33 | Ships

1.4K 247 56
                                    

Cuaca mendung disertai langit yang berawan tentu bukan masalah besar bagi para atlet futsal sekolah untuk terus berlatih demi merebut trofi kejuaraan lagi. Aku tidak ingin menginjakkan kakiku di lapangan ini apabila tidak terpaksa. Alasannya satu dan kalian pasti sudah tahu.

Aku harus bertemu Mikayla untuk meminta file artikel majalah bulan Januari dan gadis pirang itu memaksaku untuk menemuinya di lapangan sepulang sekolah. Tepat ketika para anggota futsal tengah berlatih. Aku tidak tahu apakah dugaanku benar, akan tetapi aku yakin ada motif terselubung mengapa ia memilih tempat ini dari sekian banyak tempat di sekolah.

Begitu kakiku menginjak rumput lapangan yang agak basah, kedua mataku langsung diberi sebuah pertunjukkan yang oke-ini-sangat-mengejutkan.

Kafka berada di lapangan mengenakan seragam olahraga sekolah seperti pemain lainnya. Mr. Mason terlihat tengah mengetesnya. Apakah ini maksudnya . . . Kafka akan masuk ke tim futsal sekolah?

Wow.

"Zeva!" Seseorang meneriakkan namaku dari tribun di sebelah kananku, aku lantas menoleh ke sumber suara dan Keira ada di sana seraya melambaikan tangan kanannya ke arahku. "Come here!"

Tribun tidak terlalu ramai oleh para murid yang ingin menonton anggota futsal berlatih seperti biasanya. Keira duduk sendiri di tribun paling bawah, yang langsung berhadapan dengan lapangan. Sekali lagi, dengan terpaksa aku menghampirinya. Mataku terus memandang ke sepenjuru lapangan, barangkali aku dapat menemukan keberadaan Mikayla.

Namun, yang ada aku malah beradu tatap dengan sang pemilik mata biru laut. Aku langsung mengalihkan pandangan kepada Keira yang menarik tanganku agar duduk di sebelahnya. Aku menurut dan menjaga pandanganku agar tidak melihat ke arah Andrew di lapangan.

Pasalnya, mata biru lautnya bak memiliki magnetnya tersendiri. Seperti sebuah pusaran di tengah laut yang dapat menarik apapun di sekitarnya agar terperosok dan terjebak di dasarnya. Selamanya.

"Sedang apa kau di sini?" tanya Keira, "melihat Kafka latihan?" Pertanyaannya lantas melemparku kembali pada momen ketika aku berada di sini bersama Mikayla. Ia juga bertanya padaku dengan pertanyaan yang nyaris serupa. Namun, ditujukan pada orang yang berbeda.

Yaitu Dave.

"Huh? Tidak." Aku mengelaknya sambil mengibaskan tangan di udara. "Aku mencari Mikayla."

"Mikayla Bennett?" Keira memastikan.

"Ya. Kau melihatnya?"

Gadis berambut cokelat bercahaya dan ikal di bagian bawahnya itu menggelengkan kepalanya. Rambut ikalnya bergerak kecil. "Dia baru saja pergi. Ryan mengalami cedera saat latihan."

Bahuku menjadi lemas seketika. Perasaanku bercampur aduk; antara (1) kesal karena Mikayla tidak mengabariku sebelumnya, jadinya aku tidak perlu repot-repot datang ke sini dan (2) merasa ikut berduka terhadap apa yang menimpa Ryan. Semoga ia cepat sembuh dan kembali ke lapangan. Mengingat ia adalah kapten tim futsal.

"Kalau begitu, aku pulang. Bye, Kei—"

"No! No! Stay here, please," bujuk Keira. Ia kembali memegangi tanganku dan memasang wajah memelas.

Menginap di rumah Ashley bersama Keira dan bermain truth or dare lantas memberiku sebuah titik terang. Penerangan yang meredupkan harapanku alih-alih memberiku jalan.

Keira sangat serius pada hubungannya dengan Andrew. Mereka memang belum resmi berpacaran, akan tetapi baik keduanya sudah mengambil langkah maju. Keira menceritakan betapa gugupnya ia kala memberikan kado natal untuk Andrew (aku tidak memberitahunya fakta bahwa aku juga di sana dan melihatnya saat itu) dan ia terkejut karena lelaki itu memeluknya sebagai ucapan terima kasih. Tidak sampai di situ, Andrew juga memberikannya syal berwarna putih sebagai hadiah natal beberapa minggu yang lalu.

Journal: The SeasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang