27 | Winter

1.3K 247 19
                                    

"Annika! Di luar sangat dingin. Apa kau serius? Lagipula ini sudah hampir malam." Aku hanya bisa pasrah ketika Annika memasangkan mantel musim dinginnya padaku. Katanya dia akan mengajakku ke suatu tempat yang ia yakini akan sangat kusukai. Tempat apa itu? London Eye? Tower Bridge? Big Ben? Millenium Bridge? Buckingham Palace? Old Trafford?

"Zeva ini tidak-"

"Jangan bandingkan dengan Finlandia, oke?" Aku membenarkan posisi mantelku dan menggerai rambutku. "Aku ini ga--"

"Gadis tropis. I knew it!" Annika mengambil mantelnya dan berjalan ke luar rumah sambil menyeretku. "Oleh sebab itu aku akan mencetak sejarah baru untuk sang gadis tropis. Ayo!"

Kami berjalan kaki menuju Stasiun Finsbury Park untuk selanjutnya menaiki tube. Aku bahkan tidak tahu pasti stasiun apa yang akan menjadi tujuan kami. Annika memang jago di bidang menyembunyikan sesuatu dariku. Pertama, perihal pentas musik. Kedua, ia tidak memberitahu ke mana kami akan pergi.

"Ayo, turun." Annika berjalan duluan keluar dari tube. Aku melihat ke papan informasi, rupanya kami berada di Stasiun Hyde Park Corner. Wow. Kami sangat dekat dengan Hyde Park yang menjadi tempat diselenggarakannya Winter Wonderland!

Dan betapa terkejutnya aku melihat kehadiran Ashley, Dylan, dan Tyler yang sudah menunggu di sana. Apa yang akan mereka lakukan di sini? Maksudku, oke, mungkin ini semua sudah direncanakan mereka semua.

"Hi, guys! It's Ashlee Stevens here and our tropical girl has already come! Say, 'Hi', Zee!" Ashley meraih pundakku dan mengarahkan kamera ponselnya padaku.

"Hi!" Hanya itu yang kukatakan karena kini Tyler merebut ponsel milik Ashley.

Tyler membenarkan rambutnya dan berkata, "Hey, it's Tyler without Posey because I'm Tyler O'Connor and we're going to WINTER WON-DER-LAND!"

Mulutku menganga tanpa kusadari begitu mendengar dua kata yang keluar dari bibir Tyler. "Winter Wonderland?" Aku melirik Annika, orang yang membawaku ke sini dan merahasiakannya dariku.

Annika hanya tersenyum simpul. "Surprise!" katanya tanpa bersuara.

Winter Wonderland adalah ya... bisa dibilang seperti pekan raya atau pasar malam yang sangat besar. Bahkan lebih seperti Dufan kalau di Indonesia. Bedanya Winter Wonderland diadakan hanya pada musim dingin yaitu sekitar bulan November sampai Januari di Hyde Park, salah satu taman terbesar di London.

Aku pernah meminta Annika mengajakku ke sini tetapi kami selalu berhalangan. Pertama, ujian sekolah. Kedua, aku sempat flu karena tubuh gadis tropis ini syok dengan suhu dingin (Julian menertawaiku dan bilang bahwa aku payah karena tumbang padahal suhunya tidak terlalu dingin.) dan ketiga, pentas musik.

Annika bilang, waktu terbaik mengunjungi Winter Wonderland adalah pada malam hari dan dia memang benar. Aku memandang takjub semua wahana yang terlihat berwarna-warni di langit yang malam bahkan dari jarak jauh sekali pun.

Kalau disamakan dengan wahana yang ada di Dufan, ada bianglala yang tidak sebesar London Eye (sudah pasti), lalu ada wahana seperti Hysteria atau semacamnya, komedi putar, roller coaster, dan masih banyak lagi. Seperti yang kubilang tadi, kurang lebih seperti dufan.

Sayangnya, memasuki Winter Wonderland memang gratis, akan tetapi untuk menaiki satu wahana kita harus membayar lagi dan harganya cukup mahal. Sebenarnya tak begitu masalah bagiku, karena aku sendiri tidak cukup berani menaiki wahana ekstrem yang menguji adrenalin. Hanya berjalan-jalan mengelilingi Winter Wonderland sudah membuatku lebih dari sekadar bahagia.

"Ann, you don't say that we'll go to here so I don't bring any money. I'm broke in the Winter Wonderland," keluhku sedikit kesal. Aku memang tidak tertarik menaiki banyak wahana ekstrem, tapi aku selalu menyukai bianglala. "How nice."

Journal: The SeasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang