Sembilan

16.5K 1.9K 40
                                    

Memasuki usia kandungan empat bulan, Clara lebih sering mengurung dirinya di dalam kamar karena suhu tubuhnya yang suka naik tiba-tiba. Semakin lemas juga karena perutnya ternyata membesar tidak seperti yang dia duga.

Carlos juga semakin sibuk dan teman-temannya semakin sering dibawa ke rumah karena takut terjadi apa-apa pada adiknya. Seperti sore itu, Carlos pulang dengan tangan menenteng tabung yang membawa desain pekerjaannya dan kemudian menyapa Clara di dalam kamarnya.

"Hai. Ponakan, Om. Besok, kita ke dokter ya?" Katanya sambil mengelus perut Clara yang sudah tertidur lalu kembali menutup pintu kamar Clara dan menyapa teman-temannya

"Jadi, adik lo udah tidur?"

Carlos mengangguk kepada Tian. Salah satu partner seniornya di tim, "Udah. Hehehe" bukan rahasia kalau Tian punya keingintahuan yang besar tentang adiknya karena pernah tidak sengaja melihat foto Clara di wallapaper milik Carlos.

Baru saja Carlos membuka gulungannya, Moreno mendecak dengan kesal memandang handphonenya, "Sorry. Gue kayaknya kesini maleman lagi. Sodara gue sakit"

"Sakit apa?" Tian yang tidak bisa menerima anggotanya menghilang ditengah deadline langsung bertanya dengan curiga

"Gak tau. Kata dokter kayaknya masuk angin. Muntah-muntah mulu" Moreno masih saja sibuk dengan hpnya, "Nyokap gue minta dibawain es palu butung. Gilak ni anak. Gue lempar lemari juga nih anak"

Carlos termangu mendengar gerutuan Moreno. Seingatnya, Moreno hanya punya satu saudara. Itu adalah laki-laki. Carlos juga mengenal anak itu.

Heh? Tidak mungkin kan saudara Moreno yang menghamili adiknya? Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan, Car. Batinnya mengingatkan. Bukan hanya Clara yang menyukai es berwarna kuning itu.

"Ih! Bau apaansih! Busuk banget! Kak! Kak!"

Clara keluar dari kamarnya dengan menjepit lubang hidungnya. Tidak peduli ada beberapa pasang mata yang sudah memandanginya

"Sumpah! Kak Moreno bau banget! Pergi gak dari rumah gue!"

Moreno menatap Carlos meminta penjelasan, "Mulut adek lo, Car"

Carlos hanya tersenyum tanpa dosa. Sejak hamil, adiknya memiliki emosi yang menggebu-gebu dan entah kenapa selalu peka dengan kehadiran Moreno. Tidak mungkin, kan kalau hipotesanya benar

"Iya! Ini juga mau pergi!"

"Sumpah, ya! Kak, ini rumah terlarang buat lo datengin kalo lo masih lebih bau dari aer comberan warteg pecel lele depan sana. Lo haram hukumnya injekkin kaki di rumah gue yang wangi surga ini!" Omel Clara lalu menuding Moreno tanpa ampun

"Anjiiiiir!" Teriak Moreno tidak mau kalah, "Iye, Nyah!" Tapi matanya beralih kepada perut Clara yang membesar, alisnya mengkerut seketika dan memandang Carlos, "Perasaan gue aja atau adek lo itu hamil?"

Carlos menepuk jidatnya.

...

Carlos memilih untuk menjelaskan keadaan adiknya di luar rumah karena Clara sudah muntah-muntah karena kehadiran Moreno. Sungguh sangat disayangkan, padahal Moreno adalah salah satu sahabat kakaknya yang paling baik.

Setelah mendengar penjelasan Carlos, Moreno dan Tian juga tim mereka memilih untuk mengerjakan proyek mereka di rumah lain yang kebetulan berisi sekumpulan cowok-cowok karena takut mengganggu Clara.

Sehingga akhirnya, siang itu Clara terlihat segar bugar ketika dia dan kakaknya pergi ke dokter kandungan.

