Berita tentang perampokan di toko milik Mr. Hanley tadi malam menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru sekolah. Pasalnya, aku mendapatkan tatapan aneh dari semua orang begitu menapakkan kaki di sekolah.
Dan untuk buktinya, Ashley sang Ratu Informasi telah mengetahuinya. Aku menceritakan hampir keseluruhan ceritanya pada Annika, Dylan, Tyler, dan tentu saja Ashley. Kecuali bagian Andrew mengajakku menonton pertandingannya—juga perasaanku selama kejadian itu berlangsung. Oh iya, aku juga tidak menceritakan perihal aku menjadi admin di situs majalah sekolah.
Oke, terlalu banyak hal yang kututupi dari mereka dan itu membuatku merasa bersalah. Tetapi, wajarkan menutupi hal yang bersifat terlalu pribadi pada semua orang termasuk teman-teman terdekatmu?
"Maafkan aku karena tidak bekerja kemarin, Zev," kata Annika begitu aku menyelesaikan ceritaku. "Lagipula, siapa peduli dengan laptop sialan itu? Dirimu sendiri lebih penting." tambahnya terdengar tulus yang berhasil membuatku tersenyum.
"It's okay, Ann. Kemarin, kan, kau sakit," ujarku mencoba tidak terlihat mempermasalahkan perihal Annika-yang-tidak-bekerja-kemarin.
Seorang anak laki-laki datang menghampiri meja kami dengan secarik kertas di tangannya. Dari penampilannya, sih, dia terlihat masih junior. "This is an invitation card from New Gunners FC for Annika Alanen, Ashley Stevenson, Dylan Carter, Tyler O'Connor, and Zevania Sylvianne," kata anak itu seraya membaca undangannya.
"Sylvianna." Aku tidak dapat menahan diri untuk tidak mengoreksinya dan mulai muak dengan orang-orang yang selalu salah melafalkan namaku. Sebegitu sulitkah?
"Thanks," kata Tyler, anak itu langsung pergi tanpa berkata apapun. Kami berlima memandangi undangan itu dengan penasaran. Tyler menaruhnya di atas meja. "Hanya orang-orang tertentu yang mendapatkan undangan khusus dari tim futsal sekolah. Siapapun yang mendapatkannya akan duduk di tempat yang bisa dibilang VIP. Apakah menurut kalian ini jebakan Dave?"
Ashley mengangkat bahunya. "I don't know and I don't even care about it." Dan semuanya pun tahu dia tidak menyukai sepak bola. Annika mengangguk setuju padanya. Oke, mereka berdua memang tidak akan datang. Aku tahu itu.
Aku jadi teringat pada Andrew yang mengajakku untuk datang ke pertandingannya lusa. Apa sikapnya yang baik padaku merupakan bagian dari kejahilan Dave juga? Oh, iya, aku sempat menangkap Dave membisikkan sesuatu pada Andrew seraya melihat ke arahku di kafetaria beberapa hari yang lalu saat aku baru sampai di sini.
"Zee, are you okay?" Ashley mengusap bahuku. Aku hanya membalasnya dengan sebuah anggukan. Dalam hati aku merutuki kenyataan bahwa Andrew berteman dengan Dave yang sifatnya bertolakbelakang darinya.
"I won't come to the final round," kata Dylan, terdengar nada putus asa.
"Me neither," sahut Tyler.
"I don't like football or whatever it is called." Oke, Annika 100% jujur. Tanpa embel-embel ia tidak suka dengan Dave atau anggota futsal lainnya.
"Kita harus datang," kataku penuh tekad, mereka terlihat terkejut. Pasti. "Kalau memang ini semua adalah jebakan Dave, coba kalian pikirkan; apakah Dave akan melakukan hal tercela di hadapan banyak orang dan di acara sepenting ini? Ia pasti akan menjaga image-nya sebagai 'kapten' tim futsal sekolah dan tunggu, memangnya apa penyebabnya ia menjebak kita?"
"Aku pernah meneriakinya bahwa ia adalah kapten terburuk dari perkumpulan kapten terburuk di seluruh alam semesta," ungkap Tyler santai. "Dan aku berhasil mendapatkan tinjuannya di sini." Dia menunjuk dagunya.
Kendati tak seorang pun dari mereka yang ikut menonton pertandingan, aku harus tetap datang. Selain untuk bahan artikel majalah, Andrew juga mengundangku secara pribadi. Entahlah apa maksudnya, tetapi itu memiliki makna tersendiri bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Seasons
Teen Fiction[BOOK #1 OF THE JOURNAL SERIES] Mendapatkan beasiswa selama setahun di Inggris pastinya diterima baik oleh Zevania Sylvianna, seorang gadis pecinta klub bola Manchester United. Berangkat seorang diri ke negeri asing tak membuatnya mundur dari proses...