Ketika Clara merasakan tidurnya sangat nyaman semalam, dia tahu kalau ada yang tidak beres dengan perutnya. Ada tangan yang berada di puncak perutnya dan Clara langsung menoleh ke arah pemilik tangan itu.
Bukannya tidak kaget. Tapi Clara belum minum air putih buat teriak-teriak kencang. Lagi pula, dia kasihan melihat Megan tidur dengan posisi duduk di lantai. Pasti sakit badannya. Sepertinya sejak hamil, Clara jadi lebih gampang untuk iba pada orang lain.
Clara memutuskan untuk memindahkan tangan Megan lalu duduk bersandar di kasurnya. Dia menyentuh lengan Megan dengan pelan, "Gan..."
Megan tidak bergerak
"Gan..." rasanya mau teriak saja. Tapi waktu ingat ajaran Mama kalau meneriaki suami itu termasuk dosa, Clara akhirnya mendengus saja. "Gaaaan" katanya sekali lagi sambil mengguncang tubuh Megan
Masih saja tidak ada pergerakan dari Megan. Padahal posisi tidur saja sudah tidak nyaman
Perempuan itu melirik ke charger hpnya dan mengambil ujungnya. Clara sering tersetrum karena benda itu. Mungkin saja ini akan berhasil pada Megan mengingat Megan menyentuh langsung ke lantai
Clara mencari lengan Megan sekali lagi dan meringis pelan sebelum melakukannya. Akhirnya ketika dia mendekatkan ujung besi chargernya yang masih terpasang pada stop kontak kepada lengan Megan. Cowok itu tersentak
"Anjrit! Nyetrum, monyet!" Maki Megan lalu menyentuh lengannya dan menatap Clara dengan marah. Walaupun sebenarnya matanya masih sangat tidak bisa diajak kompromi
Clara tidak bicara dan mendelik ke Megan. Beberapa kali mengedikkan dagunya ke arah pintu kamar
Alis Megan mengerut dan berusaha mengumpulkan kesadarannya dengan lebih cepat. "Apa?!" Tanya Megan dengan ketus
Suara serak Megan dipagi hari membuat Clara menelan ludah. Iba saja dengan suaminya, Eh, Clara mengedikkan bahunya beberapa kali. Hanya kasihan maksudnya, dengan anak SMA ini.
"Apaan sih? Lo mau gue keluar dari sini?"
Clara mengangguk kemudian menaikkan satu alisnya dan memutar bola matanya
"Ngomong, woy. Lo gak lagi nabung suara lo, kan?" Megan berdiri dan menggaruk-garuk tengkuknya lalu melakukan peregangan otot yang membua Clara membuang muka
Gila. Tadi Megan scretching di depannya. Bukannya kusut atau dekil, malah terlihat semakin ganteng di mata Clara. Clara mengelus perutnya, merasakan gerakan kecil disana. Ih, kok kalian kesenengan, sih. Jangan mesum-mesum kayak bapak kalian dong
Megan menangkap pergerakan Clara dan mengerutkan alisnya, "Kenapa lo? Gerak lagi?"
"Kok tau?" Spontan saja Clara menutup mulutnya kesal karena bicara dengan Megan. Buat Clara, pantang hukumnya ngobrol dengan Megan apalagi dipagi hari begini
Cowok itu hanya tertawa pelan lalu menggelengkan kepala dan berjalan menuju pintu. Membuka kancing pintu lalu keluar begitu saja. Setelah menutup pintu, Megan tidak langsung beranjak dari sana. Anjrit. Kok enak banget tidur di kamar dia. Di lante pula. Anjir.
...
"Eh, ganjelan tanggul..." omel Ariesta ketika Megan masih saja mengelus rambutnya sambil mendengarkan lagu dan tertidur di mejanya.
Sudah sejak jam kosong pertama, Megan duduk di bangku Ariesta dan menyuruh cowok itu duduk di dekatnya. Kemudian membelai rambut Ariesta. Hanya kepingin saja dia.
