Sejak si kembar bisa keluar dari inkubator. Megan menjadi lebih tidak sabar untuk bertemu dengan mereka. Apalagi sejak si kembar boleh memakai baju, membuat Megan menjadi lebih antusias untuk mengambilkan perlengkapan si bayi.
"Dibedong aja, ya?"
Megan mengerutkan keningnya bersamaan dengan Clara yang melihat bayi mereka di serahkan kepada Clara untuk digendong. Sementara box Mikaila baru saja dibawa masuk dan bayi perempuan itu sudah menggeliat lemah.
"Si adek, cepet banget nyadar kalo ada Ayahnya..." Goda salah satu suster yang membuat Megan menarik simpul sudut bibirnya
Cowok itu mendekat dan kemudian meraih Mikaila ke dalam gendongannya ketika bayi perempuan itu menangis.
Clara melirik dengan ekor matanya, memperhatikan Mikaila yang mengurangi tangisannya ketika Megan sudah mulai menimangnya dan bersenandung. Perempuan itu beralih kemudian melihat putranya menyentuh bibir Mikail yang mengatup untuk mengecek apakah anaknya haus atau tidak
"Coba nyanyi, Gan..."
Clara menoleh dengan tajam dan kemudian berkata dengan pelan kepada Mama mertuanya, "Jangan, Ma..."
Megan mendesah kemudian mengangguk menyetujui, "Kalo aku nyanyi, yang ini pules yang itu konser..."
Mama mertuanya kemudian membulatkan bibirnya dan mengangguk mengerti. Jadi semakin gemas dengan kedua cucunya.
Carlos dan Moreno masuk ke dalam kamar dengan membawa dua kotak makanan. Moreno menghampiri Megan berbarengan dengan Carlos lalu mencolek pipi Mikaila yang tertidur.
"Cantiknya ponakan Papa Moreno, gemaynya dek pipinya. Untung kamu cantik ya mirip Papa"
Mendengar ucapan kakaknya, Megan langsung melirik tajam dan menegur kakaknya yang tolol itu, "Anak siapa? Kenapa lo ngaku-ngaku? Jangan pegang Mikaila lo, brengsek"
"Megaaaan, Morenoooo" Mama menegur sambil sibuk memandangi lauk di nasi kotaknya dengan berbinar, "Moreno loh, adiknya jangan diganggu. Lagi gendong cucu Mama soalnya. Bahaya kalo Megan gelindingin"
"Mamaaaa" Megan memprotes dan kembali menoleh kepada kakaknya yang masih berusaha menoel pipi Mikaila sementara Carlos memfoto putranya, "Lo apaansih, Ren? Jangan gangguin, elah"
"Lo posesif amat, sih. Tau deh, yang sekali bikin langsung jadi..." Moreno melirik Mikaila sekali lagi, "Ya ampun. Cantik banget sih kamu dek..."
"Makanya, bikin sendiri lo kalo sirik" Megan balas menyindir kakaknya
Gara-gara pembicaraan absurd itu, wajah Clara sampai memerah mendengarnya. Aduh, dia jadi kepikiran kalau anaknya sampai terkontaminasi ajaran bicara cowok-cowok ini
"Kak Reno lho, Ma. Ngomongnya absurd terus. Bubbles kan denger" protes perempuan itu
Mama hanya memandangi Moreno sambil beberapa kali memainkan jarinya seolah mengisyaratkan kalau Mama memperhatikan Moreno
"Kael bobo, Ra?" Tanya Carlos dan mendekat kepada ranjang adiknya. Melihat keponakannya yang tertidur dengan pulas sambil sesekali menggeliat kecil, "Aduh, kok montokkan adek kamu sih Kael? Mikaila subur begini kenapa kamunya gak berlemak"
"Nanti juga berlemak. Berotot juga" Moreno menyahuti, "Boleh gendong gak, Gan? Lo pegel kan pasti?"
Megan menggelengkan kepalanya sambil menatap Mikaila yang tersenyum dalam tidurnya. "Gak boleh. Lo kan biadab, Ren. Nanti anak gue lo uncal..."
Perempuan yang sedang menimang Mikail pun melirik kedua kakak adik itu. Apa tadi kata Megan? Anak gue, ya? Clara cuma bisa menahan nafasnya dan menatapi Mikail semakin dalam. Tidak kebayang saja kalau ada anak sma bicara soal anaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RH
ChickLitThankyou yang sudah membuat RH sampai di peringkat 30 di chicklit. We're nothing without you. Cerita ini didedikasikan untuk followers saya. Maaf sebelumnya, terimakasih. Mabuk di kelab malam enggak bakalan bikin lo h...