Setelah pekan ujian yang membuatku stress setengah mati, akhirnya pentas musik pun tiba. Aku dan tim majalah telah bersiap untuk meliput pentas musik ini. Aku mengarahkan kameraku ke arah keramaian dari sudut tribun.
Lapangan basket ini berubah menjadi tempat dilaksanakannya pentas musik yang penuh dengan lampu sorot, hiasan bintang-bintang di langit, dan sebagainya. Mikayla bilang ini tidak semeriah pentas musik tahun lalu. Mungkin karena tahun ini ditujukan untuk mendiang Dave, bukan perayaan megah-megahan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Omong-omong, ketidakhadiran Dave berdampak lumayan besar di Islington High—terlepas dari sikap menjengkelkannya padaku. Contoh kecilnya, tim futsal sekolah dua kali kalah saat bertanding melawan sekolah lain. Walapun hanya laga persahabatan, tetap saja gengsi dinomorsatukan.
Penyebabnya ada dua: pertama, peran kapten yang dulunya dipegang Dave berpindah pada Ryan (Andrew sempat ditawari untuk menjadi kapten tapi dia menolak). Asal kau tahu, Ryan tidak begitu berpengaruh sebagai kapten. Entahlah. Kurasa Dave punya karismanya tersendiri bagi timnya.
Dan kedua, cara main Andrew yang buruk. Tidak sebegitu buruknya juga sih. Akan tetapi, aku merasa memang Andrew tidak terlihat bergairah lagi untuk bermain bola. Beberapa kali tangkapannya meleset, padahal aku cukup yakin ia dapat menangkap bola yang datang ke arahnya. Hanya butuh fokus sedikit saja.
Aku melihat jam tanganku. Acaranya akan dimulai kurang lebih semenit lagi. Aku turun kembali dan berdiri di dekat panggung. Menunggu Mikayla yang akan menjadi MC pentas musik tahun ini. Tak lama kemudian, lampu di seluruh ruangan pun mati, membuat arena basket ini berubah menjadi gelap gulita. Yang menyala hanya satu lampu sorot di atas panggung. Berdiri seorang gadis yang dikenal seantero sekolah.
"Selamat Malam, Islington!" Mikayla membuka acara pentas musik. "Kita semua tahu pentas musik tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena ini semua kita persembahkan untuk teman kita... Dave Collins yang sudah tenang di atas sana. Dave, kami semua merindukanmu."
Aku mengambil dua foto saat Mikayla berada di panggung. Setelah sambutan dari kepala sekolah dan Ms. Santiago, kini Mikayla memanggil band pertama yang akan tampil.
Empat orang yang tidak kukenali naik ke atas panggung. Mereka semua terdiri dari perempuan semua. Kurasa kami tidak pernah sekelas atau seekskul jadi aku tidak mengenal mereka. Maksudku, bukannya aku sombong atau apa. Murid di Islington High sekitar seribuan dan tidak mungkin aku mengenal mereka semua.
Omong-omong, tema lagu untuk pentas musik tahun ini adalah persahabatan, keluarga dan kehidupan. Selain itu, mereka tidak perlu meng-cover lagu, hanya lagu ciptaan sendiri. Aku jadi penasaran lagu apa yang akan dibawakan grup Annika, Andrew, dan Emre. Pasalnya, acap kali aku bertanya pada Annika, ia selalu menjawabnya dengan jawaban yang sama, yaitu: stay tune.
Aku tidak tahu mereka tampil keberapa lantas hal ketidaktahuanku itu membuatku menebak-nebak grup mana yang akan tampil selanjutnya. Setidaknya itulah kesibukanku (baca: menebak-nebak) terlepas dari kawajibanku memotret selama acara berlangsung.
Dude, I'm about to take a bunch of Andrew's photos!
Tapi, tunggu. Sesaat aku melupakan fakta bahwa tidak seharusnya aku melakukan hal itu. Pikiranku kembali pada saat di pemakaman Dave beberapa waktu yang lalu. Keira dan Andrew tampak sangat dekat.
Oke, Zevania. Ambil foto Andrew sesuai kebutuhan saja.
Dan setelah grup pertama tadi tampil, selanjutnya adalah grup Tyler yang terdiri dari empat orang; dua perempuan, dan dua lelaki. Selain Tyler, aku mengenal salah satu anak perempuan itu. Kami sekelas di kelas bahasa Inggris, tetapi aku lupa namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Seasons
Teen Fiction[BOOK #1 OF THE JOURNAL SERIES] Mendapatkan beasiswa selama setahun di Inggris pastinya diterima baik oleh Zevania Sylvianna, seorang gadis pecinta klub bola Manchester United. Berangkat seorang diri ke negeri asing tak membuatnya mundur dari proses...