketus sambil membalikkan badan.
Namun, Dave malah menahan lenganku. “Please?”
“Aku tidak diizinkan datang ke pesta oleh orangtuaku.” Aku menarik kembali lenganku dari genggaman Dave.
“Aku berjanji tidak akan apa-apa di pestaku.”Aduh, si Dave ini sangat keras kepala. Kalau aku bilang tidak lagi, mungkin dia akan berlutut. Siapa tahu. Tapi kalau aku bilang iya, aku sendiri tidak yakin apakah aku akan datang.
“Akan kupikirkan lagi nanti.”🍁
Aku membuka mataku dengan berat. Rupanya aku ketiduran. Padahal seingatku tadi, aku hanya memainkan ponsel saja di kasur. Udara di luar memang semakin dingin hingga membuatku sangat mengantuk.
Kulihat seorang gadis tengah menguncir rambutnya di depan cermin. Itu Annika. Aku bangkit dari tidurku dan menyenderkan punggungku pada bedboard sambil menyelonjorkan kaki.“Kau mau ke mana, Ann?” tanyaku sambil menguap karena masih merasa mengantuk.
“Pergi ke pesta Dave.” Annika menjawab tanpa menoleh padaku. Ia kini memakai mantelnya. “Kau tidak ikut? Kurasa Dave pasti mengundangmu.”
“Ya, dia mengundangku.” Memangnya pestanya malam ini? Aku mengecek tanggal di ponselku. Oh, iya. Sekarang sudah hari jumat, kurasa baru kemarin Dave mengajakku. Seminggu ini aku merasa tidak baik. Aku bahkan menghindar dari Keira dan Andrew di setiap kelas yang sama dengan mereka. “Kukira kau tidak akan datang.”
“Awalnya begitu, tapi Dave mengundang Miles G ke pestanya. Bagaimana aku bisa menolak?” Wajah Annika berubah sumringah.
Miles G? Siapa itu? “Miles G? Never heard about it him before.”
Annika menghampiriku dan menunjukkan ponselnya yang menampilkan sebuah foto seorang cowok berambut pirang seperti landak. “Youtuber asal Manchester. Dia suka meng-cover lagu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Seasons
Teen Fiction[BOOK #1 OF THE JOURNAL SERIES] Mendapatkan beasiswa selama setahun di Inggris pastinya diterima baik oleh Zevania Sylvianna, seorang gadis pecinta klub bola Manchester United. Berangkat seorang diri ke negeri asing tak membuatnya mundur dari proses...