Journal: The Seasons

30 | News

Selama liburan musim dingin—yang hanya berlangsung selama dua minggu layaknya di Indonesia saat liburan semester—aku tidak menulis apapun di jurnal. Alasannya karena aku malas dan muak melihat tulisan yang terakhir aku tulis di sini. Buku hitam yang sampulnya dipenuhi stiker London itu pun barangkali telah berdebu saking lamanya tidak kusentuh sama sekali untuk pertama kalinya dalam hidupku.

Aku menghabiskan liburan musim dinginku bersama Annika dan Julian. Kami pergi ke Winter Wonderland lagi dan kali ini Julian yang membayar semuanya. Ia membelikanku sepatu bot warna merah dan syal warna merah. Semuanya merah.

Aku mengenakannya saat berkunjung ke pesta musim dingin Ashley. Ia membuat rekapan vlog-nya selama setahun ini yang ditutup oleh perayaan ulang tahunnya bersama keluarga Stevenson dan orang-orang terdekat. Ashley tidak ingin mengundang banyak orang yang akan membuat kondisi jadi tidak kondusif. Selain itu, ia ingin semua orang memberi perhatian padanya. Itu hari kelahirannya dan ia memiliki hari itu. Tidak boleh ada yang lain.

Perlu kalian tahu, seluruh keluarga Stevenson memiliki rambut berwarna oranye seperti keluarga Blossom di serial Riverdale. Sifat Ashley mirip sekali dengan Cheryl Blossom. Sayangnya ia tidak memiliki kakak laki-laki, melainkan 2 adik perempuan yang sangat mirip dengannya.

Perkenalkan, aku Zevanica Lodge.

Dan sekarang adalah hari pertama sekolah di tahun baru. Aku memotong rambutku sedikit dengan gaya seperti Selena Gomez di film Monte Carlo. Annika sempat menawariku untuk mewarnai rambutku dengan warna cokelat terang—yang menurutnya cocok untukku—dan aku menolaknya. Aku bangga dengan rambut hitam khas orang Indonesia milikku.

Lebih tepatnya, aku bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan olehku. Meskipun aku tidak seperti gadis-gadis Venezuela.

Oh, aku benci untuk mengingatnya.

"Kau yang bernama Zevania, kan?" Seorang gadis berambut pirang gelap menghampiriku yang sedang berada di pinggir koridor, mengobrol bersama Annika, Ashley, dan Dylan.

Tyler belum datang, kurasa ia terlambat. Ashley bilang itu kebiasannya setiap awal baru masuk sekolah.

Hanya ada satu Zevania di sekolah ini. Pasti yang gadis itu maksud adalah aku. "Ya."

"Mr. Parker memintamu untuk menemuinya di ruangannya sekarang juga."

Ketiga temanku otomatis menatapku dan dari tatapannya, aku tahu mereka bertanya-tanya hal apa yang akan dibicarakan Mr. Parker. Aku rasa aku tidak melakukan kesalahan apapun dan ini adalah hari pertama sekolah. Aku mengangkat bahu pada mereka yang menandakan bahwa aku juga tidak tahu.

"Thanks," ucapku pada gadis itu, yang kemudian berlalu tanpa mengatakan apapun. "So, see you guys later?" Aku melambaikan tangan pada mereka.

"Good luck! May the odds be ever in your favor!" Dylan berseru. Aku hanya terkekeh menanggapinya dan melangkahkan kakiku ke arah ruangan Mr. Parker, kepala sekolah Islington High School.

Aku merapikan seragamku dan rambut yang kukuncir kuda, lalu menarik napas panjang sebelum akhirnya mengetuk pintu yang tertulis "Principal". Knock, knock! Buka pintunya, Mr. Not-Peter Parker.

"Masuk."

Aku mendorong pintunya dan mendapati pria paruh baya dengan rambut yang memutih tengah melihat ke arahku. Ia duduk di kursi kekuasaannya. Di seberangnya terdapat seorang cowok, aku tidak tahu siapa dia—ia tidak menoleh padaku—dan dari perawakannya, aku sama sekali tidak mengenalinya.

"Take a seat please, Ms. Sylvianna." Mr. Parker menyadarkanku kembali.

Aku maju beberapa langkah dan duduk di kursi yang berada di sebelah cowok itu. Aku tidak berani meliriknya, mataku hanya tertuju pada Mr. Parker. "May I know what happened so you asked me to come here? Did I do something wrong or?" Kedua tanganku bergenggaman erat di atas pangkuanku. Jantungku berdegup kencang, berharap semoga tidak ada kabar buruk.