"MEGANTARA BEDEBAH BIN SETAN YANG MERANGKAK DARI..." Moreno menghentikan teriakannya ketika melihat Megan menatapnya dengan bingung lalu menghampiri adiknya itu setelah melemparkan koper kecilnya
Moreno menyelidiki Megan dari atas sampai bawah karena cowok itu memakai plester di keningnya dan juga terdapat beberapa luka pada kaki dan tangan Megan.
"Kok lo udah luka-luka aja? Kan gue belom ngehajar lu"
Megan mendengus lalu berbalik dan duduk di sofa dengan posisi ternyaman yang dia bisa rasakan mengingat kakinya berdenyut dari tadi. "Suka gak jelas, lo"
Kakaknya, duduk di samping Megan lalu menyentil kening cowok itu hingga meringis, "Lo ngapain, hah?"
"Semalem tidur gue gak enak. Paginya jam 5 gue ada test drive sama Varrel, terus jatoh di depan cafe belokkan situ tuh daerah Senopati..." Megan meluruskan kakinya lalu menoleh kepada Moreno, "Tapi gue gak apa-apa. Cuma lecet doang. Gara-gara tadi ada ibu-ibu nabrak"
Bohong. Bukan begitu kejadian sebenarnya. Benar Megan jatuh di jalan karena motornya tiba-tiba tidak bergerak sesuai keinginannya. Tapi penyebab pastinya karena pikirannya teralihkan.
Megan dan kata-kata kasarnya kepada perempuan itu.
"Halah! Jangan buru-buru mati, Gan. Lo harus menyelamatkan anak lo..." kata Moreno berusaha memancing keingintahuan adiknya
Cowok itu tidak peduli. Sibuk dengan hpnya dan kemudian membuka aplikasinya dengan tenang. Mencari salah satu foto yang sudah dia edit dan dia upload begitu saja.
Moreno melihatnya. Megan mengupload salah satu foto dengan cewek. Cewek?! Dia menggelengkan kepala saja. Bodoh benar adiknya yang satu ini.
"Gan... Lo ngomong apa sama Clara?"
Kali ini adiknya berbalik menoleh kepadanya. "Ngadu sama lo? Apa ngadu sama kakaknya?"
Moreno berdecak. Giliran dia yang pindah duduk di hadapan Megan dan kemudian menepuk salah satu kaki adiknya yang terluka dengan keras dan tanpa merasa bersalah ketika adiknya menggeram "Gan, serius deh. Lo ngomong apa sampe Clara minta Carlos buat ngomong sama Mama Papa urus surat perceraian"
Cowok itu melirik dengan ekor matanya. "Ya, bagus. Masa depan gue semakin keliatan jelas kalo begini"
"Astaga..." Moreno menghela nafas kemudian menepuk sekali lagi kaki adiknya
"Sakit, sialan!" Maki Megan sambil menatap tajam kakaknya dan merubah posisi duduknya. Tidak habis pikir dengan Moreno yang selalu tega menyakitinya
"Capek tau gak sih ngomong sama lo. Gue sampe mikir salah apa sih di keluarga kita. Kurang apa Mama sama Papa ngedidik kita? Apa gue salah kasih contoh ke lo sampe lo begini amat, Gan. Pake rusak anak cewek segala, lo. Gue yakin yang lo rusak gak cuma Clara doang..." Moreno memijat keningnya kemudian menatap adiknya dengan tatapan bersalah, "Gan, apa lo tau Clara bilang apa ke Carlos?" Moreno diam sejenak menunggu jawaban adiknya
"Mau cerai sama gue. Gitu, kan?"
Moreno menghela nafas sekali lagi mendengar jawaban adiknya yang datar. Benar-benar tidak berperasaan. "Habis cerai dia mau kasih anaknya ke orang lain. Semacam sewa rahim tapi setelah bubbles lahir langsung dikasih ke orang tua angkatnya"
Megan terdiam beberapa detik sebelum akhirnya berkata, "Bagus, dong. Bisa mikir juga dia akhirnya"
"Gan!" Moreno membentak adiknya, "Gila, lo. Itu anak lo! Brengsek banget jadi cowok, lo"
"Terus apa, Ren? Lo pikir gue yang masih sekolah ini butuh anak apa?"
Sumpah. Moreno ingin memutilasi adiknya sekarang. Kalau saja tidak ingat pesan Papa untuk mendewasakan Megan dan ingat pesan Mama kalau Megan itu calon ayah, sudah dia binasakan dari kemarin.