"Anju. Si Megan kenapa belai-belai, lu?" Tanya Sandy yang kemudian mengabadikan momen langka dimana Megan dan Ariesta yang biasanya bertengkar kini terlihat begitu mesra karena tangan Megan masih saja membelai kepala Ariesta
"Lo gak abis cari ribut, Ta?"
Ariesta melotot kepada Varrel, "Yang ada ini anak yang cari ribut ama gue", dia menoleh dan menyikut Megan sampai akhirnya cowok itu terbangun, "Ganjelan tanggul, tolong ya kalo mau membuka identitas minat seksual lo jangan pake gue"
Megan menyipit. "Ck. Ta. Rambut lo lagi lembut nih!"
Suara bentakan Megan langsung membuat seisi kelas terdiam dan memandang ke pojok ruangan yang selalu ditempati oleh Ariesta Cs.
Varrel tersenyum dengan lebar ke teman-teman sekelasnya lalu berkata, "Pertengkaran rumah tangga, guys. Just ignore us, okay"
"Anjing, lu. Bacot ngapain teriak-teriak!" Omel Ariesta lalu melotot kepada Megan, "Tumben-tumben sepanjang sejarah lo bilang rambut gue halus anjir. Lo gak..."
Sandy dan Varrel memilih untuk mundur selangkah kemudian memandang ngeri kearah Megan. Sungguh tidak biasa seorang Megantara Janaputra melakukan hal seperti ini. Paling biasanya adalah mendorong kepala mereka ke tembok atau meja.
Megan menggelengkan kepalanya, "Gak. Gue masih di jalan yang lurus! Lurus! Pokoknya lurus gue gak boleh belok lagi!"
Lagi-lagi seisi kelas mereka menoleh dengan kerutan dahi semakin dalam karena mendengar Megantara berbicara. Sepertinya Megan sudah terlalu stres menghadapi ujian nasional yang tinggal menghitung minggu itu. Atau jangan-jangan ini adalah bentuk sindrom ketakutan yang akan berujung pada bunuh diri?
Salah satu diantara mereka, bertanya kemudian, "Gan! Sehat gak sih? Muka lo pucet abis. Omongan lo ngelantur kayak mo mati tau!"
Si tokidin. Megan melotot ke arah ketua kelasnya, "Wah. Lo aja yang mati. Kalo gue yang mati rugi ntar sekolah, ilang tuh calon atlit nasionalnya"
"Kan. Gue bilang dia gak waras. Baru keliatan sekarang kan, GGS nya Megan..." gerutu Ariesta
"He'eh. Ganteng-ganteng Sinting kan maksud lo?"
Dan ucapan Varrel mendapat anggukkan dari Ariesta dan Sandy.
Megan meraih kepala Ariesta sekali lagi sampai sahabatnya itu nyaris saja terjungkal dari kursi, "Ta lo pake sampo apaan sih, Ta? Sumpah, Ta. Gue gak boong ini alus banget. Tumben banget lo wangi, Ta! Gila. Bisa ya babon kayak lo jadi bersih gini"
"Eh, anjing..." Ariesta melepaskan tangan Megan dengan cepat lalu menatap tajam cowok itu sambil komat-kamit
"Lo baca apaan, Ta?" Tanya Varrel yang penasaran dengan bibir Ariesta yang terus saja berucap tidak jelas
"HAMENA HAMENA HAMENA HAMENA" Ariesta sekali lagi bergumam dengan keras membuat seisi kelas hanya meenggelengkan kepala menatap mereka berempat
"Gue kirain baca yasin"
"Ariesta gak bisa ngaji goblok. Bedain tajwid aja die kagak bisa"
Sementara Megan masih mencari cara untuk memegang kendali lagi atas kepala Ariesta anak babon kesayangannya
KAMU SEDANG MEMBACA
RH
Chick-LitThankyou yang sudah membuat RH sampai di peringkat 30 di chicklit. We're nothing without you. Cerita ini didedikasikan untuk followers saya. Maaf sebelumnya, terimakasih. Mabuk di kelab malam enggak bakalan bikin lo h...