Sore itu aku membereskan barang-barangku seperti buku catatan dan alat tulis, memasukkannya kembali ke dalam tas. Aku baru saja merayakan perilisan edisi terbaru majalah sekolah untuk bulan Maret bersama Mikayla dan beberapa anggota tim majalah lainnya. Tema bulan Maret adalah SPRING IS BACK! dan aku ikut menulis artikel tentang Blooming Like the Flowers in Spring yang berisi harapan-harapan beberapa anak sekolah di musim semi yang kupilih secara acak. Kafka termasuk ke dalamnya.
"Harapan gue ngga muluk-muluk sih, Zev. Gue cuma mau nyumbang gol buat tim sekolah kita." Itu jawabannya ketika kutanyai harapannya di musim semi.
Yang kusesali adalah Kafka menolak menjawabnya dengan bahasa Inggris dan tidak mengizinkanku mengeditnya. Aku harus terus menulisnya dalam bahasa Indonesia. Jadi kutulis saja apa yang Kafka katakan disertai artinya dalam bahasa Inggris. "I won't hope too much, I wish I'll be able to give more goals for our school futsal team." tanpa memberitahunya hingga majalahnya terbit. Aku tidak peduli apabila Kafka tidak setuju.
Majalahnya akan terbit 5 hari lagi tepat pada tanggal 1 Maret. Sehari sebelum ulang tahunku dan aku tidak sabar. Aku tidak pernah menyangka akan merayakan ulang tahun di London, kota impianku. Aku yakin tahun ini akan menjadi ulang tahun terbaikku. Dikelilingi oleh orang-orang baru dan tentunya lingkungan baru.
Bukan maksudku aku bahagia tidak merayakannya bersama orang tua dan keluargaku. Aku amat sangat merindukan mereka. Termasuk Zevo, yang selalu merayakan ulang tahun berbarengan denganku. Biasanya Mama dan Papa akan membelikan hadiah yang sama, hanya berbeda warna. Misalnya, tahun lalu mereka membelikan kami tas ransel baru. Milik Zevo berwarna biru, milikku berwarna merah. Warna yang melambangkan Chelsea dan Manchester United.
"Zeva, mau bulang bareng?" Mikayla menawariku tumpangan seperti biasa. Ia sudah memiliki SIM dan selalu membawa mobil ke sekolah.
Dan biasanya apabila ia menawariku tumpangan, pasti selalu berujung ke futsal dan sebangsanya. "Terima kasih, tapi aku mau langsung pulang ke rumah."
Mikayla memutar bola matanya seraya menggoyangkan kunci mobilnya yang mengait di telunjuk kanannya. "Kaupikir aku akan membawamu ke suatu tempat?"
"Biasanya seperti itu," balasku mempertahankan jawabanku.
Mikayla tersenyum penuh maksud. "Hanya mampir ke The Aksov sebentar."
Mari kuperjelas: kata "sebentar" dalam kamus bahasa Mikayla berarti satu jam lebih. The Aksov berarti sarangnya para anggota futsal ketika mereka tidak latihan dan sekadar kumpul-kumpul. Andrew pasti ada di sana dan aku tidak ingin melihat batang hidungnya.
Well, Andrew tidak masuk hari ini. Terbukti ia tidak hadir di kelas bahasa Spanyol. Namun, ketidakhadiran Andrew di sekolah tidak bisa menjamin apakah ia absen dalam kegiatan kumpul-kumpul anggota futsal. Maksudku, itulah yang selalu dilakukan kebanyakan orang bukan? Tidak masuk sekolah tapi hangout bersama teman-temannya.
Bukannya aku menuduh Andrew yang tidak-tidak, hanya untuk berjaga-jaga. Kata-katanya kemarin masih terngiang-ngiang di telingaku. "Tidak, terima kasih. Aku naik bus saja."
"Terserah kau sajalah." Mikayla mengendus kesal. Akhirnya ia menyerah.
Kami berdua menjadi yang terakhir keluar dari ruang majalah. Aku menunggu Mikayla yang mengunci pintu sambil melihat-lihat mading di seberang ruang majalah. Terdapat poster London Spring Music Festival yang terpampang di sana. Aku tidak tahu siapa yang memasangnya, barangkali poster-poster seperti itu selalu hadir di mading sekolah.
"Zeva!"
Mendengar namaku disebut lantas membuatku membalikkan tubuh. Berdiri seorang gadis berambut oranye yang sangat kukenali. "Yeah, Ashley?" Aku melihat ke belakang punggungnya, ada Annika yang enggan menatapku serta Keira di sisinya. Wajahnya merah dan matanya sembab. Terlihat sekali ia baru menangis. Mataku kembali mengarah pada Ashley. "Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Seasons
Teen Fiction[BOOK #1 OF THE JOURNAL SERIES] Mendapatkan beasiswa selama setahun di Inggris pastinya diterima baik oleh Zevania Sylvianna, seorang gadis pecinta klub bola Manchester United. Berangkat seorang diri ke negeri asing tak membuatnya mundur dari proses...