Clara memutuskan benang di tangannya dengan menariknya kuat-kuat. Kemudian memeriksa benang lainnya di kain yang sedang dia lipat. Kain-kainnya baru saja datang dari binatu dan Clara sedang menyusunnya di lemari kecil yang Clara beli tadi bersama kedua sahabatnya.
Carlos tiba-tiba duduk di hadapannya dan bersamaan dengan Moreno. Kedua pria itu mengikuti jejak Clara menyusun kain dan perlengkapan seperti popok dan segala macam.
"Ih, popok bayi kayak gini? Kok? Gini?" Moreno membuka lipatan itu dan menatap dengan heran lalu menarik salah satu tali pada ujungnya, "Gimana pakenya?"
"Gak tau" jawab Clara lalu menyusun lemari lain, "Ini buat si kakak, ini adiknya" gumamnya sambil meletakkan satu persatu perlengkapan bayi disana.
Carlos melirik adiknya. Dia diam cukup lama sampai akhirnya berkata, "Ra, besok-besok serahin ke Bi Tris aja warungnya"
Adiknya menoleh. "Kok gitu?"
Moreno menghela nafas saja dan kemudian melirik Carlos dan Clara bergantian. Saat Clara masuk rumah sakit, Megan tidak menjelaskan apa-apa kepada mereka. Sampai akhirnya Moreno dan Carlos bertanya sendiri ke dokter yang merawat Clara.
Mungkin karena itu tiba-tiba Carlos mengangkat pembicaraan ini.
"Kan lo bilangnya itu dibikinin buat gue. Kok sekarang jadi Bi Tris? Gak mau"
Carlos menghela nafas, "Jangan gini dong, Ra. Kalo sakit gimana? Kemaren itu aja untung ada Megan. Kalo gak ada gimana coba?"
"Makanya tau adiknya lagi hamil gede jangan ditinggal-tinggal dong"
Moreno berdehem untuk mengambil perhatian kedua orang itu. "Ra, dimana-mana. Tanggung jawab suami buat jadi siaga"
"Tapi kan gue gak tinggal sama suami..." Clara mengerutkan keningnya kemudian. Sepertinya dia salah bicara karena sekarang Carlos dan Moreno sudah menganggukan kepala mereka dengan kompak, "Apa? Kenapa gitu?"
"Tadi lo nyebutnya 'suami' sih. Gue jadi mengira kalo sekarang lo sama Megan sudah menerima hubungan kalian" jelas Moreno sambil kembali memasukkan kain ke dalam lemari
Clara mendengus saja. "Kak Moreno pilih mau digampar atau dihajar..."
"Gak boleh gak sopan gitu, Ra. Moreno ini juga kakak lo" tegur Carlos kemudian menatap adiknya kembali
"Habis. Gue sama adiknya dia itu kan... Ih apaan sih ini namanya"
"Nikah..." ucap Moreno tanpa melirik wajah Clara yang sudah masam
Clara menggeram pelan. "Kalian gak pernah liat kalo gue sering perang dingin sama dia? Yang gitu disebut nikah? Orang nikah kita cuma status. Diatas kertas, jadi bukan nikah namanya"
"Mau status apa enggak, tetep aja. Megan yang harusnya jadi suami siaga buat lo. Udah, deh. Lagian lo sama dia juga perang dinginnya kocak. Tiba-tiba manja. Tiba-tiba ngambek. Hubungan lo berdua lebih kayak love and hate relationship"
Clara melempar salah satu kain itu dan mendarat di tangkapan kakaknya.
"Ck. Clara. Lo lagi hamil. Gak boleh keras-keras kayak gitu. Gue ini kakak lo" tegur Carlos dengan lebih tegas
Moreno menghela nafas lalu memandang adik iparnya yang sudah duduk di tepian ranjang. "Ra... Lo pernah mikir gak kalo lo sama Megan tuh bejodoh abis"
Lagi. Moreno dengan teori perjodohannya yang kali ini dia terapkan kepada Clara. Carlos hanya mengerlingkan mata memberikan tatapan tidak percaya kalau Moreno menggunakan cara yang sama kepada Megan untuk adiknya.
"Ngomong ngaco, ya?" Tanya Clara dengan alis mengerut dan bibir yang sudah manyun
"Kan, reaksi lo sama kayak Megan"

KAMU SEDANG MEMBACA
RH
ChickLitThankyou yang sudah membuat RH sampai di peringkat 30 di chicklit. We're nothing without you. Cerita ini didedikasikan untuk followers saya. Maaf sebelumnya, terimakasih. Mabuk di kelab malam enggak bakalan bikin lo h...