Tigabelas

13.8K 1.5K 25
                                    

Tumben dalam sejarah keluarga, Megan bantu-bantu Mama buat membulat-bulatkan bakso. Moreno saja sampai melongo melihat adik semata wayangnya sudah bangun tadi pagi dan sekarang sedang membulatkan bakso di samping sang Mama.

"Berangkat dianter abang aja ya, dek?"

Megan mendengus dengan sebal. Kalau bukan karena motornya yang bikin Megan masuk angin, dia pasti sudah berangkat ke sekolah untuk jadwal hari ini. Sayangnya sang Mama yang kebetulan sedang ada di Jakarta tidak membiarkan hal itu terjadi.

Orang tuanya jarang ada di Jakarta. Biasanya mereka menghabiskan waktu di Surabaya. Mengingat Papanya adalah manajer cabang salah satu bumn dalam bidang keteknikan. Orang tuanya akan sangat sibuk berada di luar kota. Dulu, sebelum Papanya naik jabatan, Megan bisa merasakan rumah yang ramai dan lengkap. Tidak seperti sekarang. Ditambah Moreno kakaknya malah lebih sering pergi proyekan dibanding berada di rumah.

Megan meraih tas punggungnya lalu mencium tangan Sang Mama, "Berangkat..."

"Belajar yang bener loh ya, jangan futsal aja"

Megan menganggukkan kepalanya dan berjalan mendahului kakaknya. Dia menutup hidungnya dengan menatap tajam sang kakak yang menatapnya bingung, "Najis. Bau apaan nih?"

"Lo kenapa sih? Ini parfum lo sendiri..." Moreno menciumi tubuhnya sendiri. Kemudian melirik Megan yang sudah mual-mual kembali karena parfum milik adiknya sendiri itu, "Ya deh cong, gue ganti nih parfumnya"

"Anjrit!" Maki Megan ketika kakaknya memeluknya lalu berlari begitu saja kembali ke kamar. "Bau banget si Moreno tai. Sialan" Megan menyemprotkan parfum lain ke tubuhnya dan bernafas dengan lega

Di dalam kamar. Moreno sendiri sibuk mennganti bajunya dan mengganti parfumnya. Sangat tidak mungkin apa yang dipikiran dirinya itu benar, kan?

"Hahaha gak mungkin dong si bocah" katanya kemudian menggaruk kepalanya

...

Moreno ditarik paksa keluar malam itu oleh Carlos. Moreno ingat setiap ucapan sahabatnya waktu itu sehingga Moreno bersedia membantu Carlos untuk mencari siapa pelakunya. Tapi Bali. Ini Bali yang mereka bicarakan. Ada paling tidak satu juta lebih cowok yang kesana dan terlalu banyak kemungkinan lain

"Clara hamil. Iya. Dia kecelakaan waktu liburan ke Bali kemarin"

Moreno menatap dengan iba kepada Carlos. Cowok itu sudah melalui begitu banyak hal dihidupnya. Bahkan sudah terlalu berat juga.

"Gue gak tau harus gimana. Yang bisa gue lakuin cuma jagain Clara. Cuma dia yang gue punya sekarang. Jadi kalo kalian semua malu punya temen kayak gue, fine. Gue akan keluar dari tim sesegera mungkin..."

"Ngomong apa sih lo bocah" Tian mendecak beberapa kali kemudian menepuk bahu Carlos dengan pelan, "Justru gue bangga banget sama lo. Lo adalah salah satu anak magang paling pinter yang gue kenal. Dan lo itu keren"

"Iya, bro" Damar, cowok yang juga satu tim dengan mereka juga ikut menganggukkan kepala, "Gue prihatin sama lo dan adik lo tapi gue lebih salut sama lo. Gila, Los. You're fucking 23 dan lo sudah berusaha sekeras ini buat jagain adek lo. Lo keren. Gue bersedia bantuin lo dengan sukarela"

Moreno mengangguk setuju, "Iya, men. Lo kayak sama sapa aja. Masalah kayak gini lo harus bagi ke sodara. Jangan anggap enteng kita-kita yang lo pikir bakal judge lo"

"Seenggaknya lo udah berusaha, Car. Lo jangan patah semangat. Ada kita-kita disini. Lo jangan sok keminderan gitu. Gue bakalan jadi orang pertama yang maju kalo ada yang ngatain lo"

Carlos tersenyum kepada Tian. Dia bernafas degan lega. Kemudian melirik kepada dua teman lainnya. "Gue lagi berusaha nyari siapa itu cowok. Gue gak bisa biarin dia hidup tenang setelah bikin adik gue kayak gitu"

"Iya. Gue juga yang bakalan bantuin lo ngehajar itu cowok" Moreno menganggukkan kepalanya

...

Megan sudah turun dari mobil kakaknya ketika Moreno menerima pesan dari Carlos dan sedikit menaikkan alisnya dengan tatapan miring membaca pesan singkat itu

Tolong bawain bakso dong, kata lo nyokap lo lagi bikin. Sama kecambahnya yang banyak kata adik gue.

Moreno tertawa dengan nyaring di dalam mobilnya lalu menatap Megan yang sedang menunggu beberapa temannya di pagar sekolah.

"Enggak mungkin banget si bocah enggak mungkin" katanya meyakinkan diri sendiri, ada begitu banyak laki-laki yang menyukai bakso dengan kecambah kan

Jangan lupa uratnya yang banyak. Kalo bisa baksonya isi urat doang. Beningan. Gak pake bawang goreng. Sambelnya dipisah. Tolong ye

Hah? Moreno mengerutkan keningnya sekali lagi. Ini sih, selera Megan banget. Moreno tertawa miris membaca pesan Carlos. Tidak mungkin kan adiknya.

Walaupun Moreno tahu kalau beberapa bulan lalu adiknya pergi ke Bali untuk merayakan ulang tahun salah satu temannya. Ini gila kalau sampai benar-benar terjadi.

Moreno memacu dengan cepat mobilnya kembali ke rumah dan membuka paksa kamar adiknya. Megan biasanya tidak pernah mencabut sticker bagasinya dan membiarkan tiket penerbangan bersarang di salah satu tasnya begitu saja sampai anak itu pergi berangkat ke suatu tempat lagi.

Berhubung akhir-akhir ini Megan sakit. Adiknya itu stay di rumah dan tidak banyak membereskan barangnya.

Moreno menemukannya. Tiket penerbangan Denpasar-Jakarta dan mengerutkan alis karena jelas-jelas hari itu hari sabtu dan Megan sudah berada di rumah.

Sial. Tidak mungkin adiknya, kan? Karena kalau sampai Megan yang melakukannya. Moreno bersumpah akan mematahkan salah satu tulang adiknya itu untuk memberi pelajaran.

RHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang