Setelah Clara pikir-pikir. Sepertinya Megan itu sakit jiwa. Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu. Sungguh Clara ingin menelpon rumah sakit jiwa dan menahan cowok itu di sana. Biar si sinting itu bisa berpikir jernih dan meminta maaf bukannya meninggalkannya begitu saja.
Tapi akhirnya kata-kata Megan membuat Clara kepikiran. Sampai akhirnya ketika Carlos kembali. Perempuan itu berbicara kepada kakaknya dengan nada yang amat tenang dan dia pikir sudah akan bicara dengan sangat baik. Tapi Clara tidak sadar kalau dia menggenggam tangannya dengan sangat kencang dan juga ketakutan.
"I've been thinking about this..."
Carlos menaikkan satu alisnya kemudian memindahkan sendoknya dari atas tempe menjadi di samping piringnya.
Clara menatap kakaknya dengan mantap. "Kenapa waktu itu gue harus nikah sama dia? Masih gak masuk akal, kan?"
Carlos mendesah, "Ra..."
"Stop. Gue ngomong dulu baru habis itu lo yang ngomong. Just listen, okay?"
Kata-kata adiknya membuat Carlos kembali memulai acara makannya. Tapi dia cukup peka dengan masalah yang akan dihadapi adiknya dan apa yang akan dibicarakan perempuan itu.
"Kalo emang urusan uang dan ngerasa bertanggung jawab, mereka masih bisa bantu secara finansial. Akte? It's easy, jaman sekarang gampang, semua bisa pakai uang..." Clara menatap kakaknya dengan yakin, "Kalo soal bapak, bubbles boleh kok ketemu bapaknya. I won't let them suffers like an orphant..."
Carlos mendengarkan dengan seksama. Benar apa yang dikatakan Clara. Tapi tidak benar dengan tindakan apa yang akan perempuan itu lakukan.
"Gue mau cerai aja..."
Kan. Carlos menelan makanannya kemudian menatap adiknya. "Ra, are you being such an egoist person right now? Because you don't have to be that. Kasian anak lo, Ra"
"Los. Lo mau emang gue..."
"Ra, gue gak selamanya ada di sisi lo" potong Carlos dengan tegas. "You need that husband to take responsibilities for these mess"
"Definitely not Megan..." Clara menganggukkan kepalanya kemudian menatap kakaknya kembali, "Kalo lo mau bahas-bahas moral sama agama. I quit. Los..." Clara menelan ludahnya, "Pernah denger soal sewa rahim?"
"Lo mau ngejual anak lo?" Tanya Carlos dengan tidak percaya. "Lo capek ya, Ra?" Tanyanya kemudian menghela nafas, "gue tau ini berat dan melelahkan buat lo karena gak ada... Mama..."
"Kalo ada Mama gak begini gue, Los..." Clara sudah menatap kakaknya dengan mata yang berair, "Kalo ada Mama gak begini gue?! Sekarang salah siapa gue begini?!"
Nafas Carlos menjadi lebih pendek dari sebelumnya. Dia menatap adiknya dengan nanar dan kemudian menunjuk dadanya sendiri. "Salah gue, Ra. Kalo aja gue gak kasih lo ijin pergi. Lo gak kayak gini..."
Clara tidak menjawab ucapan kakaknya dan beralih kepada salah sayu lembaran ditangannya dengan bibir yang mengatup rapat. Menghapus air matanya dan kemudian bicara kembali. "Udah. Dari pada kayak gitu, mending kita begini aja. Toh gue atau Megan gak akan bisa lanjutin pernikahan ini. Even we have bubbles..."
Carlos melihat Clara menggigit bibirnya.
"Ada orang yang kepingin punya anak. Mungkin ini rejeki mereka. Besok gue telfon mereka. Tapi kita ngomong dulu sama Om sama Tante..." Clara beralih menatap kakaknya kemudian, "Just help me. At least gue gak bunuh anak gue sendiri. At least gue bisa kasih mereka keluarga yang pantes, Los"
Carlos hanya bisa menghela nafas dengan berat.
...
"Hah? Adek lo kenapa?" Moreno memundurkan tubuhnya dan bersandar kepada sandaran mobilnya. Dia baru saja keluar dari bandara dan sekarang berada di dalam mobil yang sama dengan Carlos.
"Clara bilang, setelah cerai gak mungkin bisa urus bubbles dan gue juga begini-begini aja. Jadi kita mau ngurus perceraian dan ketemu calon orang tua bubbles"
Moreno membulat menatap sahabatnya lalu memijit keningnya. "Dan lo setuju, Los?"
Carlos mengedikkan bahunya. "Menurut lo?"
"Lo setuju, iya kan?" Moreno menuding sahabatnya lalu menghempaskan tubuhnya sekali lagi ke jok mobilnya. "Tuhan. Lo kenapa bisa bego banget, Los? Lo kan bisa tinggal jawab kalo sekarang mereka sudah nikah. Sudah harus tanggung jawab sama keluarga kecil mereka. Dan lo harusnya kasih jawaban ke Clara, apa dia gak takut kalo nanti anaknya udah gede tiba-tiba benci sama dia..."
Carlos memijit keningnya, "Gampang mikir gitu. Tapi kemaren gue liat Clara ketakutan. Kayaknya, dia gak mau kalo anaknya ngeliat keluarga kecil mereka berantakan..."
"Los..." Moreno mendesah kecewa, "Astaga. Pasti si bedebah satu itu ngomong macem-macem ke adek lo, kan? Makanya jadi begini jalan pikiran lo sama adek lo"
"Mau ngomong apa juga, ini bener. Gak baik maksain mereka. Gue gak mau Ren, Clara kenapa-napa. Bubbles juga berhak bahagia. Adek gue berhak dapet cowok yang nerima dia apa adanya"
"Terus menurut lo? Adek gue gak bisa jadi kayak gitu?" Moreno sekarang menatap Carlos dengan tajam dan tidak percaya dengan sahabatnya. "Anjir. Megan minta ditabok pake sendal"
"Yah, adek lo salah sih. Tapi, gue gak bisa biarin kesalahan makin fatal. Jadi, Ren. Gimana caranya supaya orang tua lo setuju?"
Moreno menggelengkan kepalanya, "Ya, menurut dengkul lo aja ya. Bisa-bisa gue yang disuruh kawin sama Clara. Mau lo emang punya adik ipar macem gue?"
Laki-laki itu menoleh kepada sahabatnya, "Gue lagi serius, setan"
"Gue juga, njing" maki Moreno kemudian memukul dashboardnya. "Los pernah lo mikir lebih panjang, hah? Kalo sampe Clara ngomong gitu ke nyokap ama bokap gue apa yang bakal terjadi?"
Carlos mengedikkan bahunya
"Diambil itu Clara, dipingit di rumah gue. Ditutup semua akses dia buat ngelakuin hal nekat. Bisa kali orang tua gue ngehubungin keluarga besar lo dan beberin semuanya. Hasilnya? Rumah lo disita sama keluarga besar lo. Mau emang?"
Benar apa kata Moreno. Carlos menghela nafas untuk menenangkan dirinya. Bisa saja keluarga besarnya menuntut keluarga besar Moreno dan akhirnya berbuntut panjang.
"Tapi, Ren. Adik lo masih 17 tahun. Belom bisa diajak dewasa..."
"Makanya habis ini biarin gue hajar sialan muka amplas itu"

KAMU SEDANG MEMBACA
RH
ChickLitThankyou yang sudah membuat RH sampai di peringkat 30 di chicklit. We're nothing without you. Cerita ini didedikasikan untuk followers saya. Maaf sebelumnya, terimakasih. Mabuk di kelab malam enggak bakalan bikin lo h...