"Makanya kalo tau gak butuh ya jangan lo bikin!" Bentak Moreno pada akhirnya. Dia menggelengkan kepalanya, "Gue gak belain Clara, Gan. Posisi lo disini salah juga..."
Megan tidak mau membalas ucapan Moreno. Dia sudah terlalu banyak mendengar nasihat orang sekarang. Bukannya bagus kalau anaknya dapat orang tua pengganti? Bagus kalau mereka bisa menyayangi anaknya. Tidak seperti dia dan Clara yang tidak akan cocok.
"Menurut gue, kalo lo mau aja sedikit berusaha ngerti sama sadar pake otak. Lo bisa kok ngejalanin ini, Gan. Lo tinggal baik ke Clara aja..."
"Ren, bacot lo bikin gue pusing tau gak?"
"Makanya dengerin gue, Gan" Moreno menarik nafas lebih panjang. "Lo cocok banget sama Clara. Gue yakin Clara beneran jodoh lo, Gan. Jadi jangan disia-siain calon ibu anak-anak lo"
"Lo yang ngelantur apa gue yang salah denger"
Moreno tidak peduli. Dia sudah lelah menjelaskan dengan urat kepada Megan. Terbukti sekarang adiknya itu lebih bengal dan bebal. Lebih baik dia menjelaskan pelan-pelan. "Gan. Pernah gak lo kepikiran. Dari sekian banyak cewek kenapa Clara"
"Karena dia bego, Ren... Ck"
"Dengerin gue sialan!" Moreno membentak sekali lagi lalu menyentak tangannya untuk memberi teguran kepada Megan. "Lu tuh udah bejodoh banget ama Clara. Kenapa kalian malah ketemu di Bali? Kenapa malah Clara cewek yang lo liat pas clubing? Kenapa Clara yang lo hamilin? Kenapa akhirnya lo sama Clara yang jelas-jelas kalian sama-sama liburan di Bali, adik sahabat gue, dan ya gitu lah Gan! Apa namanya kalo gak jodoh"
Megan mengadahkan wajahnya kemudian memberikan tatapan jijik kepada kakaknya, "Otak lo geser kebanyakan mikirin bangunan. Teori cinta apaan yang lo baca hah? Gila, lo"
"Gan. Gue ngomong gini biar lo gak nyesel aja. Jangan sampe lo sadar kalo cewek yang bener-bener pantes jadi pendamping lo itu Clara dan ternyata kalian udah pisah. Dan nanti anak kalian malah dirawat sama orang lain"
"Gak usah sok suci lo nasihatin gue, Ren. Gak mungkin, omongan lo ngaco banget"
Moreno menggelengkan kepalanya, "Gan. Intinya sekarang kalo lo sama Clara pisah, lo jadi duda men. Lo mau emang pake status kayak gitu?"
"Lo kenapa jadi bacot banget soal gue, sih? Lo kenapa care banget sama hubungan gue sih? Lo harusnya sibuk mikirin kuliah lo, bego" Megan bertanya dengan sinis. Dia sudah sangat tidak nyaman dengan pembicaraan ini.
"Karena gue kakak lo, Gan. Dan gue paham banget sama sifat lo..." Moreno menghela nafasnya lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa, "Gan, apa susahnya sih pelan-pelan nerima hubungan lo?"
"Bacot"
"Ini bukan bacotan gue yang biasa, Gan. Lo bentar lagi jadi bapak. Dua lho, Gan. Bakalan dua anak lo..." Moreno memijit keningnya, "Lo beruntung Gan, Mama sama Papa masih mau bantu lo. Ada gue yang bisa lo mintain tolong. Tapi ibunya anak-anak, lo?"
"..."
"Kalo lo gak bisa nerima itu semua. Lo pikirin aja deh, gimana rasanya ngalamin itu semua di posisi Clara yang tiba-tiba keluar dari kerjaannya. Cuma ngegantungin hidup dari warteg sama abangnya. Itu pun kalo lo mau tau, abangnya masih kuliah..."
"..."
"Lo egois, Gan..." Moreno berdiri kemudian menatap adiknya, "Lo egois kalo cuma ngeliat semuanya dari sudut lo sendiri"

KAMU SEDANG MEMBACA
RH
Literatura FemininaThankyou yang sudah membuat RH sampai di peringkat 30 di chicklit. We're nothing without you. Cerita ini didedikasikan untuk followers saya. Maaf sebelumnya, terimakasih. Mabuk di kelab malam enggak bakalan bikin lo h...