Megan sedang sibuk ujian praktik di sekolah. Ketika gilirannya tiba. Tidak ada orang lain dalam pikirannya selain Moreno Janaputra sebagai mayat dihadapannya. Megan bahkan lancar melakukannya. Jahat memang. Tapi dia selalu dendam dengan kelakuan kakaknya.
Tadi pagi sewaktu mau berangkat. Kunci motor Megan di lempar ke kolam renang belakang rumah. Membuat Megan mengumpat sejadi-jadinya dan Mama menegur mereka sambil berteriak keliling rumah.
Hasilnya, Megan terpaksa menebeng ke satu-satunya orang yang dia senang lihat akhir-akhir ini. Ariesta anak babonnya yang semakin hari semakin ilfeel dengan kelakuan Megan.
"Ta, nanti pulang gue ke rumah lo ya. Melajarin bahan ujian praktik besok" kata Megan sambil melipat kopiahnya lalu memasukkan ke dalam saku celananya
"Modus" kata Ariesta. "Lo kan akhir-akhir ini suka grepe-grepe gue. Lo mau perkosa gue, kan?"
Megan menatap datar sahabatnya. Bukan sekali ini saja Ariesta menjadi gila. Megan sudah sangat hafal jadwal gila Ariesta. "Ta, lo yang sebenernya belok bukan gue"
"Ck" Ariesta melirik ke tangan Megan. Sudah beberapa minggu belakangan ini Megan terlihat memakai cincin yang terlihat begitu sederhana dan bukan style Megan. "Baru? Lo tunangan ya, Gan?"
Cowok itu melirik dengan ekor matanya, "Tunangan?"
Ariesta menunjuk jari manis Megan dan bertanya sekali lagi, "Sama siapa, Gan? Kok gak bilang? Persahabatan kita apa masih diragukan, Gan? Lo gak mikir nyembunyiin ini semua karena takut gue cemburu kan, Gan?"
"Lo ngomong apa combro?" Tanya Megan dengan tangan sudah berada di dalam saku celana dan berjalan berdampingan menuju kantin bersama Ariesta
"Kelakuan lo akhir-akhir ini aneh aja. Nyamperin gue atau Varrel malem-malem gak jelas. Lo lagi galau karena tunangan lo?"
Lipatan di dahi Megan mendalam dan menggelengkan kepalanya beberapa kali, "You have no idea, dude. Gue lagi menata masa depan. Diem aja deh lo cong. Bentar lagi kan mau pisah, jadi harus rajin-rajin quality time"
"Gaya lu. Ngomong aja sama kita ada apaan"
"Masalahnya gue juga gak ngerti ada apaan"
Ariesta menghela nafas cukup lama dengan bibir ditata sedatar mungkin mendengar penjelasan Megan. Beberapa kali dia tersenyum karena disapa oleh adik-adik tingkatnya.
Cowok itu melirik Megan dan kemudian melihat kantong mata sahabatnya yang semakin terlihat. Ariesta menggelengkan kepala saja. Megantara dan rahasianya. Selalu begitu.
"Gan. Lo aneh sejak dari Bali"
"Lo juga jadi lebih perhatian sejak dari Bali"
Ariesta memukul kepala Megan dengan cukup keras dan menggerutu, "Gak ada sautan yang lebih bikin gue keliatan kayak cewek?"
"Gak. Takut gue disangka ada hubungan khusus sama lo"
"Sok, laku amat Gan. Walaupun emang. Tapi gue serius, Gan. Lo kalo ada masalah bilang aja. Lo gak mungkin diem-diem terus"
"Bukan masalah, sih yang gue umpetin"
Ariesta menatapnya dengan datar, "Diem anjing gak usah lo lanjutin kalo lo mau ngomong yang bikin image gue rusak, Gan"
Megan menepuk bahu Ariesta kemudian berkata kepada sahabatnya dengan nada lembut, "Lo tau aja kalo gue mau bilang gue lagi nyimpen perasaan, Ta"
Ariesta langsung menatap lurus ke depan. Menepis tangan Megan dengan cara cukup lentik dan kemudian berteriak kepada dua sahabatnya yang sudah duduk di meja langganan mereka, "Megantara sudah gila guys. FIX MEGAN HABIS INI YANG JADI JENAZAH BUAT SESI BERIKUTNYA!"

KAMU SEDANG MEMBACA
RH
ChickLitThankyou yang sudah membuat RH sampai di peringkat 30 di chicklit. We're nothing without you. Cerita ini didedikasikan untuk followers saya. Maaf sebelumnya, terimakasih. Mabuk di kelab malam enggak bakalan bikin lo h...