Breathing in, breathing out. Aku menghela napas dan membulatkan tekadku. Kudorong pintu yang terbuat dari kaca ke dalam. "Hello!"
Seisi ruangan menghentikan pekerjaan mereka sesaat dan melihat ke arahku. Aku hanya memasang wajah polos.
"Hi," balas beberapa pengurus majalah yang kemudian sibuk kembali dengan aktivitas mereka masing-masing.
"Zev?" Mikayla muncul dari balik pintu. Dia baru datang rupanya. Tangannya penuh dengan tumpukan kertas.
Aku menyodorkan tanganku sebagai bantuan tanpa disuruh. Mikayla memberiku sebagian kertasnya. "Diletakkan di mana?" Dan dia hanya menunjuk sebuah meja di dekat kami.
"You like football?" Inilah budaya barat, tidak suka berbasa-basi. Itu yang kutulis di buku Journal. Mikayla bertanya begitu saja saat tangannya sudah bebas dari tumpukan kertas.
"Yup."
"Nice!" Mikayla menjentikkan jarinya. "Tiga hari lagi pertandingan final futsal melawan Rosebrown FC dalam Teenage School Cup. Bisa bantu tim majalah?"
Aku mengangguk semangat. "Yes, sure."
"Di setiap pertandingan pasti ada man of the match-nya, bukan?"
Aku mengangguk, penasaran dengan apa yang akan dikatakan Mikayla.
"Aku mau kau mencari tahu informasi tentang man of the match kita nanti dan tentu saja mewawancarainya."
Aku segera membuka mulut untuk protes. "The match is in 3 days and we haven't known our man of the match yet."
Mikayla terkekeh mendengar aksi protesku. "Yes, I know it. I mean we'll find out after the match. I give you a week for your first project. Oh, by the way, I have another project for you."
"What is it?"
🍁
Mikayla memintaku menjadi admin di website majalah sekolah. Aku memang tidak sendiri, ada beberapa admin lainnya dan semua orang dapat mengakses situs ini. Entah apa yang harus kutakutkan tapi ada sesuatu yang mengganjal hatiku.
Pasalnya, aku yang mengegola divisi #ScreamOutTheWords di mana aku harus meladeni bagian yang mana semua anak dapat mengutarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan mereka, tetapi ini bersifat rahasia. Jadi tidak ada yang boleh mengetahuinya, termasuk Annika dan rasanya sulit menyembunyikan ini semua darinya.
Mungkin itu yang membuat hatiku merasa resah. Ditambah Annika yang hari ini tidak bekerja, tadi siang dia mendadak harus pulang karena maag-nya kambuh.
Selain itu, aku juga dituntut harus update semua hal yang terjadi di sekolah, sedangkan aku bukan tipikal orang yang ingin tahu urusan orang lain. Mikayla bilang aku dapat menulis apapun yang menarik di situs ini, tetapi harus disertai nama penulis untuk artikel. Maka dari itu aku tidak bisa sembarang menulis.
Aku menatap layar laptop dan terus menunggu confession yang dikirim dari para siswa Islington High School. Sejauh ini sudah tiga puluhan confession yang masuk. Well, aku di sini sebagai perantaranya saja. Beberapa dari mereka mengirimkan confession tentang gebetan mereka, walaupun ada juga berisi rasa bencinya terhadap sesuatu.
Bahkan ada yang terang-terangan menulis namanya kalau dia membenci Grace McKinley—aku tidak ambil pusing karena toh, aku juga tidak mengenal siapa dia.
"GIVE ME YOUR MONEY! AND OH, THIS LAPTOP LOOKS NICE!"
Aku tersentak dan di hadapanku kini berdiri seorang pria bertubuh besar mengacungkan pisaunya tepat sepuluh centimeter dari hidungku. Aku menelan ludah, tolong ambil aja semua uangnya asal jangan ambil laptopnya, ini punya Annika. Belum lagi akunku yang log in di situs majalah sekola. Jangan sampai kena hack!
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Seasons
Teen Fiction[BOOK #1 OF THE JOURNAL SERIES] Mendapatkan beasiswa selama setahun di Inggris pastinya diterima baik oleh Zevania Sylvianna, seorang gadis pecinta klub bola Manchester United. Berangkat seorang diri ke negeri asing tak membuatnya mundur dari proses...