HARI TERAKHIR SEKOLAH!
Hari terakhir sekolah di Inggris jatuh pada pertengahan Juni. Prom pada awal Juli. Hasil GCSE keluar pada pertengahan Agustus. Namun, aku tidak bisa hadir saat hasil GCSE keluar. Pasalnya, visaku habis pada akhir Juli dan aku akan segera kembali ke Indonesia tiga hari setelah prom. Tes akhir tahunku pun tidak begitu buruk. Bahasa Inggrisku improve dengan baik sebab selama hampir setahun aku selalu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Pihak sekolah pun tidak begitu memberatkanku.
Dan layaknya di Indonesia. Remaja di Inggris juga mengenal tradisi corat-coret seragam sekolah menggunakan spidol atau stabilo warna-warni. Blazer kebanggaan sekolah ditinggalkan di rumah. Untuk atasan, para murid hanya mengenakan kemeja sekolah sementara bawahannya tetap. Kecuali beberapa siswi yang nekat mengganti rok lipit seragam dengan celana jins. Peraturan di hari terakhir sekolah pun tidak terlalu ketat.
Kami mengawalinya dengan menonton video kenangan selama lima tahun dari year 7 sampai year 11 di aula sekolah. Aku duduk di atas kursi bersama Annika, Ashley, dan Mikayla. Untuk beberapa saat tertentu, aku merasa diasingkan. Pasalnya, mereka bertiga bernostalgia sendiri sementara aku hanya diam karena tidak mengerti. Aku hanya ada setahun di sini dan tidak memiliki kenangan sebanyak yang lainnya. Akan tetapi, aku tetap amat sangat menghargai setiap detik yang kuhabiskan di sini.
Setelah acara nostalgia dan pidato guru di aula selesai, selanjutnya adalah penglepasan para year 11 yang menurutku tidak semeriah di Indonesia. Barangkali yang meriah ada kelulusan setelah 6th Form.
Satu per satu dari kami dipanggil berdasarkan absen dari nama belakang. Nama belakangku adalah Sylvianna dan aku maju mengambil sertifikat di atas panggung tepat setelah Andrew maju. Ia duduk di barisan di belakangku. St untuk Stanley dan Sy untuk Sylvianna.
Kemudian ada penampilan puisi, band, dan semacamnya. The Villains juga ikut tampil. Dan setelah acara selesai, para murid dibebaskan memiliki acara sendiri dan itu artinya adalah coret-coret di baju. Mikayla menggiring Annika, Ashley, dan aku ke lapangan sepak bola di belakang sekolah. Memang banyak murid di sini yang saling mencoret seragam temannya. Aku sendiri telah membawa beberapa spidol berwarna-warni.
"So, let's get started!" Seperti biasanya, Ashley merekamnya dengan kamera andalannya.
Annika yang pertama mencoret seragamku. Ia menulis: hope we could meet again next time. I mean WE HAVE TO. Much loves and kisses, Annika aka Zeva's twin sister she never had dan juga tanda tangannya di bagian dada. Aku juga orang pertama yang mencoret seragamnya. Kutulis: don't forget me, you the brightest star in the sky, Zev xx. Ashley dan Mikayla setelahnya.
Lalu dari dua cowok yang sangat kukenali berlari ke arah kami. Tyler dan Dylan. Bagai kembar siam yang tidak bisa dipisahkan. Di mana ada Tyler, di situ pasti ada Dylan. Begitupun sebaliknya. Tyler menulis di bagian lengan kananku dan Dylan di lengan kiriku. "Kami kan bodyguard-mu," kata Tyler seolah-olah mengetahui isi pikiranku.
"RYAN! BABE!" teriak Mikayla memanggil kekasihnya itu. Yang ini beda lagi. Di mana ada Ryan, di sana pasti ada Andrew dan Emre dan tambah satu anggota lagi: Kafka. Dave juga seharusnya bersama mereka tapi takdir berkata lain. Sedangkan anggota futsal lainnya seperti Ashton dan yang tidak dekat denganku memilih memisahkan diri dan bergabung dengan anggota lain.
Di antara mereka bertiga, Emre-lah yang terlihat paling mencolok. Pasalnya, dibandingkan seragam Andrew, Kafka, dan Ryan, miliknyalah yang masih bersih tanpa coretan barang satu titik pun.
Kuyakini pasti yang lainnya juga berpikiran yang sama dan hanya Tyler-lah yang paling tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. "Seriously, dude? What happened to your uniform?" Padahal sebenarnya pertanyaan itu lebih cocok ditujukan pada dirinya sendiri. Seragam Tyler sudah penuh dengan coretan penuh kata "xoxo" dan hasil tulis tangan perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journal: The Seasons
Genç Kurgu[BOOK #1 OF THE JOURNAL SERIES] Mendapatkan beasiswa selama setahun di Inggris pastinya diterima baik oleh Zevania Sylvianna, seorang gadis pecinta klub bola Manchester United. Berangkat seorang diri ke negeri asing tak membuatnya mundur dari proses...