Megan tahu kalau abangnya yang sedang sibuk itu akan berangkat ke singapura satu minggu. Mamanya akan berada di bandung menemani Papanya untuk menjenguk neneknya yang sudah tua. Weekend ini, Megan ada acara bersama teman-temannya. Salah satu sahabatnya mengadakan acara ulang tahun di Bali dan Megan sudah dibookingkan tiket untuk itu.
Benar-benar acara yang Megan tahu kalau dia tidak akan bisa bergabung dengan santai. Salah satu temannya mendekati Megan dan kemudian merangkul pundak cowok itu,
"Gan..."
Megan menolehkan kepalanya kepada Ariesta, "Hm..."
Ariesta mengedikkan dagunya kearah jam sembilan dan menunjuk salah satu diantara sekumpulan orang yang sedang mengobrol dengan membawa bir bintang di tangan merek. "Lo keren kalo bisa naklukin salah satu diantara mereka"
"Basi" kata Megan kemudian melihat beberapa cewek yang melewatinya dan menoleh kepadanya memberikan pandangan nakal. Megan hanya mengangkat gelasnya lebih tinggi dan tersenyum kepada mereka
"Cogan, mah beda. Dimana-mana dikejer ya, Gan" kata Ariesta masih mengalungkan lengannya ke Megan. Cowok itu salah satu sahabatnya yang paling setia dan paling senang main perempuan. Ibaratnya, Megan jadi suka gonta-ganti pacar karena Ariesta yang menularkan kepadanya
Megan tidak menanggapi kemudian mendengar musik yang masih saja tidak bisa membuatnya turun ke lantai dansa. Cowok itu memilih melangkahkan kakinya keluar dan menuju salah satu minimarket membeli dua botol fiji.
Setelah membayar kebutuhannya, Megan menaikkan satu alisnya dan menatap sosok perempuan dengan celana jeans diatas lutut dan kaos pendek yang masuk ke dalam toilet. Megan menaikkan satu sudut bibirnya.
Hal paling brengsek yang sampai saat ini dia lakukan adalah menyuntikkan obat perangsang ke botol minuman yang masih tertutup dan tersegel. Niatnya dia membeli satu untuk dia pakai ketika sudah bosan dan menemukan targetnya di dalam klab tadi. Tapi siapa sangka dia malah menemukan targetnya malam ini.
Megan bersandar di tembok toilet dan meneguk beberapa kali fijinya sampai akhirnya cewek itu keluar. Sampai beberapa menit kemudian perempuan itu keluar dari restroom
"Bohong sama cowok kamu kalo kamu mau jalan ke pantai itu dosa lo, sweetheart" katanya setelah beberapa saat melihat perempuan itu memandang layar handphonenya sambil tersenyum, manis
Cewek itu langsung membalikkan tubuhnya dan menatap bingung kepada Megan yang sedang meminum fiji di tangannya.
"Sorry" kata Megan mencairkan suasana dan tertawa kemudian, "Mau minum?"
Perempuan itu terlihat ragu dan memandangnya penuh curiga. Sadar dengan apa yang dipikirkan cewek itu, Megan tersenyum samar.
"Ambil aja gak apa-apa. Ini juga baru aku beli dari sana" katanya sambil mengedikkan dagu ke arah salah satu minimarket yang berada di pojokkan jalan, "Masih segel nih kalo gak percaya"
Cewek itu ikut bersandar dan meraih botol minumannya, beberapa detik setelahnya menatap Megan, "Gak masuk ke dalem?"
Megan menggelengkan kepalanya, "Belom. Nanti aja kalo udah mau puncaknya. Kamu? Habis bohong sama cowok kamu?"
Perempuan itu menggelengkan kepalanya kemudian kembali meneguk minumannya bersamaan dengan Megan, "Nah, he's my brother actually"
A lil bit naughty baby "Kenapa gak masuk?"
Cewek itu menggelengkan kepalanya lalu menyentuh tengkuknya, "Euh, rame. Pusing juga"
Megan menyadari kalau obatnya sudah mulai bereaksi kemudian tersenyum tipis, "Aku temenin kamu masuk deh, kasihan cewek sendirian. Nanti di tengah-tengah ditarik sama orang gak bener"
Perempuan itu tertawa dengan renyah lalu mengajak Megan kembali ke dalam club, "Sejak kapan ada yang bener di klab?"
Megan menggelengkan kepalanya, "I'm one of the exception, babe"
Megan melihat perempuan itu berjalan lebih lambat dan juga meneguk kembali minuman botolnya. Sepertinya dia tidak perlu menunggu terlalu lama kali ini. Perempuannya sudah akan merasa sangat panas.
Tiba-tiba perempuan itu oleng dan Megan berhasil menangkapnya. Perempuan itu tersenyum dengan hangat. Tipe-tipe senyuman yang ingin Megan sembunyikan dari orang lain karena hanya dialah yang boleh menikmati senyuman itu.
Megan menundukkan wajahnya dan mencari bibir yang sedari tadi masih saja tersenyum kepadanya. Dia mencium bibir itu. Lembut. Dengan lumatan pelan yang membuat Megan tidak punya pilihan lain untuk menghindar dan menginginkannya lagi dan lagi. Ditambah sentuhan aneh jari-jari perempuan itu pada tubuhnya. Megan sudah sangat paham kalau tubuhnya menginginkan perempuan itu
...
Megan sudah berusaha melakukannya selembut mungkin tapi dia tidak bisa menahan gairahnya terlalu lama. Dia sudah nyaris tidak melakukan apapun kegiatannya selama hampir dua minggu ini. Keberadaan kakaknya adalah alasan kenapa dia selalu gagal melakukannya. Moreno adalah mantan preman paling biadab yang Megan tahu.
Untungnya malam ini tidak. Perempuan itu sudah menatapnya dengan sangat meminta dan Megan sudah sangat memuja tubuh perempuan itu.
"Ini pertama kali buat kamu, ya?"
Perempuan itu mengangguk dan Megan tersenyum dengan puas. Anak kemarin sore mana yang pergi ke klab dengan tubuh menggoda begini. Megan yakin perempuan dibawahnya ini pasti masih berumur belasan tahun.
Sudahlah, Megan besok sudah harus kembali ke Jakarta juga. "I'll do it gently, honey"
Megan meringis begitu menyadari betapa kuatnya cengkraman milik perempuan itu dan melihat bagaimana perempuan itu menatapnya dengan tatapan sayu, sial. Megan ingin memilikinya, "Sudah?"
Perempuan itu mengangguk.
Megan akan memastikan kalau dia yang memegang kendali di permainan ini. Dia membuat perempuan itu menjerit dan memekik beberapa kali sampai peluh membasahi tubuh mereka.
Dia tidak ingat berapa kali dia merasakan kenikmatan yang diberikan perempuan itu kepadanya. Berkali-kali, mungkin. Yang jelas, Megan ingat kalau perempuan itu tersenyum puas dan mencium bibirnya dengan panas di akhir percintaan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
RH
ChickLitThankyou yang sudah membuat RH sampai di peringkat 30 di chicklit. We're nothing without you. Cerita ini didedikasikan untuk followers saya. Maaf sebelumnya, terimakasih. Mabuk di kelab malam enggak bakalan bikin lo h...