"Halo, Clara. Siap cek bubbles hari ini?"

Clara mengangguk antusias kepada dokter Rinta yang memeriksanya. Bayi dalam kandungannya kembar dan Clara tidak habis pikir bagaimana dia bisa memiliki anak kembar sementara di keluarganya tidak ada sejarah anak kembar.

"Bubblesnya sehat... Ini fotonya ya" Dokter Rinta menyerahkan prin polaroid kepada Clara dan perempuan itu menatap dengan berbinar,

Carlos hanya menggelengkan kepalanya saja, "Ada vitamin yang harus diminum lagi? Tapi kok aneh ya, dok. Masa dia kalau ketemu temen saya bawaannya pengen muntah"

Clara menganggukkan kepalanya menyetujui, "Iya. Bener, dok"

Dokter Rinta tertawa dengan ramah, "Wajar, biasanya kan kalo ngidam aneh-aneh. Mungkin bawaan kali, biasanya malah si ibu muntah kalau cium bau bapaknya"

Alis Carlos mengerut seketika. Hehe. Tidak mungkin kan Moreno yang tingkat kesibukkannya seperti itu melakukan hal yang tidak-tidak kepada adiknya? Lagi pula Moreno kan sudah mengenal Clara. Kalaupun suka, Carlos akan dengan sangat menerima kalau Moreno menjadi adik iparnya. Dia sudah sangat mengenal Moreno, tabiat dan juga keluarga Moreno.

"Ada lagi? Ini sudah mau masuk bulan ke lima ya? Semakin hati-hati ya. Kalau boleh tau, kamu gak stress di rumah kan? Ada kegiatan yang buat habisin waktu?"

Clara menatap Carlos kemudian, "Kak..."

Carlos memutar bola matanya saja kemudian menatap Dokter Rinta, "Dok, adik saya ini mau dibuatkan catering. Apa gak apa-apa? Saya sih khawatirnya kecapaian"

Dokter Rinta tersenyum. Dia memang sudah mengetahui cerita kalau kedua anak didepannya ini adalah kakak adik dan si Kakak melarang adiknya menggugurkan bayi dalam kandungannya. Mereka adalah anak yatim piatu dan tidak ingin berbuat dosa. Dokter Rinta sangat salut kepada Carlos yang mau berbesar hati menemani Clara adiknya untuk melewati semua ini.

"Boleh. Tapi jangan capek-capek ya, usahakan ada yang bantu"

Carlos menganggukkan kepalanya. Dalam pikirannya mencoba mengkalkulasi modal untuk membuat catering rumahan untuk Clara. Walaupun adiknya punya tabungan, tapi dia tidak mau saja kalau Clara melepaskan halknya untuk membantu.

"Alhamdulillah" kata Clara kemudian mengelus perutnya

"Ya, sudah. Makasih ya, dok. Kami permisi dulu"

Mereka keluar dari ruangan dan Clara terlihat sangat mengagumi anaknya yang ada di dalam foto.

"Gue gak nyangka dapet dua begini..." kata Clara dengan antusias dan masih mengelus perutnya

Carlos ikut tersenyum kemudian, "Untung aja lo gak jadi gugurin ya, dek. Kalo gak, double tuh yang benci lo diakhirat"

"Ih! Jangan ngomong gitu dong. Bubbles udah bisa denger tau" gerutu Clara kemudian menggerakkan tangannya ke samping kiri dan kanannya untuk menutupi ucapan Carlos

"Halah. Mau makan apa nih? Gak ngidam?"

Clara mencebik kemudian menggelengkan kepala, "Tadi udah pesen, Uta. Hari ini doski mau anterin bakso"

Alis Carlos mengerut lagi, "Lo bukannya gak suka makan daging?"

"Kali bapaknya ni anak dua karnivora makanya gue kepengen"

Carlos hanya menggelengkan kepalanya. Bukan saudara Moreno kan? Bukan, kan?! Masalahnya Moreno dan keluarganya adalah pecinta daging, dan bakso nomor wahid yang Carlos kenal

RHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang