Empatpuluhsatu

13.6K 1.8K 105
                                    

I extremely recommend you to read this chapter with the video i put...




"Megan masih di dalem?" Tanya Papa kepada Mama ketika pria itu baru saja menjenguk cucunya yang berada di ruang bayi. Papa Megan belum bisa bernafas dengan lega karena sekarang Carlos sedang berada di kantin bersama Moreno untuk makan

Mama menatap suaminya dengan bertanya dan kemudian mendekap Papa dengan lembut dan lemah, "Kecelakaannya lumayan parah ya, Pa. Clara bangun, kan?"

"Hm... Papa sudah hubungi teman Papa yang punya golongan darah sama. Kita sudah dapat cukup, Ma. Berdoa saja ada keajaiban ya..." Papa membelai beberapa kali ke punggung Mama mencoba menguatkan istrinya, "Habis ini ajak pulang Megan, besok dia masih harus ujian..."

"Pa..." Mama menghela nafas dengan lemah lalu memandang suaminya dengan cemas, "Megan sampai nangis tadi malam di kamarnya..."

"Dia?" Seolah-olah baru saja mendengar berita yang tidak mungkin, Papa menatap Mama dengan bingung, "Terakhir kali yang Papa dengar, Megan suka bikin Clara nangis..."

"Pa... Megan kan juga terpukul..." Mama kembali mendesah ketika suaminya menolak untuk percaya, "Kasihan Megan... Dia masih harus ujian dan ngadepin semuanya"

"Semua orang juga kasihan, Ma. Moreno sampai harus menenangkan Carlos. Papa kasihan sama Carlos. Cuma Clara anggota keluarganya sekarang. Semoga Clara baik-baik saja, ya?"

Mama memeluk suaminya lebih kuat, "Kasihan Clara... Dari semalem Megan kepikiran terus sampai badannya panas bilang kalo anaknya belom ketemu Clara... Mantu Mama baik-baik aja, kan?"

Pria itu menghela nafas dengan berat. "Ada benturan, Ma. Di punggung Clara. Papa gak bisa berharap banyak dan Papa gak bisa ngomong ini ke Megan. Kamu yang kuat, buat menemani Megan, Ma..."

Wanita itu menganggukan kepala dengan berat. "Clara baik-baik aja, Pa. Pasti, ya?"

...

Megan menyerah dengan bicara kepada perempuan yang masih saja tertidur di dekatnya itu. Dia meletakkan tangan Clara dengan pelan dan kemudian menyandarkan kepalanya di ranjang Clara.

"They took after you..."

"Si kembar..."

Cowok itu menghela nafas, "Ra, bangun... Sebentar lagi gue pasti bakalan di suruh balik karena ujian gue..."

"Lo gak berniat bikin gue kepikiran pas ujian, kan?"

Megan menunduk kemudian menarik nafas lebih panjang, dia mencari telapak tangan Clara sekali lagi lalu menatap perempuan itu dengan lemah. "Ra... Kapan bubbles keluar dari inkubator kalo lo masih tidur begini..."

Cowok itu menyerah kembali. Dia diam dan menatapi Clara sambil sesekali mengusap telapak tangan Clara dengan ibu jarinya. "Sorry gue gak bisa ngapa-ngapain pas lo bilang sakit, Ra..."

"Harusnya gue aja yang begini jangan lo..."

"Kasian si kembar, Ra. Bangun dong... Mereka lebih butuh lo dibanding gue..."

Carlos mendengar dengan diam sebelum akhirnya memilih melangkah mendekati adik iparnya yang terdengar frustasi itu. Dia menatap Megan setelah akhirnya berada di samping kiri ranjang adiknya. "Lo boleh balik, Gan"

Megan mengangkat wajahnya. "Tapi, Los..."

"Balik..." Carlos meninggikan suaranya, "Clara gak butuh, Lo"

"Tapi gue butuh liat Clara buka matanya sekarang..."

Carlos menoleh dengan tidak percaya. Dia menggelengkan kepalanya kemudian menatap tajam kepada Megan. "Lo yang harusnya baringan begini, Gan..."

RHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang