36 | Movies

1.2K 227 34
                                    

Ide Tyler dan Ashley untuk menyomblangi Dylan dan Annika bisa dibilang cukup bagus. Sangat brilian. Luar biasa. Saking tidak terduganya, Keira, Andrew, dan Kafka pun ikut turun tangan. Benar-benar di luar kepala seorang Zevania Sylvianna.

Semua ini diawali ketika Ashley dan Tyler memberitahuku detail rencana mereka di perpustakaan sekolah siang tadi. Ashley menyebut diri kami sebagai The Cupid Squad. Sebenarnya, rencana mereka sangat klise. Pasaran. Kami akan menjebak Annika dan Dylan agar menonton film di bioskop bersama malam ini.

Rencana dimulai olehku dan Ashley yang mengajak Annika pergi menonton dengan alasan sudah memasuki akhir bulan dan kami belum bersenang-senang, sekaligus untuk menghibur Annika yang galau, dan ya . . . mencetak pengalamanku nonton di bioskop London. Banyak sekali alasan yang dikarang Ashley dan untungnya, Annika tampak percaya dan tidak mengendus bau-bau busuk di balik alasan ini.

Sementara Tyler, ia juga mengajak Dylan untuk menonton film superhero yang lagi trending di mana-mana. Sebagai laki-laki tulen, mereka tentu tidak akan melewatkan film tersebut.

Dylan dan Annika masih enggan untuk bertegur sapa. Dylan barangkali masih sakit hati atau malu atau mencoba menghindari Annika atau apalah-aku belum berbicara dengannya pasca peristiwa tersebut karena Annika mengancamku agar jangan dekat-dekat dengan cowok itu. Sedangkan Annika juga masih gengsi untuk mengakui bahwa hati kecilnya juga mencintai lelaki itu.

Ego memang dapat merusak semuanya.

Rencana kami semula berjalan mulus hingga datanglah Keira yang mendengar seluruh rencana kami. Ia pun akhirnya mengetahui perihal Dylan dan Annika. "Oh jadi itu sebabnya aku jarang melihat mereka bersama lagi." Itulah yang dikatakannya setelah mendengar dongeng dari Ashley tentang kisah rumitnya hubungan Pangeran Dylan dan Putri Annika. Keira, yang ternyata pelaut kapal Dylannika, pun ikut membantu rencana kami ini.

Aku, Ashley, dan Annika sudah sampai duluan di Cineworld, salah satu bioskop di London yang paling disukai para remaja Inggris. "Well, aku akan menonton film tanpa subtitle. Keren," aku bergurau untuk mencairkan suasana. Annika mulai terheran-heran mengapa kami tidak langsung memesan tiket saja dan malah menunggu di dekat pintu masuk.

"Zeva, bukannya itu Keira dan Andrew?" Annika berbisik padaku, tetapi aku yakin Ashley juga masih dapat mendengarnya. Aku belum jujur padanya tentang perasaanku pada Andrew karena belum menemukan waktu yang pas. Dan sejujurnya, itu membuatku merasa tidak enak hati padanya.

Dan ya, aku menoleh ke arah pintu masuk. Keira berjalan berdampingan dengan Andrew. Mereka juga melihat ke arahku dan Keira melambaikan tangan dengan riang. Kudengar Annika bergumam sesuatu yang tidak dapat kudengar.

Ashley memandangiku bingung. "Kita tidak mengundang Andrew, kan?"

Aku mengangkat bahu. Ini bahkan lebih buruk.

"Kalian mengundang Keira?" tanya Annika, ada nada tidak suka dari suaranya yang tidak dapat disembunyikannya.

"Hai, Zeva, Annika, Ashley!" sapa sang ratu sejagat. Keira Hall. Andrew hanya tersenyum tipis ke arah kami. Tidak percaya kemarin malam kami makan malam bersama dan hari ini nonton film bersama.

Sayang sekali kami sebagai tim comblang tidak bisa menonton filmnya sampai beres. Sayang sekali Andrew harus datang bersama Keira yang setia di sisinya. Sayang sekali Kafka juga ikut datang bersama Tyler dan Dylan. Aku tidak tahu bagaimana atau sejak kapan mereka dekat. Cowok biasanya seperti itu, bukan?

Di antara mereka bertiga, Tyler yang paling bersemangat. "Oi, kalian juga mau menonton Rise of the Legacies?" tanyanya dengan senyum lebar. Jas seragamnya entah ke mana. Ia hanya mengenakan kemeja putihnya yang digulung ke sikut serta rompi khusus musim dingin.

Journal: The SeasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang