Uta datang menbawa mobil paling kece yang ada di rumahnya. Jazz yang warna putih dan terlihat belum dicuci itu sudah terparkir dengan rapi di parkiran inap bandara dan mereka sudah tiba di bandara ngurah rai untuk menunggu Eri yang akan menjemput mereka
Beberapa menit setelah menunggu di gate arrival, salah satu sahabat mereka datang dengan pakaian santai dan sandal jepit. Hal yang Clara sukai dari Bali adalah, mereka bebas berpakaian apapun tanpa perlu memikirkan tanggapan orang.
Iya masa mau pakai dress seperti biasanya di Jakarta? Bali kan untuk liburan. Clara langsung menghambur ke pelukan Eri begitu pula Uta.
"Welcome bicthes. Yuk, barang kalian mana?" Eri melihat troli di belakang Uta dan mengambil alih troli itu lalu berjalan menunjukkan letak mobilnya yang terparkir rapi.
"Gila, tajir juga lo ya bawa mobil kalo di kampung halaman" komentar Uta setelah memasuki mobil milik Eri
Eri menggelengkan kepala dan mulai menyetir membelah bypass untuk menuju ke rumahnya. "Ngaco. Mobil keluarga, nih. Tunggulah gue korupsi lahan reklamasi biar gue dapet beli mobil satu"
Eri dan logat balinya yang kental membuat Clara dan Uta tertawa. Ada-ada saja. Memang Eri adalah yang paling konyol diantara mereka ini.
"Lahan reklamasi, palelu. Kerjaan lo emang libur, Ri? Lo katanya masih urus penempatan" tanya Clara mengingat status Eri sekarang
Perempuan itu sudah bekerja di salah satu hotel bintang lima di Bali. Dan bukannya tidak mungkin kalau Eri akan dipindah tugaskan ke salah satu cabang lain di Indonesia mengingat betapa besarnya hotel itu.
Eri hanya mengibaskan rambutnya. "Tenang. Santai. Eri ini bapaknya masih punya koneksi e. Masa anaknya yang jegeg ni mau diungsikan. Kalian gimana emang? Katanya training sudah selesai"
Uta menganggukkan kepalanya kemudian memajukan tubuhnya karena dia duduk di belakang, "Senin besok sudah dapet tempat sendiri jadi teller di cabang. Makanya doain kita satu cabang dong"
"Apalah kalian ini, masa gak bisa pergi sendiri-sendiri. Eh, tapi ndak apa-apa. Nanti kalo gue kesana kan gampang carinya" kata Eri
Uta mencibir saja, pasalnya kata-kata Eri yang menyatakan akan ke Jakarta untuk sekedar main atau liburan itu adalah janji busuk. Selalu saja ada kejadian tidak terduga sehingga sahabat mereka yang berkulit coklat manis itu batal datang ke Jakarta. Padahal Uta dan Clara sudah merindukan kumpul bertiga. Memang dasar waktu saja yang jahat ke mereka.
Makanya weekend ini Uta sengaja meminta izin ke kakak Clara untuk mengajak perempuan itu jalan-jalan. Selain karena waktu yang mungkin tidak akan tersedia setelah kesibukkan mereka, juga karena Clara yang sejak kematian orang tuanya tidak pernah bepergian jauh. Makanya Carlos langsung setuju begitu Uta mengatakan akan membawa adiknya.
"Tak bawa kalian ke tempat bagus, nak e. Liat dah sepuasnya bule bertebaran ni. Apa mau cari yang lokal? Bli-bli tampan tu?"
Clara menggelengkan kepalanya, "Gila, lu. Mau liat gue dibacok Carlos ya? Kesini aja udah syukur"
"Carlos kenapa ndak diajak? Kasian dia pacaran sama penggaris segitiga ajak. He katanya taun depan dia pegang proyek di Denpasar? Keren nak e kakak lo. Sama gue ajalah ya, ikhlas"
Uta hanya menyundul kepala Eri dengan jarinya, "Sarap. Sibuk Carlos. Temen-temennya sama dia lagi project katanya"
Clara mengangguk, "Iya. Sampe gak tidur dia. Kasian gue kadang-kadang. Tapi gimana yak? Kan buat mencukupi kebutuhan hidup aja gimana dong?"
"Lah. Eh yakin lu buat mencukupi kebutuhan hidup? Kakak lu nabung buat kawin dia sama lu kali..." Eri membelokkan setirnya dan kembali berkata, "Liburan begini bukannya maksud menyinggung ya, Ra. Sorry-sorry nih. Sabar aja kakak lo banyak kerja. Nabung buat hari tua sama meminang anak orang itu. Jakarta kan keras"
Clara tertawa dengan renyah. Memang benar ucapan Eri. Kakaknya pasti bekerja keras bukan cuma untuk mencukupi biaya hidup yang sudah tinggi. Tapi juga pasti ingin membuktikan untuk calon mertua nanti kalau Carlos mampu meminang anak mereka dan membahagiakan siapapun yang akan menjadi kakak iparnya nanti.
"Jakarta keras banget, bok. Demi mengikuti gaya hidup, si artis janda yang kawin lagi, yang hamil ke tiga kalinya bikin acara baby shower, bok" kata Uta dengan tangannya yang super bitchy
"Lah, gue liat tuh. Yang janda kawin lagi sama brondong juga bikin baby shower empat bulanan. Ndak paham sama kehidupan keras Jakarta gue" Eri menyuarakan setujunya kepada Uta dan kemudian melanjutkan ucapannya lagi "Apalagi dah tuh selebgram yang sekarang babymoon. Ya, ndak apa-apa sih ya uang mereka. Keras hidup anak eksis sekarang"
"Ih, nyinyir amat lo berdua. Awas aja kalo kalian lebih parah nanti. Pake acara bridal shower ala-ala bule, gue sunat lo berdua" ancam Clara tapi tertawa pada akhir kalimatnya
"Ra, kita ini hanya jadi penikmat berita yang baik. Lo gak liat aja gue enek banget liat perut buncit dipamerin begitu" kata Uta bergidik ngeri mengingat banyak foto babymoon dan foto kehamilan yang akhir-akhir ini berseliweran di explore ignya. Jujur saja itu tidak nyaman untuk dirinya karena risih saja begitu melihat perut buncit yang dipamerkan
"Bener banget. Mana teteknya itu gede banget. Gue bukan netizen nyinyir sih, tapi risih aja gitu. Kayak ndak ada cara lain buat apresiasi kehamilan" Eri ikut menambahkan
"Ini ceritanya kalian lagi gosipin isi instagram? Parah sih, apalagi gue kemaren habis liat ada yang bridal shower gitu diarak keliling mall pake dandanan ondel-ondel"
Uta mengangguk setuju. Sebagai salah satu penikmat media sosial, akhir-akhir ini Uta menjadi tidak habis pikir dengan kelakuan orang kaya, "Like duh ya. Kita tau mereka eksis tapi gak sampe melakukan hal bodoh begitu juga. Gak malu apa ya bawa kue bentuk alat vital cowok kayak gitu"
"E tersinggung lo ya punya lo pendek jangan-jangan" sahut Eri
"Wah, gak gitu mbak ye. Gue sebagai lakik rada gimana gitu liatnya. Kenapa punya cowok boleh diumbar-umbar sedangkan cewek gak? Harus ada kesetaraan gender dong"
Sontak Clara dan Eri tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Uta. Kesetaraan gender katanya. Sungguh mulia ucapan Uta, sayangnya mereka sendiri bukan selebgram atau selebtwit atau seleb apala itu yang bisa membuat trending topik dengan mengangkat topik seperti itu. Yang ada mereka dihujat habis-habisan sama netizen.
"Tapi bener sih yah, kenapa punya cowok aja tuh yang dijadiin mainan" Clara bingung sendiri
"Dah, anak perawan ndak boleh mikir mesum kayak gitu. Masi kecil juga, lo diem aja terima beres dan jauh-jauh dari seks bebas" kata Eri sambil menurunkan kacamatanya dan menatap Clara
"Tapi dia butuh seks edukasi sih biar gak terjerumus"
Clara langsung melempar bantalan kursinya kepada Uta dan kemudian tertawa karena pra itu bisa menghindar dengan gaya superlentur seperti penari

KAMU SEDANG MEMBACA
RH
أدب نسائيThankyou yang sudah membuat RH sampai di peringkat 30 di chicklit. We're nothing without you. Cerita ini didedikasikan untuk followers saya. Maaf sebelumnya, terimakasih. Mabuk di kelab malam enggak bakalan bikin lo h...